Asrama

268 4 3
                                    

Jamal menjatuhkan tangannya di atas perut Agus yg sudah tertidur. Lalu menekan pelan perut itu. Agus tak bergeming. Ia rupanya sudah tertidur pulas. "Yes. Sudah tidur dia," gumam Jamal senang. Mulailah Jamal beraksi mengikuti perintah syahwatinya. Ini adalah kesekian puluhkali malam dimana ia melancarkan aksi gairahnya thdp teman sekamar.

Jamal dan Agus adalah siswa di sebuah lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi. Keduanya tinggal satu kamar di asrama. Usia Jamal 23 tahun bertubuh sedang. Sedangkan Agus 22 tahun bertubuh agak pendek namun berbadan sedikit gempal.

Keduanya bersahabat baik. Sama2 suka menghabiskan malam bersama teman2 se-asrama dgn bermain kartu. Jika sudah begitu, berbungkus rokok dan bergelas kopi hitam mereka habiskan dlm satu malam.
Keseharian mereka lebih banyak dihabiskan utk bermain-main ketimbang menuntut ilmu utk masa depan.

Malam itu, keduanya memutuskan utk tdr lebih cepat dari biasanya karena teman sepermainan mereka sedang pulang, tidak ada di asrama.
"Tidur yuk ah. Main kartu juga gak ada temannya lagi," ajak Jamal kepada Agus yg sedang asik nongkrong di balkon lantai 2 asrama.

Mereka pun berjalan memasuki kamar. Melewati lorong yg di kanan kirinya adalah kamar kamar para siswa. Sambil bercanda-canda. Sungguh indah persahabatan keduanya. Sprti biasa keduanya berebut letak tidur dekat tembok.

"Gue duluan," teriak Agus sambil terkekeh melompat ke atas dipan kecil.
Ya. Di kamar itu hanya ada dipan kecil utk tidur kami berdua. Sebenarnya dipan itu hanya cukup utk satu orang.
Makanya letak tdr favorit itu di dekat tembok karena tdk bakal jatuh ke lantai saat tidur pulas.

"Ya sudah, gue mengalah dah," timpal Jamal sambil membaringkan badannya disamping tubuh Agus. Sebenarnya Jamal memang lebih suka tdr di pinggir dipan ketimbang dekat tembok.
Memang, tempat yg tersisa hanya cukup utk baringkan badan. Itupun sudah berdesakan.

Agus sudah tidur pulas. Jamal mulai melancarkan aksinya. Pelan-pelan ia buka satu persatu kancing baju yg dikenakan Agus. Pelan dan hati2 sekali. Ia cemas kalau sahabatnya itu sadar dan terbangun.

Setelah seluruh kancingnya dibuka, pelan2, dia sibakkan baju Agus dan tampaklah dada dan perut Agus yg sedang pulas tidur telentang. Jika sudah melihat pemandangan sprti itu, Jamal akan menelan ludah dgn hati gundah karena tidak mampu mengartikan gairah apa yg terjadi pada dirinya.

Mulailah ia meraba-raba bagian2 tubuh itu. Dada dan perut. Ia tekan uluhatinya. Pelan-pelan lalu agak kuat. Jika Agus terbatuk, maka buru2 ia berpura tidur pulas. Ia melancarkan aksi serupa kembali jika sudah yakin sahabatnya itu sudah tidur pulas kembali.
Kali ini, ia mencoba menekan tumit kaki kanannya tepat di uluhati Agus. Pelan lalu kuat dan lama.
"Oohokkk..."
Agus bergeliat sambil terbatuk namun tak lama ia melanjutkan tidur kembali tanpa sadar apa yg sedang dilakukan sahabatnya terhadap perutnya itu. Iapun tak sadar kalau ia tdr setengah bugil karena baju yg menutup bagian depan tubuhnya telah tersibak seluruhnya dan terbuka lebar.

Beghhh...
Jamal mencoba menjatuhkan ujung kepalan tangannya ke uluhati Agus. Tp Agus tak bergeming. Dicobanya lagi lebih kuat. Beghhhh! Agus tetap tak bergeming. Ia hanya merubah sedikit posisi tangan dari samping badan ke atas kepalanya.

"Posisi yg lebih indah" gumam Jamal. Ia makin bergairah. Gairah yg ia tak mengerti. Lalu, Beghhhhh! Satu tonjokan kuat telak bersarang di uluhati agus. Seketika Agus terbangun dan langsung duduk dan melihat sekitar.
Jamal spontan berpura tidur di samping Agus sambil mendengkur. Agus tampak bingung. Ia mendapati baju yg dikenakannya sudah terbuka lebar. Ia kancingkan lagi satu persatu dan tak lama iapun tertidur lagi merapat ke tubuh Jamal yg sedang mendengkur.

Jamal yg dari tadi panik dan cemas ketahuan akan aksinya kini nernalas lega. "Amaan.." katanya. Padahal ia sudah pasrah jika aksinya diketahui Agus. Kalau ketahuan, ia berencana pindah dari lembaga pendidikan itu.
Jamal memang sudah lama menaruh hati terhadap Agus.
Meski usianya lebih muda setahun di bawahnya, Agus bagi Jamal adalah teman lelaki ideal. Wajahnya tidak terlalu tampan atau bisa dikatakan biasa saja. Tp auranya terpancar sangat lelaki. Rambutnya keriting gimbal. Dan tentu saja selama mereka bersahabat, Agus sangat baik terhadap Jamal. Seringkali Jamal memancing amarah Agus agar ia emosi dan marah kepadanya. Tp hal itu tidak pernah didapati. Agus tetap sabar bahkan sangat sabar menghadapi lelucon atau bullyan apapun yg dilancarkan Jamal.

Jamal kehilangan ide utk mengerjai Agus lagi. Ditekan sudah, ditonjok uluhatinya sudah. Diraba sudah. Gairahnya makin liar. Tp ia tidak tahu bagaimana hrs mengekspresikannya. Lalu ia merebahkan kepalanya di atas perut Agus. mendengar suara-suara lucu dari dalam perut itu.
Setelah lama ia pun memindahkan kepalanya ke atas dada kiri Agus mendengar degup jantungnya yg teratur. Ia makin tak karuan. Gairah makin memuncak.

Jamalpub bangun dari tempat tdiur lalu menyalakan sebatang rokok. Ia duduk tercenung memandangi tubuh agus yg tetap tdr pulas meski telah ia siksa diam2. "Ah Agus. Lu bikin gue merana. Gue suka lu sejak pertama kali kenal. Tp gue takut mengutarakan" lirihnya.
"Gue takut geger se-asrama kalau lu tahu bahwa gue suka ma lu. Gue ingin menyakiti fisik lu. Perut lu. Gue suka. Cuma itu,"

Entah berapa batang rokok yg telah ia hisap dini hari itu. Tak puas2 menatap meraba kadang sedikit menekan bagjan tubuh delan Agus.
Sebetulnya beruntung bagi Jamal memyukai Agus dan mengerjainnya hampir tiap malam saat sahanatnya itu tidur. Karena Agus sendiri tak pernah memyadari sekdikipun. Dalam hal tidur, Agus memang dikenal sebagai tukang tidur. Bahkan keluarganya sendiri menyebut Agus dgn sebutan "Si Kebo" karena kalau tdr, konon, kayak kerbau. Terlalu pulas dan lama atau mungkin bisa dikatakan setengah pingsan. Sebutan "Si Kebo" itupun populer di kalangam pelajar se-asrama.

Sekonyong-konyong Jamal melihat sebilah pisau di atas lemari pakain. Diraihlah pisau itu. Setelah tertegun sejenak, iapun berfantasi dgn menempelkan ujung pisau ke seluruh bagian depan tubuh Agus. Mulai leher, dada, uluhati, pusar, begitu seterusnya. Berulangkali. Ia sangat bergairah malam itu. Ingin rasanya ia menusukkan ujung mata pisau itu dalam2 ke titik2 paling menggairahkan. Ingin rasanya ia melihat Agus mengerang jantan menahan sakit akibat ditikam pisau. "Ah, tak mungkin gue lakuin gairah iblis ini," begitu Jamal bergumam dgn lirih. Iapun menyudahi aksinya bermain pisau. Agus tetap tak bergeming. Posisi tidurnya tetap tak berubah. Terdengar dengkuran halus teratur.
Jamal kembali menyalakan sebatang rokok. Ia tak bisa tidur. Ia terus berusaha melawan hasrat anehnya thdp lelaki meski ia tahu itu tak berhasil. Karena sudah berapa ratuskali malam ia tidur berdua dgn Agus.
Jamal mencoba membaringkan matanya di samping Agus sambil terus merokok. Ingin sekali ia tdr dan melupakan gairahnya. Tp rasa kantuk tak pernah singgah sedetikpun.
Lalu, ia nekad menyundut uluhati Agus dengan rokok yg memyala secepat kilat seraaya menekannya hingga bara api rokok itu padam.Secepat itupula ia membuang puntungnya ke kolong dipan dan ia langsung pura2 tidur sambil mengintip reaksi Agus.
Bersamaan dgn itu, Agus terhenyak kaget. Ia terbangun dan duduk. Lalu memeriksa perutnya. Tanganya sesaat meraba bekas sundutan rokok. Setelah mengamati sekeliling dan me dapati Jamal tertidur pulas, ia kembali tertidur. Kali ini ia merubah posisi tidurnya dgn menyamping ke arah tembok.

Bersambung....








ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang