Asrama 2

193 2 1
                                    

Sudah dua tahun Agus dan Jamal sekamar berdua di asrama. Artinya sudah berpuluh bahkan beratus malam keduanya tdr berdua di atas dipan yg sempit. Dan, bahkan aksi yg dilancarkan Jamal thdp Agus-pun, mungkin, sudah ratusan kali. Tp keduanya tetap bersahabat. Agus dan Jamal adalah anggota geng main kartu yg berjumlah empat orang. Selain Agus dan Jamal, ada dua sahabat lagi di asrama itu namun berbeda kamar.

Dua tahun merupakan waktu yg cukup utk mengenal karakter satu sama lain. Pun demikian dgn geng itu. Di antara anggota geng itu, hanya Agus dan Jamal yg terlihat sangat akrab. Kemana-mana berdua.
Makan di kantin berdua, ngopi berdua, mandi berdua meski gantian, tdr berdua. Hanya bermain kartu yg berempat.
Jika Agus malas masuk kelas, Jamal-pun akan ikut-ikutan malas. Demikian sebaliknya. Yg terakhir ini adalah contoh persahabatan yg buruk. Agus tipikal orang sederhana namun memiliki rasa percaya diri. Sedangkan Jamal tipikal orang yg boros namun tidak memiliki rasa percaya diri yg tinggi. Agus supel bergaul dan mudah beradaptasi, sedangkan Jamal susah beradaptasi dan sedikit tertutup.

Waktu sudah siang. Jarum jam sudah menunjukkan angka 09.00. Jamal baru saja bangun dari tidurnya setelah semalaman berfantasi dgn tubuh Agus. Ia mendapati Agus sudah tidak ada di kamar.
Tubuh Jamal terasa begitu lelah karena hampir tiap malam tak pernah tidur. Dengan malas ia turun ke bawah bermaksud cuci muka di kamar mandi siswa. Setelah itu ia pergi ke kantin utk mencari sarapan. "Pasti sudah ada Agus di sana" pikirnya.
Benar saja, di pojokan kantin Agus sedang asik ngopi sambil mengobrol dgn beberapa teman siswa yg lain. "Yaaaaa... ini nih ya. Kebiasaan gak pada masuk kelas" Jamal menyapa Agus dan teman lain sambil mendekati mereka dan ikut nimbrung.

"Jamal, lu semalam nyundut perut gue ya pake rokok. Ini nih buktinya, perut gue luka kayak gini," tanya Agus sambil mengangkat kaosnya dan memperlihatkan perutnya ke Jamal dan orang di sekitar. Memang, terlihat bercak merah kehitaman di daerah uluhati Agus.

Deg! dada Jamal berdegup kencang ditodong pertanyaan seperti itu. Ia memutar otak mencari jawaban yg tepat dan tidak mencurigakan.
"Ngapain juga gue nyundut lu. Kurang kerjaan kali gue. Masa org tdr sambil ngerokok" Jamal menjawab dgn aksen yg sangat wajar.
Beruntungnya teman lain yg ada di kantin seolah membela Jamal dan becandain Agus "Lu ngigau kali Gus" kata Ado, teman seasrama diamini oleh teman yg lain sambil tertawa. Agus hanya terkekeh menimpali candaan teman teman itu. Tinggalah Jamal yg kalut sendiri karena khawatir Agus sebenarnya tahu apa yg dilakukan olehnya tiap malam.

Sebenarnya Jamal memahami cara Agus menimpali ejekan, candaan, bullyan teman di asrama yakni dgn cara tertawa terkekeh. Tp kali ini Jamal merasa sangat khawatir.

"Jangan2 dia tahu kalau gue memiliki gairah aneh ke dia. Jangan2 dia tahu kalau tiap malam gue mainin perutnya. Jangan2 dia tahu kalau gue menyukai dia.
Kalau memang tahu kenapa dia tak memghindar atau pindah kamar. Kalau memang dia tahu, kenapa dia tdk kapok tidur bareng. Kenapa dia tdk sakit perutnya saat dimaininin? demikian pikiran Jamal berkecamuk. Ia makin khawatir ketika pada malam berikutnya Agus menginap di kamar teman yg lain. Jamal muram. Ia patah hati.

Mendadak rasa percaya diri Jamal jatuh ke titik terendah. Ia mendadak pendiam, bahkan terhadap sahabatnya sendiri, Agus.
Berhari-hari Jamal tak bicara atau menimpali candaan Agus yg tetap seperti biasa. Berhari hari Jamal memilih tidur di aula.
Agus terlihat bingung dgn perubahan sikap Jamal yg drastis terhadapnya. Sebenarnya setelah kejadian sundut rokok itu, Agus tetap sperti biasa. Tidak ambil pusing setelahnya. Tp makin hari, Jamal makin menjauh. Ada saja alasan dia utk menolak ketika diajak main kartu atau sekedar ngopi bareng oleh Agus.

Sampai suatu hari, Agus pamit utk pulang karena orangtuanya sakit keras. Jamal menunggu Agus tanpa ragu karena ia yakin Agus akan kembali ke asrama. Ia berjanji akan meminta maaf ke Agus tentang semuanya. Setelah itu, ia berniat pulang dan tidak kembali.
Namun keyakinan Jamal akan kembalinya Agus ke asrama meleset.
Berminggu, berbulan, Agus tak kunjung kembali ke asrama.
Hingga akhirnya Jamal tahu bahwa Agus memilih pindah studi ke daerah lain.

bersambung...




ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang