27. TENTANG DIA YANG RAPAT MENYIMPAN RAHASIA (2)

4.3K 443 19
                                    

Malam, Dears! ^^

Hara update lagi nih. Jadi, hari ini berapa kali update hayo?

Besok kalau Hara libur, jangan nagih. Kan hari ini sudah kebanyakan update-nya. Hehehe...

Sudah siap dapat satu kebenaran dari bab ini?

Budayakan vote sebelum baca,
Biasakan komentar di akhir cerita.

Harap koreksi typo.

Happy reading!




***



"Hai, Ra! Sini!" tegur Litia sesaat setelah Aira menyapu pandangan ke seluruh sudut toko kue.

Aira tersenyum, mengangguk sekilas, lalu berjalan menghampiri sahabat SMA-nya itu. Keduanya lantas saling berpelukan dan menempelkan pipi masing-masing sebagai salam.

"Ramai banget, Litia. Dekorasi toko diubah, ya?" Aira takjub dengan dekorasi Happy Cake yang diubah sedikit ceria. Tidak norak, tetap elegan, dan seolah-olah ingin menyampaikan sebuah pesan.

Litia mengangguk antusias. Dia menggamit tangan Aira dan menuntunnya menuju sebuah sofa di sudut toko. Dia sengaja meminta pegawainya agar tak ada satu pun pelanggan yang menempati sofa tersebut hari ini. Salah satu spot yang paling banyak diincar pelanggan, tetapi kali ini ingin pemiliknya nikmati sendiri.

"Duduk, Ra! Kamu mau kue apa? Kali ini gratis buat kamu." Baru saja bibir Aira terbuka akan menjawab, Litia lebih dulu menyerobot. "Ah, aku tahu! Kamu masih suka matcha cake, 'kan? Atau red velvet? Mau yang mana?" tawar Litia dengan wajah berbinar.

Senyum Litia tak pernah surut. Nada suaranya terdengar riang dan penuh semangat. Siapa pun yang melihat Litia, tak perlu membutuhkan waktu lama untuk tahu kalau wanita itu tengah diselimuti bahagia.

"Dua-duanya, boleh?" Aira berniat menggoda.

"Tentu saja boleh! Kamu bisa makan apa pun yang kamu mau. Khusus buat kamu, sahabatku, gratis! Sebentar, aku suruh seseorang dulu buat bawakan." Tangan Litia hampir terangkat kala Aira menurunkan kembali tangan tersebut.

Aira menggenggam kedua tangan Litia. Dia sedikit menyerongkan tubuhnya hingga lutut keduanya bersentuhan. "Nanti saja. Menurutku, ada hal yang lebih penting yang ingin kamu sampaikan, benar?" tanya Aira penuh selidik.

Litia menyengir lebar. Saking lebarnya, gingsul atasnya menyembul keluar. Kedua pipinya pun seolah-olah berlubang akibat lesung pipinya yang tercetak jelas.

"Katakan! Ada apa?" Aira mengendikkan dagu, meminta sebuah jawaban, bukan sekadar senyuman.

Litia mengulum bibir sebentar sebelum berseru riang, "Aku hamil, Ra!"

Aira mengerjapkan mata. Untuk beberapa saat, dia tak bisa berkata-kata. "Ka-kamu hamil?"

"Iya, Ra. Aku hamil." Litia mengangguk cepat. Lalu dia mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya. Digerakkannya kedua jari tersebut ke kanan dan ke kiri. "Kembar," sambungnya tanpa menyurutkan senyum.

"Wo-wow!" Mata Aira semakin membeliak kaget. Dia sontak menarik Litia dan memeluknya senang. "Selamat ya, Litia! Aku ikut senang mendengarnya."

"Thank you, Ra!"

Aira menyudahi pelukannya. Dia meraih kedua tangan Litia dan menggoyang-goyangkannya saking bahagia. "Mulai sekarang, kamu harus banyak istirahat. Jangan pecicilan kayak tadi lagi. Pokoknya, kamu harus jaga baik-baik titipan Tuhan ini."

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang