Kematian Sogol

594 8 3
                                    


Mantri polisi ulrich van Heiner hampir tidak percaya dengan apa yang Karman katakan, itu tidak masuk akal, pikirnya.

Bagaimana mungkin, seekor ayam jago putih bisa menyimpan sebuah kesaktian bagi pemiliknya, itu sama juga bohong.

"Karman..., kamu orang harus bertanggung jawab dengan ucapanmu"

"tentu meneer Heiner"

"buktikan Karman"

Dengan sorot mata tajam, Karman seolah olah sudah siap untuk membunuh ayam jago tersebut.

Sejenak memorinya kembali diputar saat dia, Tumpi dan Sogol masih menjadi murid Bopo guru.

"mati kau ayam...."

Teriakan Karman dibarengi dengan tebasan goloknya pada leher ayam tersebut.

Ada sebuah peristiwa yang membuat semua yang ada di tempat tersebut kaget dengan apa yang dilihatnya.

Kepala ayam itu melesat setelah terpisah dari badannya, dan patuknya langsung menancap pada pohon randu, dan seketika itu pula pohon tersebut mengering seperti habis terbakar.

"meneer Heiner, ini pertanda kesaktian Sogol sudah hilang, ayo kita bunuh dia"

"ayo...., kita cari dia"

Sogol tertunduk lesu, dia hempaskan tubuhnya ke tanah.

pandangannya menerawang kosong ke depan, kurungan itu telah kosong, dan ayamnya telah raib dibawa oleh Karman.

"mbok...., kesaktianku onok nang pitek iku, nek pitek iku mati, aku yo iso mati"

Ibu Sogol cuma bisa menangis sedih dengan apa yang anaknya tersebut katakan.

Dia juga sudah berusaha untuk menjaga ayam tersebut, tapi apalah daya bagi orang yang sudah tua seperti dirinya.

"dor....dor......"

Sogol dan ibunya sangat terkejut tiba tiba mendengar  rentetan tembakan di dekatnya.

Dengan cepat Sogol langsung berusaha berlindung untuk menghindari tembakan tersebut.

"oh......tidak"

Ternyata Sogol mendapati lengannya telah tertembus timah panas, dan mengeluarkan darah.

Hal ini sudah menandakan jika ilmu kebal yang dia miliki telah hilang.

"mbok...., tak tinggal mbok...."

"sing ati ati le...."

Sogol berlari kencang meninggalkan rumahnya untuk menyelamatkan diri.

"bangsat.....mblayu koen rupane, ayo kejar dia....."

Teriak Karman kecewa, karena Sogol berhasil melarikan diri dari kepungan mereka.

Bagai kijang yang melesat cepat meninggalkan para pemburunya, dengan tangan membekap luka tertembus timah panas, Sogol terus berlari.

Walau kadang kadang terdengar suara letusan senjata di belakang dirinya, dia sama sekali tidak menoleh ke belakang.

"cak Hamsah, tolong aku cak...."

"kenek opo koen gol...?"

"aku.pesen wasiat"

"wasiat opo?"

"nek aku mati, tolong kuburno aku nang pekarangan omahku"

Hamsah tidak langsung menjawab, dia cuma manggut manggut, nun paham dengan maksud Sogol.

"tak tinggal cak..."

"sing ati ati gol..."

Lelah dan terluka, membuat Sogol benar benar panik, kini suara suara tembakan itu kian dekat.

Namun Sogol mencoba untuk tidak menghiraukannya, dia terus berlari.

Namun sesuatu terjadi pada diri Sogol, tiba tiba dia merasa punggungnya seperti tertembus sebuah benda.

Tenaganya terasa langsung seperti hilang, dia mencoba untuk terus berlari.

Tapi seperti tidak ada lagi tenaga yang dia miliki, tubuhnya ambruk ke tanah.

Pandangan mulai terasa kabur, dalam keremangan pandangannya, dia melihat sepatu sepatu para serdadu kompeni mulai mendekatinya.

"tamatlah riwayatku hari ini"

Dalam posisi tidak berdaya, mantri polisi van Heiner, mendekati Sogol.

"berdo'alah kepada tuhanmu, karena hari ini kamu akan menghadapnya"

Lalu senjata van Heiner mengeluarkan suara tiga kali.
"dor..dor..dor.."

Saat itu juga mata Sogol langsung terpejam, dan darah mulai membasahi tubuhnya.

LEGENDA RAKYAT  SOGOL PENDEKAR SUMUR GEMULINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang