PART 2 : Tertipu

51 12 0
                                    

Ara terus berlari tanpa menghiraukan orang sekitar yang menatapnya aneh.

Matanya banjir akan air mata, yang dibutuhkan saat ini adalah ketenangan, Ara bergegas ke taman belakang sekolah, sesampai disana Ara duduk dibawah pohon beringin yang cukup lebat  sambil memeluk kotak bekalnya.

"Kak Ero sebenarnya cinta sama Ara gak sih?" tanya Ara bimbang pada diri sendiri.

Ara menundukkan kepalanya sedih, air matanya telah merembes ke pipinya.
Ara sedikit tersentak saat ada seseorang menepuk kepalanya pelan, Ara mendongakkan kepalanya.

"Kak Arka ngapain disini?" Arka tidak menjawab hanya duduk disamping Ara membuatnya merengut.

Arka tersenyum simpul, melihat wajah lucu Ara entah mengapa ia suka sekali melihat wajah itu.

"Mengapa?" tanya Arka sambik mendongakkan kepala menghadap langit

Ara menoleh kearah Arka.

"Mengapa kamu terus mengejarnya?" tanya Arka sekali lagi.

Ara tersenyum pilu dan ikut mendongakkan kepala.

"Karena cinta," jawab Ara ragu.

"Alasannya?"

"Karena aku yakin kak Ero juga cinta dengan Ara."

"Oh, oke tapi ...." Arka berdiri dari duduknya.

"Kalau lelah aku siap jadi pelarianmu," lanjut Arka lalu pergi.

Membiarkam Ara yang masih loading atas ucapan Arka.

***

Kembali lagi dikelas dimana para siswa lagi asyik bercengkrama dengan lainnya karena saat imi kelas lagi kosong.

Ara masih melamun tentang ucapan Arka, tetapi lamunan seketika pupus saat ponselnya berdering singkat.

Matanya yang sendu kembali berbinar saat membaca pesan dari pujaan hati.

Disana terpampang pesan yang berkata, "Ra, maafkan aku sudah mempermalukanmu di kantin, bukanya aku nolak tapi aku gengsi. Sebagai permintaan maaf ayo pulang bareng."

Ara tersenyum ketir, ia tidak tahu sampai kapan kak Ero terus gengsi, tetapi Ara tetap menunggu dengan setia.

"Ara loe masokis?" tanya Chika disamping kepala Ara membuat sang empu terkejut.

"Ih, kamu mah kok gitu sih? Ara kan terkejut."

"Ehm, Loe aneh banget udah dipemalukan, dihina, dan cibir masih aja kejar si sialan Ero itu."

"Tapikan dia udah minta maaf nih," kata Ara seraya memperlihatkan pesan dari Ero.

"Emang kata maaf itu bisa mengobati rasa sakit loe?"

Deg ....

Entah mengapa Ara merasa yang diucapkan Chika itu ada benarnya, tapi karena rasa sayang dan cintanya yang mendalam dia rela disakiti asalkan suatu saat nanti Ero bakal nerima dia sebagai kekasih hatinya.

Tiba-tiba teriakan ketua kelas ....

"Gaes ada pengumuman hari ini pulang awal karena gurunya meeting!"

Semua murid bersorak bahagia sesudah mendengar berita baik itu.

"Yuk Ra kita pulang," ajak Chika.

Ara hanya menganggukkan kepala lalu membereskan semua peralatan sekolah.

***

Ara berjalan dengan Chika secara beriringan, Chika merasa aneh dengam sikap sahabatnya hari ini biasa kalau dihina dan cibir, Ara pasti pasang tampang bodoh.

Tapi sekarang wajah Ara terlihat lebih lembut dan lugu.

"Ra, loe gak pa-pa kan?"

"Gak pa-pa kok jangan khawatir," jawab Ara berusaha tertawa walaupun diwajah sudah ketara kalau ia lagi banyak beban pikiran.

"Yaudah gue nunggu loe sampai loe cerita sendiri."

Tiiit ....

"Eh Pak sopir, Ra mau pulang bareng gue gak?" tawar Chika.

"Gak usah aku ada janji dengan-"

"Ero maksud loe?" Wajah Chika berubah masam.

" ... " Aku hanya diam membisu.

"Huft, yaudah gue pulang dulu oke hati-hati." Chika berlari memghampiri kang sopir seraya melambaikan tangannya kearahku.

Ara membalas lambaiannya dengan semangat.

Tak berselang lama, terdengar suara motor yang cukup keras membuat Ara menoleh kesumber suara disana berdirilah seorang pria tampan lengkap dengan helm fullfacenya.

"Ara ayo pulang oke!" ajak Ero membuat Ara bersemamgat lagi.

Ia berlari menuju kearah motor, namun langkah lamgsung berhenti saat Ero dihampiri oleh wanita yang dikantin itu, siapa lagi kalau bukan Siska.

"Sayang tolong anterin aku pulang ya," pimta Siska dengan manja.

Ara hanya memperhatikan dua sejoli itu seksama.
Ero melihat Ara yang berdiri tepat didepan motornya.

"Yang, ayolah nanti gak tak kasih jatah syukurin loe."

"Jatah?" batin Ara bingung saat mendengar ucapan Siska

"Baiklah ayo aku antarkan pulang naiklah," perintah Ero.

"A--anu Kak katanya pulang sama aku kok pulang sama mbak Siska sih?" tanya Ara berusaha memgingatkan Ero atas janjinya beberapa waktu lalu.

"Yang emamg bener kamu ngajak si miskin pulang bareng?"

"Enggak kok, aku cuma bercanda sayang dianya aja kegeeran." ucap Ero santuy.

Ara tidak mengetahui sudah berapa kali hatimya disakiti oleh samg pujaan hati.

"Hey! Miskin loe gak usah ngimpi loe bisa pulang bareng Ero," cerca Siska.

Ero dan Siska langsung melegang pergi, air mata Ara kini jatuh kembali, Ara merasa ditipu lagi dan lagi. Sebenarnya Ara sudah tidak kuat untuk menghadapi sikap buruk dari Ero tapi mau gimana lagi namanya juga cinta, pahit manis harus diterima.

Ara pun mutuskan untuk pulang sendiri, baru beberapa langkah terdengar suara moge dibalik punggung Ara.

Ara seketika senang, ternyata Ero menepatin janji untuk mengajaknya pulang bersama.
Ara pun langsung berbalik tapi senyum hangatnya langsung luntur saat mengetahui sang penyebab siara itu.

"Ara, loe kok belum pulang?"

"Belum masih nunggu jemputan, kalau kak Arka kok baru pulang?"

"Habis latian bola." Ara hanya membulatkan mulutnya.

"Ayo pulang bareng aku aja," tawar Arka.

"Gak usah kak ku bisa sendiri," tolak Ara.

"Aku yang maksa," ujar Arka datar.

Mau gak mau Ara menuruti tawaran itu.

BERSAMBUNG ....













Hadiah Terakhir Ara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang