Bab 25 - Starting To Go Wrong

223 38 12
                                    

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, Ken," kataku sambil melepas kaitan sabuk pengaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, Ken," kataku sambil melepas kaitan sabuk pengaman.

Kenayo menghentikan mobilnya di depan supermarket yang kumaksud. Aku segera turun, lalu melambaikan tangan padanya. Ia mengangguk, ikut memberi gestur yang sama. Kemudian, perlahan memacu kendaraan hingga menyatu dengan lalu lintas yang cukup padat.

Aku berbalik. Menengadah sebentar untuk mengamati situasi. Bangunan supermarket ini tidak begitu besar, tetapi menjual bahan makanan yang cukup lengkap. Aku bergegas mengambil troli kecil yang ada di barisan paling luar, lalu mendorongnya memasuki area dalam supermarket.

Lorong pertama yang kutuju, tentu saja makanan ringan. Aku mengambil beberapa jenis camilan, seperti rumput laut kering, biskuit nanas, juga keripik kentang aneka rasa. Setelah itu aku beralih ke lorong minuman kemasan, untuk mengambil satu kotak besar jus apel, juga beberapa botol air mineral. Lalu, aku berjalan ke lemari pendingin besar berisi makanan beku, dan mengambil satu bungkus nuget ayam yang kebetulan baru saja habis kemarin.

Aku menunduk, memeriksa isi troli untuk memastikan tidak ada yang terlupa. Saat itu, aku dikejutkan oleh keberadaan Kenayo yang tengah berdiri di samping belakangku. Ia tersenyum lebar, tampak kikuk karena tertangkap basah olehku. Sementara aku menatapnya tidak percaya.

"Aku ... lapar. Bisa kau membuatkanku makan siang?" tanya Kenayo, sebelum beralih memilih-milih merek spageti di konter bahan makanan kering.

Aku masih menatap tajam ke arah pria yang mulai memperlihatkan sikapnya yang dulu sering ia lakukan. Aku juga tidak berbicara sama sekali, untuk menunjukkan keberatan atas permintaannya. Sementara Kenayo masih asyik bersenandung dengan wajah semringah, sambil berjalan ke arahku. Seolah-olah ini bukan perkara besar.

Akhirnya aku menghela napas, mencoba menerima. Lagi pula, Kenayo sudah banyak membantuku belakangan ini. Tidak ada salahnya memasakkannya makan siang satu kali ini saja.

"Baiklah. Akan kubuatkan spageti kesukaanmu. Tapi, setelah makan kau harus langsung pergi. Aku mau mengerjakan tugas akhir. Jadi aku tidak punya banyak waktu untuk bermain denganmu," kataku mengingatkan.

"Baiklah, aku janji. Terima kasih sebelumnya, Mila," jawab Kenayo terdengar tulus. Lalu, kami berdua berjalan memutar menuju konter daging karena aku tidak mempunyai stok daging cincang di kulkas.

"Bawang bombay dan saus tomatnya sudah ada, Mila?" tanya Kenayo begitu aku selesai memilih daging.

"Aku masih punya stok di kulkas. Kita hanya butuh pasta kering dan daging cincang. Sepertinya sudah semua. Aku ke meja kasir dulu, Ken. Kau bisa menungguku di sana," kataku sembari menunjuk kursi panjang kosong di sebelah pintu keluar. Kenayo mengangguk, lalu berjalan ke tempat yang kumaksud.

Aku mendorong troli ke barisan para pelanggan yang sedang mengantre untuk membayar. Namun, pandanganku tidak juga terlepas dari sosok Kenayo yang dengan manisnya duduk menungguku sambil berkutat dengan ponselnya. Ia terlihat sibuk sendiri, menekan-nekan layar ponsel yang ukurannya tidak lebih besar dari telapak tangannya. Sesekali ia juga tertawa, membuatku jadi ikut tersenyum.

Between a Prince and a Businessman (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang