Author note:
Cerita ini akan di update seterusnya pada akun Wattpadindo
Cerita ini juga masih satu universe dengan cerita Sapphire sehingga akan ada beberapa tokoh yang sama, tapi isi cerita 100% baru.
Happy Reading
-
Deca bersumpah tidak akan lagi mempercayai perkiraan cuaca yang tadi ia baca di ponselnya. Hanya orang yang gila yang mau memakai sweater tebal di cuaca seperti ini, dan Deca adalah orang gila itu.
Saking panasnya hari itu hampir saja Deca membatalkan janjinya dengan Nada, namun karena diiming-imingi greentea frappucino gratis, akhirnya ia tetap melanjutkan jalannya ke salah satu kedai kopi tempat janjian mereka.
Salah satu prinsip yang cukup penting dalam hidup ini menurut Deca: "Selama masih bisa gratis, kenapa harus bayar."
Sekarang Deca merasa murahan sekali. Harusnya tadi dia minta redvelvet cake sekalian.
"Buset kantong mata!" pekik Nada saat Deca menarik kursi di depannya.
Deca mendelik. Nada tertawa.
"Bisa gak sih, gak salah kostum gitu? Sekalian aja pake jaket sauna kalo mau ngilangin lemak."
Deca mendenguskan nafasnya kasar. "Telat! Harusnya lo ngomong gitu ke gue tadi pagi sebelum gue baca perkiraan cuaca."
"Okee, maaf ya, Love. Kelamaan libur bikin gue lupa kalo lo gampang percaya sama yang gituan."
"Hmm terserah." Deca menyalakan ponselnya sejenak lalu mematikannya. Pengumuman itu belum ada rupanya.
"Gimana liburan lo?"
"Seru banget. Kayaknya next liburan gue mau ke Aussie lagi deh." Kedua mata Nada terlihat berbinar-binar. "Lo pasti nonton mulu ya sepanjang malem? Kantong mata lo sampe parah banget sumpah."
Deca hanya mengangguk pelan sambil tangannya meraih buku menu.
Andai saja ia bisa liburan dengan keluarganya seperti Nada.
Andai saja Dhirra tidak sakit.
Andai saja ia adalah anak tunggal.
Atau andai saja ia tidak usah dilahirkan sekalian?
Pasti ia tidak akan terus-terusan menangis di hari liburannya.
"Buruan ih lo pesen apa jadinya?"
Kalimat Nada membuyarkan pikiran Deca. Lagi-lagi terjebak di pikiran yang sama.
"Tambah redvelvet cake aja."
"Okayy ... will back with your order, Maam." Nada membungkuk ala-ala lalu berjalan menuju meja pemesanan.
Selagi menunggu Nada, Deca mengedarkan pandangannya ke penjuru café. Untung saja café pilihan Nada tidak pelit dalam memasang AC sehingga ia malah merasa dingin sekarang.
Walaupun bukan café franchise yang biasanya jadi tempat nongkrong hits. Café ini termasuk menarik untuk dikunjungi kembali.
Aksen lokal masih bisa terlihat di beberapa item yang tersebar di penjuru café. Salah satunya tempat lilin berbentuk candi kecil di depannya.
Hope.
"Udah. Gue peseninnya atas nama lo," ujar Nada tiba-tiba setelah kembali dari memesan minuman dan cake untuk mereka berdua.
"Lo beneran gak kangen gue apa? Sebulan gak ketemu loh kita." Nada merajuk.
Deca menjulurkan lidahnya keluar. "Gak lah." Matanya berkilat jenaka.
"Awas aja besok kalo kita gak sekelas. Pasti lo kangen gue."
"Jurusan kita beda men."
Nada mendengus. "Lo beneran gak mau di IPS aja? Entar kalo gue gak punya temen gimana?"
"Gak bisa Denadaa ...."
"Padahal mah lebih enak sejarah dari pada kimia," ujar nada sambil menggambar pola bebas di meja. "Dari sejarah lo bisa dapet pembelajaran hidup."
"Buset sejak kapan lo jadi gini?"
"Gatau sih, asal nyebut aja hehe." Nada cengengesan. "By the way, tadi kasirnya ganteng banget. Masih muda. Kayak pernah liat."
Deca memutar bola matanya bosan. Nada selalu mengatakan kalimat yang sama saat bertemu pria yang menurutnya menarik.
"Ih beneran kali ini. Kayak pernah liat dia di sekolah."
"ATAS NAMA DEK?"
"DEK?"
Nada langsung menatap Deca panik. "Gue bilangnya Deca, sumpah."
Deca langsung berdiri, menghampiri pemuda di balik mesin kasir itu lalu mengambil pesanannya dengan kasar.
"Tolong ya mas, ini tulisannya Deca! Kalo emang sengaja buat komersial doang sumpah itu gak akan bikin gue upload minumannya ke story Instagram!"
Di meja mereka, Nada menutup telinganya. Khawatir Deca kelepasan mengeluarkan kata-kata frontal.
Ia paham bahwa Deca memang tidak suka namanya dipenggal seperti itu. Sedangkan pria di balik kasir itu hanya menatap Deca datar.
Cewek aneh.
***
Catatan:Hai! pertama-tama aku mau minta maaf buat yorobun pembaca Sapphire sekalian. Karena saya malah tiba-tiba dateng bawa work baru hehe.
Jadi work ini sebenarnya work pertama aku selama nulis cerita, tapi belum sempet aku lanjutin.
Gaada hujan gaada angin, subuh-subuh baca pengumuman Wattpad Indo di IG, dan akhirnya impulsif bikin cover dll.
Dorongan kuat buat nulis cerita ini tuh gara-gara aku pengen produktif di akhir tahun :)
Dah sih.. Semoga kalian gak kaget sama tokoh-tokohnya.
Bye.
***
21/10/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Shine!
Teen Fiction"I wanna do something unique; Just not to be different from others, but to live different!"-William Shakespeare. Sebagai anak pertama dan juga aktris, Dhirra selalu tampil bercahaya di depan setiap orang. Cahaya itulah yang membuat Deca yang adalah...