Langit yang sebelumnya cerah dengan perlahan-lahan tertutupi oleh awan-awan hitam pekat dan besar yang menuju ke arah utara. Suara rintikan hujan yang mulai mengguyur permukaan bumi ditemani oleh petir yang menggelagar. Orang-orang berusaha untuk melindungi diri dan menutupi kepala mereka dengan apapun yang mereka miliki.
Genangan air mulai menampung karena curah hujan yang semakin deras. Hawa terasa dingin dan kesepian, tetapi juga ada rasa kehangatan yang tidak ia mengerti. Hujan baginya terasa seperti misteri. Ia melembabkan tanah dan menyebarkan bau yang unik, di tempat dimana kita berdiri ini.
Tanaman menjadi basah dan terlihat segar, menampung segala tetesan air yang terjatuh dari langit.
Tetapi ada juga suatu hal yang membuat kita merasa nostalgia ketika tertuang, perasaan dimana kita merasa terlahir kembali, mengingatkan kita dengan seseorang dan juga perasaan dimana kita teringat lagi dengan rasa jatuh cinta.
Takahara Aiza sedang berjalan sambil memegang payung birunya dengan kedua tangannya, sekaligus mencari udara segar. Kerap kali ia merasa kepalanya pusing dan sulit bernafas, tetapi ia merasa bahwa keluhan yang ia rasakan itu bukanlah hal yang serius.
Dalam perjalanannya ke stasiun Tokyo, Takahara Aiza mengunjungi sebuah taman, memang tidak luas halamannya namun dipenuhi dengan bunga-bunga indah yang merimbun.
Memang sebuah tempat yang nyaman, bukan begitu?
Apakah kalian tahu bahwa tanaman pun juga dapat merasakan, mendengar, dan berbicara?
Takahara Aiza sudah merawat berbagai jenis tanaman sejak kecil, ia sadar bahwa banyak manusia yang hanya memahaminya sebagai objek, bukan sebagai makhluk hidup. Ketika kenyataannya mereka juga memang makhluk hidup dan mereka juga memiliki hak.
Aiza menghampiri salah satu bunga iris yang masih muda berada di dekatnya, ia membungkuk dan menyentuh kelopak bunga itu. Seperti biasa, ia menceritakan kelah kesuhnya kepada sang bunga.
"Hai bunga kecil, bagaimana harimu?"
"Hariku tidak terlalu baik. Banyak sekali beban yang ada dalam hidupku, tetapi aku tidak bisa menyampaikannya dengan kata-kata."
"Namun dengan adanya keluhan itu, aku sadar bahwa kita sering lupa saat menghadapi suatu masalah. Tidak ada pilihan lain, selain tabah dan sabar. Kita lebih membenci masalah. Bahkan tak jarang ada orang yang tidak menyukai masalah."
"Terkadang pun kita sering lupa, bahwasanya masa yang kita sedang jalani ini pada akhirnya akan menjadi masa lalu. Yang bisa kita jadikan pelajaran dan memetik beberapa hikmahnya."
"Percayalah padaku, Segalanya akan kembali terasa ringan, sebab hidup hanya perlu kita nikmati, serumit apapun lika-liku itu."
"Sebab hidup itu perjuangan."
"Semua itu akan membaik dan menjadikanmu lebih baik."
"Dan untukmu, bunga kecil yang masih muda. bertahanlah sekuat mungkin dan jangan menyerah. Karena di balik musibah pasti ada hikmahnya."
Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki yang tidak dikenal oleh diri nya, Aiza tersentak. Ia membalikkan badannya untuk melihat rupa sang lelaki yang menyahutinya.
"Kata-katamu sangatlah bijak, seolah-olah aku telah termotivasi." sahut lelaki itu kepada Aiza, pakaiannya telah terlumuri air hujan, matanya terlihat sembab, suaranya terdengar serak. Seakan-akan dia habis menangis. Tetapi ada suatu hal yang terasa menganehkan, lelaki itu tersenyum lebar walaupun hatinya terluka.
"Aku Bokuto Kotarou, salah satu dari 5 ace terbaik di negara ini. Hei hei hei! "
"Kamu sangat unik, belum pernah sekalipun aku melihat gadis sepertimu." Takahara Aiza terkekeh akan sikap Bokuto yang tiba-tiba berubah menjadi gembira dan cerah,
"Dan .. namamu? "
"Takahara Aiza."
"Nama yang manis." ucapan Bokuto terdengar tulus oleh Aiza, dan itu perlahan-lahan membuat hatinya berdebar-debar.
Pada akhirnya, mereka berdua berjalan bersama-sama karena menuju ke tempat yang sama. Selama perjalanan, mereka memulai pembicaraan dan sudah berbincang selama dua belas menit.
"Kamu murid Fukurodani, bukan?" tanya Bokuto kepada Aiza, ia baru sadar bahwa Bokuto memakai seragam yang sama dengannya.
"Ah, iya.." sahut Aiza,
"Berarti, kita bakal bertemu lagi! " ya tuhan, wajahnya seperti laksana matahari yang bersinar di pagi hari. Hati Aiza terasa sangat aneh, pipi di wajahnya menjadi merah merona, suhu badannya tiba-tiba menaik drastis.
"Aiza? "
"Kamu kenapa? " ucap Bokuto sambil menaruh tangannya di kening Aiza untuk memeriksa suhu sang gadis di depannya yang sedang kehilangan kesadaran.
Takahara Aiza perlahan-lahan tersadar kembali, tiba-tiba ia tersentak karena wajah Bokuto yang sangat dekat dengannya.
Lalu, kereta yang akan dinaikinya melewati mereka berdua dan berhenti di pemberhentian.
"Keretamu sudah datang!" ujar Bokuto sambil menunjukkan jarinya ke arah kereta tersebut.
Bokuto menepuk bahunya Aiza untuk menyadarkan sang gadis itu untuk kedua kalinya dan berkata, "Aiza, keretamu!" Teriakan lelaki itu membuat Aiza tersadar kembali dan berlari cepat menuju pintu kereta.
Takahara Aiza berhasil memasuki kereta dan berburu-buru mengambil handuk kecil yang selalu ia bawa untuk latihan. Sebelum pintu kereta tertutup, Aiza melemparkan handuknya kepada Bokuto dan berkata,
"Tangkap!" ujar Aiza,
Handuk itu mendarat tepat di wajah Bokuto, lelaki itu menatap kembali sang gadis yang telah memberikannya handuk itu. Gadis itu memberi isyarat kepadanya, agar dirinya mengeringkan rambutnya yang basah kuyup sebelum pulang dan tidak jatuh sakit.
Beberapa detik setelah kereta berjalan menuju destinasi, Bokuto terdiam. Hatinya terasa hangat, ia tidak bisa memberhentikan pipinya yang tiba-tiba merah merona dan bibirnya yang tidak bisa berhenti tersenyum. Air matanya mengalir jatuh dari wajahnya, namun air mata yang ia jatuhkan bukanlah air mata kesedihan melainkan duka, justru air mata bahagia.
Jiwanya yang sebelumnya rapuh, perlahan-lahan terobati oleh keberadaan Aiza.
Bokuto ingin mengetahui Aiza lebih baik dan ingin menemuinya sekali lagi.
Karena saat Bokuto berada disisinya, ia merasa layak untuk menjadi dirinya sendiri.
Words : 854 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah | Bokuto Koutarou x Takahara Aiza
FanfictionMakna rumah adalah tempat pulang bila di dalamnya ada keadilan dan kebijaksanaan yang kita cintai. Yang dapat menjadi tempat berteduh dari sengatan yang menyakitkan, kemudian menenangkan kita dengan kesejukan. Menceritakan tentang dua pejuang yang...