PART 3 : Pupus

51 13 0
                                    

Ara hanya diam membisu diatas boncengan Arka, Arka tahu apa yang dipikiran Ara.

Sesampai dirumah Ara pun tak habis pikir langsung turun dari motor Arka dan tak lupa mengucapkan terima kasih walau wajahnya menatap Arka kosong.

"Kak, makasih ya udah anterin aku pulang."

Arka hanya diam dan tak berniat untuk pergi dari tempatnya sesenti pun tidak. Ara mengerut dahinya bingung.

"Kok, gak pulang sih Kak?" tanya Ara.

Arka merengut sebal karena ketidak pekaan Ara.

"Ini ngusir ceritanya?" tebak Arka.

"B--buka begitu maksud ku-"

"Aku paham kok, yaudah alu pulang dulu ya," potong Arka.

"Yaudah hati-hati ya Kak," ujar Ara sambil melambaikan tangannya.

Arka menstater mogenya lalu pergi, Ara menatap punggung Arka yang kian memjauh demgam semyuman hangatnya.

***

"Ra ... tante, om, dan, mamamu besok mau pergi ke luar kota selama seminggu."

Ara menatap wajah tantenya dengan bahagia, pikirannya mulai terbang kelangit cinta.
Ia membayangkan dimana rumah itu hanya dihuni oleh Ara dan cinta sejatinya Ero lagi kasmaran.

Sedangkan Ero hanya bungkam dan tak berniat mengeluarkan pendapat.
Ero menatap Ara yang lagi memakan makanannya dengan lahap padahal tadi tak selahap itu.

Setelah makan malam kelar Ara pun mengumpulkan semua piring ke westafel untuk dicuci.
Sebenarnya itu tugas mamanya namun ia memaksa mamanya untuk istirahat, mamanya terpaksa mengiyakam kemauan sang putri.

Ara saat ini tengah mencuci piring bekas makan malam tadi, tanpa ia sadari disana ada sepasamg mata lagi menonton kegiatan Ara.

"Ra," panggil Ero.

Ara menoleh dan tersenyum manis saat orang yang memanggilnya adalah Ero.

"Ada apa Kak?"

"Aku minta maaf soal tadi." Ara mengelengkan kepalanya dan tersenyum simpul.

"Gak pa-pa kok Kak, aku ngerti kaka masih belum siap."

"Yaudah gih Kakak haris istirahat biar bertenanga Kakak kan udah kelas 12," sambung Ara.

Ero tersenyum lalu mengusap kepala Ara lembut.

"Good night Ara."

"To," balas Ara.

***

Dipagi hari yang cerah, mentari malu-malu mulai menampakkan diri.

Ara dengan semangat berdandan cantik dan berlegak-legok seakan-akan dirinya seoramg boneka barbie, setelah selesai berdandan ia pun keluar dari kamarnya dan menyapa semua penghuni rumah yang lagi sarapan.

"Pagi semua!" sapa Ara.

"Pagi juga sayang," jawab ibu Arka, Ara dengan cerianya memghampiri semua keluarga dan mencium pipi setiap dimulai dari ibu Arka, ayah Arka, mamanya dan terakhir Arka.

Namun diurunginya niatan untuk mencium pipi Arka karena ia masih sadar posisi saat ini dimana ia hanya seoramg Fans maniak.

"Lo kok Arka gak dicium pipinya?" ibu Arka mulai mengoda Ara, seketika wajah Ara merengut memberi kesan imut.

"Ih, tante ya gak boleh gitu dong kan Arka udah gede pasti gak maulah dicium Ara sepert dulu." Wajah Ara memerah karena malu.

Ibu Ero tersenyum, melihat tingkah laku Ara yang mengemaskan walaupun dibalik sikap ceria Ara terdapat bagai kesengsaraan yang harus dihadapi Ara sendiri.

"Yaudah Tante, Paman, dan ibumu berangkat dulu oke, Ara tolong kaga rumah ini baik-baik dan kamu Ero tolong jaga Ara oke?"

"Yes Mom," jawab Ero singkat.

Ara mencium tanga ibu Ero, ayah Ero, dan ibunya.

"Ra, loe berangkat sendiri ke sekolah," pinta Ero dingin.

"Kenapa?"

"Aku ada urusan," jawab Ero ketus dan berlalu, Ara merasa aneh mengapa sikapnya seperti itu padanya apakah Ara berbuat salah?

Disisi lain Ero hanya berdecih kesal pada gadis serumah dengannya entah mengapa ia mulai tidak menyukai gadis itu, Ero dulu memang  menyukai Ara tapi entah mengaa sejak dekat dengan gadis lain yang bernama Siska ia mulai terlena dengan kecantikannya.

Ia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju sang pujaan hati.
Sesampai disana berdirilah seorang gadis dengan pakaian Sma ketat seakan-akan ia sengaja memeperkecil pakaian sehingga menampilkan lekukan badannya.

Tidak seperti Ara yang memakai pakaian longgar menyebabkan ia terlihat lebih gemuk.

"Sayang, selamat pagi," salam Siska sambil mengecup bibir Ero pelan.

"Juga, ayo berangkat nanti telat." Siska tanpa diperintah langsung naik ke boncengan Ero dan memeluk perut Ero erat.

Dijalan Ara hanya melangkahkan kakinya pelan, ia masih berfikir mengapa Ero sedingin itu padanya.

Matanya langsung terbelalak saat pandangannya menyapu jalanan dan melihat ada lelaki yang benar-benar ia kenal lagi berboncengan dengan seiramg gadis Sma yang memiliki seragam yang sama dengan Ara, hatinya panas bagaikan siram air panas sejuta celsius.

"Apakah Ero mulai tidak cinta lagi denganku?" guman Ara pelan.

"Tapi aku harus positif thinking," batin Ara.

Ara melanjutkan perjalanannya yang sempat terduga, namun baru memulai satu langkah tiba-tiba terdengar suara motor yang membuat Ara menghentikan langkahnya.

"Ra, ayo berangkat bareng kalau loe nolak gua bakal paksa loe sampe mau," ujar Arka cepat, Ara menghembuskan nafas pelan.

***

Beberapa Jam Ara masih ngelamun hingga Jam pelajaram telah usai mulai memasuki jam istirahat, hatinya tidak tenang membuat Chika memadangnya aneh.

"Ra, loe ngapa sih? Ini pasti gara-gara Ero kan?" tanya Chika.

Ara masih diam, tak menanggapi pertanyaan Chika.

"Huft ... aku tahu kamu saat ini sakit hati katena Eri sudah jadian ama Siska," sambung Chika.

Deg ....

"A--apa kak Ero j--jadian?" tanya Ara tak percaya.

"Jangan bilang loe kagak tahu."

Hatinya hancur, badannya lemas, wajah lesu seperti tidak dikasih makan berhari-hari.
Pantesan Ero mulai menjauhi karena Ero harus menjaga hati sang kekasih Siska.

Tak sadar pipinya sudah basah oleh air mata, Chika melihat kejadian itu merasa benar-benar bersalah.

"Ra, maaf aku gak ta-"

"Gak pa-pa kok, aku paham memang aku ini hanya terlalu terobsesi dan gila pada Ero."

"Yaudah aku mau ketoilet dulu mau basuh muka oke, jangan khawatir aku kuat kok hehehe," sambung Ara llu melengos pergi meninggakan sahabatnya.

Kalau cinta sesakit ini lebih baik Ara tidak jatuh cinta saja.
Walau hatinya hancur tapi ia tidak bisa menggugat, karena apa? Karena cinta.
Ara harus bahagia atas kebahagiaan Ero yang bisa menjalin kasih dengan orang yang benar-benar ia sukai.

BERSAMBUNG ....













Hadiah Terakhir Ara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang