Hurt

6.4K 584 52
                                    

Warning, ️typo bertebaran!

Happy reading and enjoy❤️

                              ..........

Lisa melirik jam tangannya, sudah menunjukan pukul 12:03 yang artinya sudah memasuki jam makan siang.

Hari ini ia berniat untuk mengantarkan bekal makan siang pada Jungkook. Ia merasa hubungan mereka tidak baik akhir-akhir ini jadi ia ingin datang ke kantor Jungkook untuk mencoba memperbaiki hubungan mereka yang agak merenggang.

Lisa sengaja tidak menghubungi Jungkook terlebih dahulu, ia ingin memberi kejutan kecil untuk  suaminya itu.

                                ..........

Lisa sekarang sudah berada di depan pintu ruangan Jungkook. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di kantor suaminya itu lagi setelah ia melahirkan buah hati mereka.

Dengan gugup, Lisa perlahan membuka pintu ruangan itu

"Jung–"

Lisa berdiri kaku diambang pintu yang sedikit terbuka, ia melangkah mundur secara perlahan. Kakinya terasa lemas, wajahnya memucat dengan dada yang berdebar kencang. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ini. Ini begitu menyakitkan.

Deg!

Tubuh Lisa mematung melihat pemandangan didepan matanya sendiri.

Dengan kedua matanya, ia melihat suaminya yang tengah bercumbu bersama wanita lain. Dadanya berdetak kencang, ia menutup bibirnya menahan tangis

Entah sudah berapa menit ia berdiri mematung disana. Ia tak punya keberanian untuk menghampiri dua insan yang tengah asik bercumbu itu.

Lisa tersenyum miris, jadi ini yang membuat suaminya berubah?

"Kau jahat, Jung"

                               ..........

Lisa menghembuskan nafasnya berat, berbalik pergi dari sana. Kakinya terasa lemas, untuk menopang berat badannya saja rasanya tidak mampu.
Bayang-bayang sikap Jungkook beberapa hari terakhir membuat hatinya mencelos.

Rasa marah, benci, dan sakit hati menyelimuti hatinya. Tak terasa air matanya mengalir keluar dari pelupuk matanya. Tapi ia harus mencoba bertahan dan menguatkan diri, ia harus memikirkan Yoora. Ya, ia harus kuat demi putri kecilnya itu.

Lisa mengusap air matanya, berjalan di lorong kantor dengan senyum yang dipaksakan saat beberapa karyawan disana menyapanya.

Senyumnya kembali berseri dibibir ranumnya, berbeda dengan rasa sesak yang menggrogoti hatinya.

Dengan tangan yang bergetar, Lisa mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Lisa. Ada apa?" Suara itu sukses membuat dada Lisa bergemuruh, sebisa mungkin ia menahan tangis dan mencoba bersikap tenang.

"Aku berada dilobi kantormu. Apa meetingnya sudah selesai? Aku harap kita bisa makan siang bersama"

"Sekarang? Tapi aku ti–"

"Kumohon" Lisa mengigit bibirnya. Hatinya kembali terasa sesak mengetahui Jungkook lebih memilih menemani wanita itu daripada dirinya, istri sahnya sendiri.

"Baiklah"

Lisa memejamkan matanya, meyakinkan diri bahwa apa yang dilakukannya benar. Ia ingin memperjelas semuanya, walaupun jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa takut, takut jika Jungkook lebih memilih wanita itu ketimbang keluarganya sendiri.

"Kau menunggu lama?"

Lamunan Lisa buyar ketika Jungkook sudah duduk didepannya seraya tersenyum manis, Lisa mengangguk, tersenyum tipis pada Jungkook.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jungkook, merasa aneh pada sikap istrinya itu.

Lisa tak menjawab, matanya memandang lurus kearah Jungkook

"Jungkook-shii" panggil Lisa dengan lembut namun tegas.

Jungkook terkekeh geli mendengarnya, istrinya itu tiba-tiba memanggilnya seperti itu.

"Shii? Kau tidak sedang bergurau bukan?"

Lisa tetap berusaha bersikap tenang, mengeluarkan amplop coklat dari dalam tasnya, membuat Jungkook mengerutkan dahinya bingung.

Lisa menyodorkan amplop itu pada Jungkook dengan senyum getir di wajahnya.

"Aku menemukannya saat merapikan meja kerjamu. Aku sungguh tak pernah mengira kalau kau berniat untuk menceraikan ku"

Lisa menarik nafasnya dalam. Dadanya kembali sesak mengingat kejadian saat Jungkook bercumbu dengan wanita lain beberapa saat yang lalu.

"Sebenarnya aku juga merasa bahwa hubungan kita sudah merenggang beberapa bulan yang lalu. Hari ini aku mencoba menyakinkan diri untuk memperbaiki semuanya, namun ternyata aku sudah menemukan jawabannya" ucap Lisa, kembali tersenyum kecut.

"Aku tak mengerti apa maksudmu. Apa yang sebenarnya kau bicarakan, Lisa?"

"Jangan berpura-pura bodoh, Jeon Jungkook!!. Aku melihatnya sendiri, kau bercumbu dengan wanita lain!" Sentak Lisa sambil menundukkan kepalanya, ia berusaha menahan air matanya yang sudah siap meluncur dari kedua matanya kapan saja.

"Jadi kau sudah mengetahui semuanya ternyata" ujar Jungkook enteng.

Lisa mendongak, menatap pria itu tak percaya. Pria itu bahkan tak merasa bersalah sama sekali atas tindakannya padanya. Ia tersenyum miris, mungkin dirinya sudah tidak berarti lagi bagi Jungkook. Tapi, bagaimana dengan Yoora? Bocah kecil itu bahkan tak tau apa-apa atas perbuatan keji ayahnya, ayah selalu anak kecil itu banggakan.

"Lalu kau mau kita bercerai? Kau tidak memikirkan Yoora?"

Lisa terkekeh sendu.

"Jika kau memikirkan Yoora seharusnya kau tidak melakukan ini"

Jungkook membeku. Lisa beranjak dari duduknya.

"Ini surat penceraian nya, aku sudah menandatanganinya. Aku harus pergi untuk menjemput Yoora"

Jungkook terdiam menatap amplop didepannya dengan tatapan yang sulit diartikan

Lisa sedikit kecewa ketika Jungkook tidak mengeluarkan satu katapun, padahal dalam hati, ia berharap Jungkook mencegahnya dan mempertahankan keluarga kecil mereka. Hahaha, to much dream

Lisa tersenyum kecil

"Terimakasih untuk semuanya, jeon Jungkook. Selamat tinggal"

                               ~End~















































Tapi boong😂

Siapa disini yang nunggu anna up ff ini ampe lumutan, angkat kakinya!. Hehe, maafpin Anna ya:). Sebenernya Anna tu sibuk, sibuk ga ngapa-ngapain:>.

Nih ana turutin nih, siapa yang kemaren minta Lisa cerai ama Jungkook? Acungkan kakinya😂😗

Jangan lupa vote, sampai jumpa di chapter-chapter berikutnya❤️

⬇️⬇️⬇️ Click here

Faithfull Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang