Unlucky day!

3K 133 44
                                    

Danau kano.

Tempat  ke-2 yang menjadi favorite nya ketika berada di Camp Half-Blood, tentu saja yang pertama adalah Cabin Poseidon. Di tempat ini biasanya ia sering bercerita tentang apa saja yang ia alami kepada ayahnya, meskipun ia tidak yakin jika ayahnya akan mendengarkan. Percy tahu, ayahnya adalah seorang dewa laut yang sangat sibuk tapi apakah tidak ada waktu selama semenit sehari untuk sekedar mengobrol dengannya?

Ah, tentu saja tidak.

“Percy!”

Percy sedikit tersentak, ia langsung menoleh. Grover, sahabat baiknya tengah berlari kearahnya dengan tergesa-gesa. “Kau harus tahu! Thalia.. Nico..” Ucapnya tidak jelas. Pundaknya naik-turun dengan cepat.

Okay. Calm down, Grover. Ada apa dengan Thalia dan Nico?” Percy bangkit dari duduknya dan menatap Grover yang tengah mengambil nafas dengan intens. Berita tentang kedua sepupunya itu selalu menjadi topik yang selalu ia khawatirkan. Karena hal sepele selalu menjadi hal yang besar ketika mereka bertengkar.

“Mereka bertengkar!” Grover nyaris berteriak, wajah ovalnya terlihat khawatir dan menurut Percy ekspresi khawatir itu sedikit berlebihan.

“Bertengkar? Lagi?” Percy mengulang dan dibalas anggukan mantap dari Grover.

“Kau harus cepat menengahi mereka, Percy! Thalia bisa saja menyambar Nico dengan petir!”

Percy menaikkan sebelah alisnya, heran. “Lalu, ketika aku menengahi mereka aku akan terkena sambaran petir Thalia dan dikerubungi hantu-hantu panggilan Nico?”

Karena menurut pengalaman Percy, kejadian yang hampir sama selalu terjadi. Percy berusaha menengahi, Percy pula yang terkena imbasnya.

Grover terlihat bingung saat itu juga. Yah, mungkin memanggil Percy untuk menengahi Thalia dan Nico yang sedang bertengkar bukanlah ide yang bagus. Mereka bisa membuat masalah semakin besar lagi jika digabungkan. “Tapi, hanya kau yang bisa menghentikan mereka.” Ucap Grover sedikit tidak yakin.

“Ayolah, Perce..” Grover mendorong Percy. “Mereka berada di tempat latihan pedang.”

Percy pun mulai berjalan cepat. Semakin mendekati arena latihan pedang, awan hitam tebal mulai menghiasi langit diatasnya. Beberapa kali suara gemuruh petir terdengar. Percy sedikit merasa heran, kenapa ia tidak mendengar kericuhan ini sedikitpun saat didanau kano. Suasana disana pun terasa dingin menusuk yang membuat tubuhnya terasa merinding.  Tak jauh dari tempatnya berdiri, Thalia dan Nico tengah berhadapan. Kedua tangan mereka terkepal dengan erat. Mata mereka menyorot tajam satu sama lain.

Oh my God! Mereka terlihat seperti akan melawan Kronos saat ini.” Gumam Percy.

Beberapa anak Ares mulai bersiap dengan beberapa pedang mereka, meski sebenarnya mereka tahu pedang itu tidak akan berpengaruh besar untuk masalah kali ini. Annabeth terlihat cemas, beberapa kali ia memanggil Thalia dan mencoba menghentikan kemarahan Thalia.

“Hey.. Hey.. Apa masalah kalian kali ini? Bisakah kalian meredam emosi kalian?” Ternyata Percy benar-benar menengahi mereka. Ia datang dan langsung mengambil tempat diantara Thalia dan Nico.

“Dia harus diberi pelajaran, otak ganggang!” Ketus Thalia. Tanggapannya cukup bagus, karena setidaknya ucapan Percy didengar oleh Thalia.

“Hey.. Berhenti memanggilku otak ganggang, muka pinus!” Percy mulai serius, namun ia menghela nafas berat.  “Aku tidak berniat mencari masalah denganmu, Thalia.”

“Thalia memang selalu mencari masalah dengan siapapun, Percy.” Ucap Nico santai.

Blarr..

Petir kembali menyambar sebuah pohon dibelakang Nico. Membuat beberapa blasteran terpekik kaget.

Percy's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang