2. Teringat

169 98 30
                                    

Bruaak...
"Kiaaa." Panggil seseorang yang menabraknya.

Suaranya terdengar merdu. Namun hanya sayup-sayup. Matanya sudah kabur. Dan... Tak sadarkan diri.

.

"Kok bisa kayak gini sih?" Tanya Ken panik.

"Udahlah. Aku gak papa kok. Cuma syok aja tadi." Jawab Kia.

"Si.apa sih yang nabrak? Gak tanggung jawab banget." Gerutu Ken.

"Gak tau sih, Mas. Tapi seingat aku dia manggil namaku. Artinya dia kenal kan?" Ujar Kia.

"Ha? Beneran? Siapa? Jangan-jangan teman sekolah?" Tebak Ken.

Hening menyelimuti keduanya. Hanya menerka nerka. Tak dapat memastikan.

Kia tidak mendapatkan luka yang parah. Hanya cedera di bagian siku dan lututnya. Tadi ia pingsan karena syok.

Tak perlu waktu lama ia berada di rumah sakit, Ken segera menjenguknya saat itu juga sekaligus mengantarkan Kia pulang.

"Ini lemon tea-nya Mas Ken." Ujar mbok Yem—ART di rumah Kia sambil meletakkan segelas lemon tea di atas meja.

"Makasih, Mbok." Balas Ken.

"Mas balik ke sekolah aja. Aku gak papa kok." Ujar Kia.

"Seriusan?" Tanya Ken agak ragu.

Kia hanya mengangguk sambil menyeruput lemon tea yang disediakan ART-nya.

"Aku gak nyangka si Qilla tega banget gak jemput kamu." Gumam Ken yang tak jadi beranjak dari kursinya.

"Namanya juga mantan. Pasti udah gak cocok dan saling gak percaya kan? Tapi kenapa Mas masih ngasih kepercayaan ke dia?" Ujar Kia agak kecewa.

"Kamu marah sama Mas?" Tanya Ken dengan raut wajah memelas.

"Nggak."

"Mas." Panggil Kia.

"Ya?"

"Mas masih sayang sama Mbak Qilla?" Tanya Kia.

Ken hanya diam. Ia sudah menutupi rasa ini hampir satu tahun. Tapi Kia selalu bisa menebak hatinya.

"Mas, dia udah mengecewakan hati Mas. Kenapa masih diharapkan? Apa yang masih bisa diharapkan?" Lanjut Kia.

"Masih beruntung sih ada yang diharapkan. Kamu gak tau seberapa cintanya Mas ke Qilla. Selagi Qilla masih ada, Mas akan berjuang." Ujarnya kemudian menghilang dari hadapan Kia dan kembali ke sekolah.

Kia mematung di kursi yang ia tempati. Air mata menetes sedetik kemudian. Sekilas teringat dengan Raja yang pergi meninggalkannya ke luar negeri.

Flashback
"Raja gak bisa jadi pacar Kia." Ungkap Raja di taman belakang sekolah.

"Kenapa Raja? Kia kurang apa?" Tanya Kia.

"Kia gak kurang. Tapi terlalu berlebihan. Raja gak suka." Jawab Raja tanpa perasaan.

"Tapi Raja? Kia udah diciptakan seperti ini. Seharusnya Raja menerima Kia apa adanya." Bantah Kia yang kini bercucuran air mata.

CendekiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang