Bu Dewi tidak tahu

16 2 0
                                    

Tangis kecil Anin membangunkan Pak Abas dari tidur lelapnya. Pak Abas mengerti, Anin pasti tertekan dengan semua yang dia lakukan. Namun mau bagaimana lagi, cinta bersemi tanpa bisa terkendali. Rasa tidak rela mendengar Anin bertelepon ria dengan pria lain. Biarlah dia egois. Pak Abas yakin, lama kelamaan Anin akan berbalik mencintainya juga.


Pak Abas memeluk Anin dari belakang. Badan Anin terasa tegang saat tangan kekar itu memeluk tubuh ringkih itu posesif. Pak Abas menciumi rambut dan tengkuk Anin gemas. Baginya, Anin hanyalah milik dia. Tidak boleh ada yang berani mengusik wilayah teritorialnya, siapapun itu.


Anin sangat terkejut merasakan pelukan posesif dari Pak Abas. Dengan susah payah dia menghentikan isak tangis, dan menyeka air mata di pipi dengan selimut yang dipegang Anin erat.


“Maaf kalau Ayah melakukan semua ini, Entah sejak kapan rasa cinta ini menguasai. Namun, yang pasti, Ayah tidak rela kamu dimiliki siapapun. Kamu hanya milik Ayah, Anin.”


Kata-kata sang ayah yang tersirat begitu banyak ancaman membuat nyali Anin menjadi ciut. Siapa sangka, Ayah yang begitu menyayanginya berubah menjadi pria yang begitu menakutkan.


Anin memutuskan untuk pasrah saja sementara ini. Ingin pergi juga tidak mungkin. Rumah mewah ini begitu membatasi geraknya. Apalagi ada beberapa orang berjaga yang menurut sang ayah bertugas menjaga juga mengawasi gerak-geriknya nanti.


““Jadi, kapan Anin bekerja, Yah?” tanya Anin.


Dia berharap bisa keluar dari rumah mewah yang baginya hanya sebuah penjara.


“Kamu istriku sekarang, jadi urusan mencari nafkah adalah urusanku. Kamu hanya perlu menyenangkan suamimu ini. Restoran sudah diurus orang lain. Selama cintamu belum tumbuh untuk Ayah, biar begini saja dulu.”


Lemas sudah seluruh tubuh, mendengar penjelasan sang ayah. Ternyata semua sudah diatur ayahnya dengan sangat rapi.


Pak Abas semakin mengeratkan pelukannya. Mungkin bagi Pak Abas semua ini adalah kebahagiaannya. Namun, bagi Anin, sungguh lebih baik kematian segera menjemput. Apalagi mengingat wajah Ibu angkatnya yang murah senyum dan begitu menyayangi dia.


Sungguh, Anin begitu takut saat ibunya tahu, anak dan suami dia telah menikah. Bagaimana jantung Ibu, bagaimana hati Ibu? Pikiran Anin sangat kacau.


Bahkan saat Pak Abas kembali melakukannya, Anin hanya bisa pasrah. Sejujurnya, Anin sudah mati rasa.  Dia seolah seorang tersangka yang di penjara.


Setelah membersihkan diri bersama-sama, Pak Abas memakai pakaian dengan rapi. Anin pun tidak menunggu lama, dia segera memakai pakaian yang telah Pak Abas sediakan di lemari. Anin tidak sudi, Pak Abas melihat tubuh polos dia terlalu lama. “Ayah harus kembali ke rumah. Kasihan kakakmu sedang sakit.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Pelindung menjadi PenghancurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang