Gretta x Arini

2.7K 288 21
                                    

Tin... tin... tin... Suara klakson kendaraan saling bersahutan menemani soreku di tengah waktu menunggu pertemuan dengan Wedding Organizer (WO). Hanya tinggal menghitung hari menuju pernikahanku dengan Bimo. Rasanya waktu dua bulan persiapan terasa sangat singkat.

Setelah menunggu hampir 10 menit, tiga orang dari tim WO menemuiku di bagian luar sebuah coffee shop yang langsung menghadap ke jalan raya.

"Selamat sore Mbak Gretta," sapa Vania, ketua acara pernikahanku nanti.

"Sore juga Mbak Vania," sahutku sembari menjabat tangannya.

"Sudah lama menunggu Mbak?"

"Oh, engga kok."

"Maaf ya Mbak kami sedikit telat karena tadi lumayan lama cari parkiran. Mbak Gretta mau pesan apa? Biar sekalian di-order," tanya Vania ramah.

"Oh gak usah Mbak, terima kasih, saya sudah pesan, tinggal tunggu diantar aja."

"Oh, baik kalau gitu," sahutnya lalu ia berbisik pada salah satu temannya.

Vania kembali berbicara padaku. "Oke, jadi Mas Bimo gak bisa datang sore ini?"

"Iya, dia lagi ada urusan di kantornya."

"Baik. Jadi gini Mbak Gretta, dari tim dekor kami, bunga mawar putih untuk nanti ditempel di red carpet sudah ada. Kemarin sempet cari ke beberapa vendor karena kan ini permintaan mendadak ya Mbak, jadi agak susah," ucap Vania menjelaskan.

"Iya, maaf lho Mbak. Saya juga jadi gak enak ada request mendadak kayak gini, ini maunya calon mertua Mbak," sahutku tidak enak padanya.

"Iya gak apa-apa kok Mbak. Oh iya, ini 3D yang udah coba kami buat untuk dekor pelaminan yang udah final, boleh silakan dicek Mbak." Vania menyodorkan iPad yang menampilkan design pelaminanku nanti.

Aku pun mengecek semua detail dan menanyakan beberapa hal pada Vania.

Setelah hampir satu jam, rapat bersama mereka pun selesai dengan baik. Semua persiapan sudah hampir 100%. Vania dan timnya pamit lebih dulu karena mereka ada pertemuan lain. Sedangkan aku masih menikmati secangkir americano sambil melihat kemacetan jalan raya di jam pulang kantor.

Drrttt.. drrttt.. ponselku bergetar beberapa kali dan muncul nama Bimo Aryasatya di layar ponselku. Aku pun mengangkat panggilannya.

"Halo, sayang. Gimana tadi rapatnya?" – Bimo

"Iya, halo. Going well, udah hampir 100% kok semua persiapannya."

"Bunga pesanan Mama udah bisa di-provide sama mereka?" – Bimo

"Bisa, udah oke kok itu."

"Good. Terus kamu sekarang masih di sana?" – Bimo

"Masih, ada yang mau aku cari sih. Jadi, paling aku baru pulang nanti jam 8an sambil nunggu macet juga."

"Okay, maaf ya aku gak bisa nemenin. Ini aja aku mau ada dinner meeting sama Pak Haris." – Bimo

"Iya, gak apa-apa."

"Yaudah, kamu hati-hati ya. Nanti kalau udah pulang kabarin aku." – Bimo

"Iya, I will."

"Bye, sayang." – Bimo

"Bye."

Bimo menutup telponnya dan aku sedikit menghela nafas. Kami sudah saling kenal sejak dua tahun lalu karena urusan pekerjaan. Saat itu, kantor kami saling bekerjasama dalam sebuah project. Setelah project kami selesai, Bimo mulai mendekatiku dan dia menyatakan perasaannya. Dia bilang kalau dia ingin serius menjalani hubungan denganku. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk melangkah ke sebuah ikatan, yakni pernikahan.

Cinta Pertama (One Shot Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang