"dad! jihoon mau es krim coklat disanaa!!!" rengek bocah itu tak sabaran, menarik ujung kemeja seokjin dengan gusar.
seokjin yang tengah sibuk menerima telepon penting dari rekan kerjanya itu, menjadi kuwalahan menghadapi putra semata wayangnya.
telepon yang tengah ia terima saat ini sangat penting, karena itu seokjin terpaksa menerima telepon di tengah waktu senggangnya bersama sang putra.
seokjin menyingkirkan ponselnya dari telinganya, seraya menutup speaker ponselnya. "iya sayang, sebentar ya? daddy masih ada telepon dari temen daddy. jihoon sabar ya?" rayu seokjin berhati-hati.
bocah lima tahun itupun marah dan merajuk pada seokjin. mengerucutkan bibirnya sebal, pergi diam-diam meninggalkan seokjin yang tengah sibuk dengan urusannya.
ia ingin membeli es krim coklat kesukaannya saat bermain di taman seperti saat ini.
jihoon berjalan menghampiri kedai es krim di seberang taman dengan antusias. pandangannya yang sangat berbinar hanya karena menatap penjual yang tengah menyiapkan es krim pesanan pembeli.
bocah itu bahkan tak menyadari jika ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi tengah menuju ke arahnya.
"heyy kamu awas!!!" teriak seorang gadis memanggil jihoon sembari berlari cepat menghampiri jihoon yang tengah menyeberang jalan.
tiiiinnnnnnn!!!
dengan cekatan gadis itu menarik tubuh jihoon kedalam dekapannya, terjatuh di tepi jalan dalam keadaan mendekap jihoon erat.
"sayang kamu nggak papa kan? ada yang sakit? ada yang luka nggak?" tanya gadis itu dengan raut khawatir, seraya memeriksa seluruh sisi tubuh bocah yang tengah berada di pangkuannya. memastikan keadaan jihoon.
"hiks..hiks.. jihoon nggak papa aunty, hiks.. jihoon takuut," karena shock dengan tragedi yang baru ia alami, jihoon menangis tersedu-sedu sembari memeluk leher gadis itu dengan tubuh gemetar. memeluk erat gadis itu untuk meluapkan rasa takutnya.
"udah udah jihoon nggak papa, lain kali hati-hati kalau mau nyeberang jalan," ujar gadis itu menenangkan, sembari mengelus surai hitam jihoon dengan lembut meski nafasnya masih tak beraturan.
"kamu kesini sama siapa kok sampai nyeberang jalan sendirian? itu bahaya banget sayang," tanya gadis itu sembari berusaha berdiri dari tepi jalan, menggendong jihoon untuk berpindah duduk di bangku putih taman. memangku jihoon yang masih setia dengan isakan dan tubuh gemetarnya.
"d-daddy hiks.. j-jihoon tadi main kesini sama daddy hiks," jawab jihoon sesenggukan.
"nama kamu jihoon ya?" tanya gadis itu sembari tetap mengusap kepala jihoon dengan lembut.
"i-iya aunty, kim jihoon. nama aunty siapa?" tanya jihoon sembari melepas pelukannya dari leher sang gadis, menatap gadis itu dengan matanya yang memerah berlinang air mata. tak lupa menyeka ingusnya yang tak henti mengalir dengan kasar.
melihat jihoon, gadis itu tertawa kecil.
"nara. nama aunty, lee nara," ujar gadis itu menjawab, tersenyum sembari menghapus jejak air mata di pipi gembul jihoon.
"udah jangan nangis lagi. anak cowok nggak boleh nangis, kalau nangis terus nanti berubah jadi cewek. mau?" ujar nara asal.
jihoon menggeleng keras, mengusap air matanya dengan gusar.
sontak membuat nara tertawa melihat tingkah menggemaskan jihoon.
"terus, daddy-nya jihoon kemana kok bisa sendirian sekarang?" tanya nara heran. itulah yang menjadi pertanyaan besar di pikiran nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Daddy
Fanfiction❝dad, jihoon juga mau punya mommy kayak temen-temen❞ -kim jihoon. ❝mau nggak jadi mommy-nya jihoon?❞ -kim seokjin. ❝.......???❞ -lee nara. ©myxdrimie, 2020