"Masih ada satu kamar kosong sih, cuman karena gak kepake jadinya berdebu. Gak papa?" tanya Jay sambil menuntun Jake ke dalam kamar yang baru saja di bicarakannya tadi.
Dan benar saja ketika pintu kamar dibuka, bukan hanya berdebu tapi juga berantakan. Jake bergidik ngeri, "Gak ada kamar lain apa Jay?" wajah Jake kini sudah memohon layaknya anjing yang minta di pungut tak bisa ia bayangkan akan tidur di tempat yang berantakan.
"Gak ada lagi, cuma ini yang kosong. Lo bersihin aja, tapi kalau lo gak mau ya paling tidur di sofa. Baru bisa besok gue suruh orang buat bersihin kamar ini." Jay menjelaskan karena memang begitu adanya, apartemennya hanya punya dua kamar. Dan satunya adalah kamar yang di tempatinya.
"Malam ini gue tidur di sofa aja deh." cicit Jake yang kemudian berjalan menuju sofa dekat televisi, ia menyerah untuk tidak membersihkan kamar karena ia sangat yakin dirinya tak bisa melakukan hal itu.
Sedari tadi Jay terus memperhatikan Jake. Bukan, bukan ia tertarik tapi ada sesuatu hal yang ganjal yang ia ingin tanyakan, "Jake, lo gak bawa baju atau barang lain?"
"Gue udah gak punya."
"Njir, lo beneran bangkrut ampe ke akar-akar, Jake?" Jake tak rasanya ingin sekali memukul mulut Jay saat ini, betapa cerewet nya Jay sampai membuatnya kesal. Mood nya sudah hancur dan ingin sekali memakan seseorang, tapi mengingat Jay mau menolongnya, Jake harus mati-matian menahan amarahnya untuk tak menyemprot Jay saat ini.
"Terserah lo mau ngomong apa, dan gue emang lagi ada di titik terendah. Lo pasti puas banget ngetawain gue, dendam lo sama gue udah terbalaskan." ujar Jake meski sedikit nada tak rela ketika ia mengakui kekalahan dan ketidak berdayaannya pada Jay.
Awalnya Jay memang ingin sekali menertawakan Jake sepuasnya tetapi ia mana tega melihat kondisi Jake yang memprihatikan saat ini, "Gue gak pernah dendam kok sama lo, Jake." katanya. Jay beranjak ke pantri dapur, ia berbalik untuk bertanya, "Lo mau makan apa? Lo pasti belum makan apapun kan?"
Jake memandang dengan haru, ia berbalik dan berlari menghampiri Jay, "Lo tahu aja gue belom makan. Makasih banget ya Jay, njir lo kok baik banget sih sama gue biasanya lo kan orangnya pendendam."
"Lo niat muji gue apa gak sih?" Jay mendelik ketika Jake justru cengegesan ketika mendapat respon dari Jay. Tapi meski begitu tetap saja Jay mencari bahan makanan yang bisa ia masak, "Jangan cuma liatin doang, bantuin juga." kata Jay yang membuat Jake akhirnya mulai ikut membantu Jay.
Mereka memasak makanan kesukaan Jake, Jay tak pernah lupa akan hal itu. Dan untung saja makanan kesukaan Jake tak pernah berubah, yaitu omelet, sosis panggang, ayam suir dan juga bulgogi.
Dalam hitungan dua jam lamanya, mereka telah berhasil memasak meski beberapa kali mengalami kegagalan karena jujur saja sekalipun Jay mempunyai banyak bahan makanan di apartemenny tetapi ia tak pernah memasak sama sekali. Begitupun dengan Jake, mana bisa ia memasak.
"Yakin nih, makanannya bisa di makan?" Jake bertanya-tanya dengan hasil masakan mereka. Sejujurnya ia tak yakin dari segi penampilannya.
"Makan aja, lagian juga kan ini hasil karya kita sendiri. Nikmatin aja." balas Jay yang kemudian langsung meraih sumpit dan mencoba makanan yang sudah mereka buat.
Jay mengangguk-ngangguk, jempolnya juga di tunjukkan. "Ini enak, Jake. Coba aja!"
Melihat Jay yang lahap membuat Jake pun ikut meraih sumpitnya dan mencoba makan, ia benar-benar terharu ketika makanan masuk kedalam mulutnya, sangat terharu sampai-sampai ingin meneteskan air mata karena makanan yang dibuatnya tak enak sama sekali, reflek saja Jake memuntahkan makanannya. "Njir enak dari mana nya?"
Seketika saja Jay langsung tertawa terbahak-bahak, senang sekali ia menipu Jake. Waja lelaki yang ada di depannya saat ini sudah kecut setelah merasakan makanan pahit yang telah mereka buat, bahkan omelet nya saja sangat asin.
"Gue pesen makanan aja ya." kata Jay masih tertawa. Jake mendengus kesal, "Bukannya dari tadi, gue pikir lo bisa masak."
"Ya kan gue emang gak bisa masak, lo juga tahu."
"Itu kan dulu, kali aja sekarang lo bisa. Tahunya sama aja."
Jay menggelengkan kepala melihat tingkah Jake yang tak pernah berubah. Ia hanya bisa tersenyum menanggapi lalu meraih ponselnya untuk memesan makanan. "Sebelum makanannya sampe, lo mandi dulu gih." Jay berdiri, ia berjalan ke kamarnya untuk mencari handuk cadangan dan melemparkannya pada Jake. "Sono mandi lo!"
"Iya... Iya.." tapi belum sempat Jake masuk ke kamar mandi, ia terheran ketika handuk yang baru di tangkapnya bersamaan dengan sebuah kaos dengan celana hitam panjang, dan lagi sebuah celana dalam (?). "Apa-apaan nih?"
"Sementara pake aja dulu punya gue." jawab Jay.
Tanpa membantah Jake pun menurut saja, ia masuk ke kamar mandi lagipula tubuhnya sudah lengket karena peluh.
Dibawah shower Jake membersihkan tubuhnya setelah melepaskan semua pakaiannya. Ketika air menyentuh permukaan kulitnya, rasanya begitu segar terasa seperti di lahirkan kembali, Jake tahu ia sedikit lebay saat ini. Jake hanya bisa berharap semoga hari ini dapat ia lewati dengan lancar. Besok mungkin semua akan kembali normal.
........
Jay menyimpan bantal dan selimut di sofa yang akan Jake pakai nanti. Sementara Jake sendiri saat ini masih tengah mandi. Jay sebetulnya tak yakin seorang Shim Jake dapat tidur di sofa, tapi tidak mungkin juga bukan jika ia menawarkan Jake tidur di kamarnya (?)
Kriet
Jake keluar dari toilet, rambutnya masih basah. Beberapa tetesan air jatuh perlahan, dibahunya sudah tersampir handuk kecil, sesekali ia usapkan pada rambutnya.
"Udah selesai mandinya?" tanya Jay yang di angguki Jake kemudian. Jake duduk di sisi kanan sofa, memperhatikan Jay yang saat ini tengah menonton. "Makananya udah sampe?"
"Kirain mau nanyain apaan, tahunya perut lo udah laper ya. Tenang aja. Makanannya udah ada di meja, tinggal ambil aja."
Maka dari itu Jake beranjak dari sofa, ia pergi menuju meja makan. Mengambil makanan yang telah di pesan dengan hati senang, ia mengambil beberapa ayam goreng tepung mencocolnya dengan sambil. "Enak, Jay gak mau gabung makan juga?" ajak Jake karena merasa tak enak. Tentu saja. Karen yang memesan makanan adalah Jay, lelaki itu juga yang membayar.
"Enggak. Lo aja, keknya lo kelaperan banget. Gak tega gue liatnya haha." Jay sustru kembali berbalik dan fokus kembali menonton televisi membiarkan Jake yang sedang lahap menyantap makanan, bahkan keduanya tangannya tak berhenti mengambil satu dua paha ayam.
.......
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fingertip | JayJake ✓
FanfictionDi dunia ini hanya kepalsuan. Ketika kamu berada di atas, akan ada banyak orang yang berada di sekitarmu untuk menyanjung dan menjilat kakimu tetapi ketika kamu jatuh, mereka hilang seketika. Pergi, membuangmu jauh-jauh. *** Keadaan Jake yang sudah...