Sepuluh tahun telah berlalu sejak luka itu digoreskan, namun aku masih bisa merasakan perihnya.
Aku putar lagu yang membuatku berdansa dengan riang di kamarku sore itu, ingin ku lupakan semua dan berpesta dengan diriku sendiri.
Empat tahun lalu, seorang Tuan si maha tahu, bila aku boleh memanggilnya begitu, datang menceritakan berbagai kisah mengenai kehidupan yang membuatku takjub, yang membuatku lupa akan luka.
Tuan begitu mempesona dengan senyumnya yang memabukan, begitu hangat, hingga akhirnya aku dapat memeluknya pada pertengahan Agustus setelah dua tahun menantikannya. Tak ku sangka, Tuan ternyata memiliki racun yang begitu mematikan berupa kata-kata manisnya.
Dua tahun berlalu, luka yang telah berumur sepuluh tahun kini terbuka kembali karena Tuan pergi dan tidak lagi menceritakan kisah-kisahnya.
Aku dan luka ku kini berkelana, mencari pertolongan.
YOU ARE READING
Unspoken Words
SonstigesBeberapa kata tidak dapat dikatakan begitu saja. Beberapa kata tertahan. Akan aku tulis, semua kata yang aku ingin ungkap.