20. Late Night Talks

709 75 0
                                    

Malam hadir menyambut, sebuah pertanda dimana segala aktivitas yang berlangsung akan berhenti secara otomatis. Waktu dimana manusia dapat beristirahat setelah melewati banyak hal ketika matahari bersinar terik di atas sana.

Tay Tawan termenung di atas kasur dalam kamar miliknya dan sang kekasih. Seraya bersandar pada bantal yang menempel di headboard, ia pun juga memegang ponsel di salah satu tangan. Pikiran masih ragu apakah ia harus menceritakan segala 'kegagalan' rencana yang sudah dibuat susah payah pada kekasihnya atau segera melakukan tindakan lain?

Tindakan lain itu yang gimana? Gue gak ada ide dadakan lagi... batin Tay. Alis dan dahi berkerut, frustrasi. Kedua mata melirik ke arah kiri.

Suara gemericik air terdengar samar dalam pendengarannya. Di balik pintu kamar mandi ada New yang sedang membersihkan diri dan entah dalam hitungan ke berapa ia akan keluar dari sana. Tay tidak siap.

Tapi tak ada cara lain selain itu. Mau tidak mau, ia harus berkata jujur pada sang kekasih. Lagipula kejadian ini juga tidak terjadi atas kehendak dirinya. Semuanya begitu mendadak, penuh kejutan-buruk pastinya.

Tay menghela nafas dan memejamkan mata sejenak. Dalam hati berandai bahwa waktu bisa berhenti kapanpun dirinya mau.

CKLEK!

New muncul dari balik pintu kamar mandi. Dirinya sudah berpakaian lengkap, kaus dan celana pendek santai. Sebuah handuk berada di atas kepalanya, kedua tangan mengusap pelan helaian rambutnya yang masih basah.

Sorot mata cokelat gelap lelaki itu melihat ke arah sang kekasih yang sedang memejamkan mata selagi bersandar. Sempat mengira jika Tay tertidur, tapi di balik kelopak yang tertutup itu masih ada kedua bola mata bergerak kesana-kemari. Seakan sedang memikirkan sesuatu. Kasiannya... pasti udah capek dan ngantuk ya, orca-ku?

Lelaki berkulit pucat kemudian berjalan ke arah salah satu sudut kamar. Handuk digantungkan di sebuah jemuran kecil.

Tepat di saat itu pula, Tay mendengar suara kain handuk yang bergesekan dengan stainless steel tempat menjemur pakaian mereka. Ia pun membuka mata perlahan karena jujur saja rasa kantuk sudah mulai terasa. Tatapan langsung tertuju dengan punggung kekasihnya. "Sayang?" tanya Tay, suara terdengar sedikit serak.

New menoleh ke belakang, mendapati kekasihnya yang memperbaiki posisi duduk agar tegak kembali. Wajahnya terlihat lelah, beberapa kali Tay mengusap kedua mata dengan jari di tangan kiri. Seraya tersenyum kecil, lelaki berkulit pucat tersebut berkata, "Aku pikir udah tidur,"

"Cuma merem aja kok."

Setelah selesai menjemur handuk, New bergabung dengan Tay di atas tempat tidur. Kali ini ia mengambil ponsel lantas melihat beberapa notifikasi yang berasal dari email, segera ia membalasnya. Kebanyakan berasal dari urusan pekerjaan.

Masih berkutat dengan hal tersebut, pikiran kembali melayang pada sang kekasih. Ia jadi teringat bahwa sebenarnya malam ini akan berbicara pada Tay tentang perilakunya yang aneh. Tapi lelaki berkulit pucat itu ragu, masih belum ada waktu yang tepat untuk membahasnya.

Kemudian kalimat Gun beberapa saat lalu muncul di benaknya.

Basa-basi dulu ya? Batin New kemudian sudut mata melirik pada sang kekasih di sebelahnya yang juga ikut berkutat pada ponsel, mengetik sesuatu. Dahi dan alis kembali berkerut. Gue takut kelamaan, mana dia tadi kayaknya hampir ketiduran...

Tapi kalo bukan sekarang kapan lagi?

Ah, yaudah lah.

"Aku gak sabar besok deh."

HOMEMADE CAMP • taynew ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang