"PANGGILAN KEPADA SYAQEELA ALDA ZAEN DIMOHON MENUJU RUANG BK"suara pak Rio selaku guru BK menggema.
Langkah kaki Alda memelan saat hampir sampai diruang BK
Alda tau pasti pak Rio akan membahas kejadian kemarin sore."Permisi pak"ucap Alda sopan
"Masuk"
Alda mendudukkan dirinya kursi depan pak Rio.
"Ada apa bapak memanggil saya"tanya Alda
Pak Rio mengembuskan nafas berat, telunjuknya memijit pelipis,raut wajahnya menunjukan bahwa beliau penat.
"Kamu tau kan masalah kemarin sore,bapak harap kamu bisa mewakili sekolah untuk meminta maaf kepada pihak SMA NIAGRA,kejadian kemarin memakan korban hanya korban luka-luka,hari ini kamu kerumah sakit untuk meminta maaf"ujar pak Rio
"Tapi pak kenapa harus saya ya"tanya Alda dengan sopan
Pak Rio tersenyum hangat"karena kamu ketua OSIS disini,kamu tidak sendiri kamu kesana dengan saya,dan tentunya ketua dari tawuran kemarin Bimo"
Alda mengangguk paham,dia baru tau bagaimana pusingnya menjadi ketua OSIS,baru satu bulan menjabat sebagai ketua OSIS masalah selalu mengikutinya.
♥
Pintu ruangan terbuka,terlihat lelaki dewasa menuju ke ranjang pesakitan diikuti dua orang yang memakai seragam sekolah yang berbeda dengannya.
"Permisi"
Terlihat lelaki dewasa tadi berbincang-bincang dengan pak Setyo dan orang tua ical
Angga bingung apa yang harus dia lakukan,melihat didepannya ada dua orang tadi sedang berdiam diri.
Suara bariton menginterupsi"Bimo silahkan"
Laki-laki yang dipanggil Bimo itu mendekat ke ranjang Ical.
"Gue minta maaf"ucapnya singkat dengan wajah malas-malasan.
"Bimooo"lirih wanita yang berada beberapa meter dari Bimo penuh penekanan.
"Kami minta maaf atas semua yang terjadi,disini kita sama-sama melakukan bukan menyerang,semoga setelah ini tidak ada kejadian seperti ini lagi"ucap wanita itu dengan senyum yang selalu terpatri membuat Angga seakan tersihir olehnya.
Angga melihat Ical hanya mendengus dan menoleh kearah lain,Angga yang melihat situasi tidak mengenakan pun maju.
"Saya juga berharap semoga kejadian ini yang terakhir"ucap Angga yang hanya melihat ke wanita didepannya tanpa menoleh ke arah lelaki yang dipanggil Bimo itu.
Senyum.
"Ya sudah kalau begitu kami pulang dulu,terimakasih pak Setyo sudah menyambut baik kedatangan kami"ucap lelaki dewasa itu.
"Dan saya meminta maaf atas kejadian ini,maaf ya pak Bu"lanjutnya kini berbicara dengan orang tua ical.
Angga harap ini berakhir atas kejadian Ical yang masuk RS tawuran dan permusuhan tidak akan terjadi lagi.
Saat Angga ingin melangsungkan kaki menuju kelas suara pak Setyo terdengar.
"Angga saya ingin bertanya sesuatu kepada kamu"
"Iya kenapa ya pak"
"Saya tau kamu bisa melawan mereka atau mencegah mereka untuk tawuran tapi kenapa kamu diam"
Hening sejenak.
"Saya menjabat sebagai ketua OSIS baru baru ini,jika saya mencegah mereka,mereka akan mengira saya jagoan"
Pak Setyo menggeleng kan kepalanya"itu salah Angga, seharusnya kamu mencegah mereka,bapak berharap kepada kamu sebagai ketua OSIS dapat mencegah tawuran syukur-syukur menghentikan tawuran yang selalu terjadi dari dulu sampai sekarang"
"Kenapa kita tidak mendatangi sekolah dan bapak Rino selaku kepala sekolah berbicara dengan kepala sekolah SMA JAYA"usul Angga
"Sebelum kamu usul itu semua sudah terjadi,namun ini bukan permusuhan antara guru-guru ini permusuhan antara siswa,mau bagai manapun harus dihentikan,jangan takut untuk melawan Angga,bapak tau kamu atlet Tae Kwon do,tidak ada yg berani kepada kamu"
"Saya coba"
♥
Alda memikirkan kejadian di rumah sakit tadi,lelaki berkharisma yang belum Alda ketahui identitasnya.
Satu yang Alda yakini lelaki tadi pasti tidak ikut dalam tawuran mengingat sikapnya tadi.
Atau mungkin lelaki tadi juga ketua OSIS seperti Alda ? Yang disuruh untuk mewakili.
Alda juga mengingat sikap lelaki yang sedang terbaring di ranjang pesakitan,tidak menyambut perkataan Alda,tidak sopan,untung ada lelaki berkharisma tadi,Alda tersenyum kecil mengingat itu.
Eh,mengapa Alda mengingatnya terus,sudah gila.
♥♥♥
YEEE PART TWO...
BACAAAA YA!DAHHH SEE U BUBAY♥
INI PART DIKIT YA:V
KAMU SEDANG MEMBACA
ketos fall in love
Teen Fictiondua hati yang ingin menyatu namun terhalang oleh dendam dua kubu