CLAN

6 0 2
                                    

Aku berjalan tanpa arah, dengan pikiran kosong tanpa benar-benar memperhatikan sekeliling ku. Entah bagaimana orang-orang melihatku, pakaian yang lusuh, rambut yang entah kapan terakhir kali aku merapikan nya.

Entah darimana akan aku dapatkan uang sebanyak 150 juta dalam waktu 3 hari. Apa yang bisa diharapkan dari pegawai magang seperti diriku?
Kenapa harus aku yang memikirkan nya? Kenapa aku yang harus melunasi taruhan ayah ku?
Karena jika bukan aku siapa lagi?
Aku tidak ingin rumah yang selama ini aku tempati yang penuh dengan kenangan ibu ku diambil alih begitu saja hanya karena perbuatan bodoh ayah ku. Dan lagi, dimana aku akan bernaung jika itu terjadi?


Mengkhayal menemukan harta karun, dan melunasi semua tagihan dengan mudah. Aku benar-benar benci ada di posisi berat seperti ini. Rasanya ingin hilang seperti asap, atau kembali hidup seperti burung Phoenix tetapi dengan Fleur yang kaya raya.

Rasanya aku hanya seorang diri di tengah tengah kota yang ramai ini. Tenggelam dalam lamunan dan pikiran yang kalut.

"Hai?" Suara berat seorang laki-laki terdengar dari telinga kiri ku tapi tak membuat ku bergeming atau bahkan sekedar menoleh.
"Semua orang punya masalah, bedanya ada yang bisa menyelesaikan nya ada juga yang tidak. Aku disini bisa membantu mu" lanjutnya, kali ini perkataan nya mengalihkan pikiranku.

"Apa maksudmu? Apa juga yang kamu tahu tentang diriku?" Jawab ku sambil menatap tajam matanya yang berwarna hazel.
Dari penampilan nya, sepertinya dia laki-laki kisaran umur 25 berpakaian rapih dan rambut yang cepak.

"Fleur Delacour, kenalin aku Rakata" ujarnya sambil menyodorkan tangan kanan nya.
Aku hanya bisa menatap tangan nya heran, bagaimana bisa orang yang baru saja 1 menit aku temui mengetahui nama lengkap ku.
"Clan VTRN dengan title Elite, aku juga tau kamu adalah perempuan yang dekat dengan Steve". Lanjutnya

"Steve? Bagaimana kamu bisa tau tentang Steve? Dan clan? Clan apa maksudmu? Aku benar-benar tidak mengerti" jawab ku mengerutkan kening.

"Kami akan melunasi taruhan nya dengan syarat kamu masuk clan kami. Perempuan seperti mu sangat dibutuhkan saat ini, dan kami semua sudah tau tentang dirimu" Pertanyaan ku rasanya hanya seperti angin, dia tidak memperdulikan nya.

"Maaf, tapi aku tidak terbiasa berbicara dengan orang asing" jawab ku sambil beranjak dari kursi kayu taman kota itu.

"Fleur, kamu akan memikirkan nya dan akan kembali padaku" suara teriakannya terdengar dari balik punggung ku.

-----------------------------------------------------

"Kamu berhutang penjelasan tentang Rakata, Clan VTRN dan semuanya" bantingan tas ku cukup mengagetkan Steve yang sedang fokus dihadapan laptop nya.
"Apa? Ada apa Fleur ko tiba-tiba?" Jawabnya sambil memamerkan senyum manisnya.

Steve adalah laki-laki yang sudah aku kenal sejak 1 tahun terakhir. Dia manis, perduli dan juga terasa seperti rumah, nyaman jika aku ada di dekatnya. Dia adalah senior di kantorku. Pertemuan kita berawal dari pertama aku bekerja sebagai karyawan magang di kantor itu. Dan aku benar-benar tidak menyangka hubungan kami akan sejauh ini.

"Duduk dulu" lanjutnya menarik tangan kanan ku. Mataku hanya menatap bosan wajah nya berharap penjelasan.

"I told you before, kalau aku beda. Dan aku nanya kamu masih mau berteman sama aku dan ka---

"Yes i know but aku gatau apa-apa tentang clan, apa maksud kamu clan itu yang membuat kamu berbeda? Clan semacam apa itu,apa itu sama seperti illuminati ? " Potong ku dengan nada bicara yang sedikit lebih tinggi.

"Hey no, ini hanya perkumpulan orang yang mempunyai hobi yang sama. Dan anggota kita banyak jadi wajar kan jika kita bisa bantu kamu? Masalah Rakata tau tentang kamu, aku yang cerita". Jelasnya, mata nya menatap dalam mataku dan jemarinya bermain lembut dipermukaan pipiku.

"Jangan overthinking, Rakata memang seperti itu. Orang nya ceplas-ceplos". Perkataannya diakhiri dengan tawa kecil yang menyebabkan merekahnya senyum dari sudut-sudut bibir ku.

Sampai aku lupa apa maksud dia berkata bahwa dia berbeda dan perkumpulan dari hobi, dia tidak menjelaskan semuanya. Hobi apa? Siapa mereka? Tapi rasanya setelah semua penjelasan Steve pertanyaan ku terjawab dan membuat ku sedikit lebih lega.

---------------------------------------------------

"Tinggal 2 hari, apa kamu yakin kalau temen-temen kamu bisa bantu aku? 150 juta itu bukan jumlah yang sedikit, bukan?" Tanyaku cemas

"Fleur, setelah ini kita pergi ke tempat dimana kita biasa kumpul, ok?" Jawab nya tanpa sedikit melirik kearah ku. Matanya hampir keluar menatap laptop nya.

"Kopi?". Tangan nya menyodorkan satu cup americano kearah ku.

"Enggak". Jawabku singkat tanpa mengalihkan pandangan ku keluar jendela mobil.

"Mereka baik , kamu jangan khawatir" ujarnya sambil membelai rambutku.

Aku tidak bisa berbohong, aku cemas entah mencemaskan apa. Dan pikiran ku entah dimana. Lagu-lagu The Overtunes yang sejak sedari tadi menggema di dalam mobil rasanya hanya berlalu di telingaku. Mata Steve hanya fokus ke jalan sambil sesekali mengelus tangan ku yang dingin.

"Yuk". Ajaknya, tak terasa kita sudah sampai dimana tempat "clan" Steve biasanya berkumpul. Aku tidak tahu harus berkata apa atau bersikap bagaimana. Apakah mereka sebaik yang Steve katakan? Apakah aku bisa mengatasi ke-khawatiran ku di hadapan mereka? Entahlah aku tidak tahu. Aku berjalan beberapa langkah dibelakang Steve, menatap dalam punggungnya yang bidang.

Dari beberapa meter sudah terlihat banyak sekali orang, aku rasa semuanya laki laki. Mereka duduk dan berbincang sambil menenggak entahlah semacam kopi di pelataran rumah yang semua ornamen nya terbuat dari kayu.
Bisa ku rasakan sekarang aku menjadi pusat perhatian mereka. Rasanya seluruh tubuh ku menjadi dingin tapi wajahku panas. Aku tidak biasa berada di keramaian.

"Steve, akhirnya datang juga. Kami sudah lama menunggu mu". Teriak seseorang dari salah satu mereka.

Ku akui sepertinya ini bukan hanya sekedar "clan" hobi biasa. Penampilan mereka semua rapi tanpa kecuali seperti bagaimana Steve.

"Sepertinya kita kedatangan tamu", ujar seseorang yang sepertinya paling tua diantara mereka. Kisaran umur 50 tapi seperti yang aku katakan mereka semua "keren". "Kamu tidak mengatakan jika ada VTRN perempuan selain Weha, Rakata " lanjutnya.

"Tunggu sampai itu benar-benar,  absolute". Jawab Rakata, aku hanya mengenali Rakata karena hanya dia yang sempat aku temui sebelumnya di taman kota itu.

"Siapa ini Steve?" Tanya laki-laki yang duduk disebelah Rakata.
Dan aku hanya bisa menatap Steve. Matanya mengisyaratkan ku untuk menjawab.

"Fle.. fleur Delacour" jawabku kaku.

"Fluer... Selamat datang di VTRN" sambut laki-laki yang paling tua tadi.
"Kamu tidak usah menceritakan lagi masalah mu. Dan karena kamu sudah datang kesini, dengan senang hati kami semua akan membantu. Tapi apa kamu tau sesuatu?" Lanjutnya menatap dalam mataku yang hampir tak bisa menatap balik matanya yang hitam seakan manyala-nyala.

"Apa? Sesuatu seperti apa? " Jawabku memberanikan diri.

"Loh.... Ta, Rakata kamu ga bilang ya? " Teriaknya, matanya mencari rakata dan kembali lagi menatapku.
"Kamu harus "menyerahkan" diri kamu". Jawab nya mengeringai.

"What's?" Tanya ku mengerutkan kening.









***********************************

Hi, it's Rae here. I hope you enjoy the first chapter of overachiever. Aku tau masih banyak kurang di chapter awal ini dan ya masih banyak yang harus aku revisi. Tapi aku greget aja pengen up hehehe..

See you in the next chapter *hugs*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OVERACHIEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang