Hollsta Shapirae - 020.
engraved the sorrow of misery.
De Lorandz memandang Helena sang ratu Shapirae yang tergeletak tak bernyawa berlumuran darah. Lalu ia mengalihkan pandanganya terhadap Raja Herlos yang bersimpuh tanpa mahkota, dengan raut pucat pasi melebihi dirinya yang keturunan bangsa asing. De Lorandz kemudian beralih menatap Herlos yang ia ketahui sedang sekarat dengan tajam. Ia berdeham, lalu menoleh ke arah Loid –tangan kanannya, selayaknya meminta senjata yang tepat untuk membunuh bangsawan di hadapannya."Bagaimana jika aku membunuh seluruh keturunan mu selama 7 kehidupan berturut-turut seperti caraku membunuh Permaisuri mu Raja Herlos?" ujar De Lorandz, manusia keji berdarah asing itu mengancam 'teman lamanya' sembari memainkan pistol dengan jemari tangan yang sudah terbalut darah Ratu Helena.
"Ah, apa aku harus menyisakan setidaknya satu dari ketiga penerus mu untuk ku perbudak selama hidupnya? Kurasa tepat jika, Maharani kecilmu itu menjadi budak rudal bagiku untuk memuaskan hasrat ku yang bergairah saat melihat kecantikan yang terpancar dari parasnya, benar begitu bukan?"
"Kau tidak akan bisa menyentuh salah satu dari penerus ku meskipun hanya sehelai rambut, Lorandz. Jangan bodoh!" jawab sang Raja tenang. Meskipun rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya sama halnya seperti tulang yang tak lagi mampu menahan beban tubuh.
"KAU YANG BODOH, telah mempercayai orang asing seperti kami Herlos. SERET PUTRI CLARETA KEMARI! Putri lugu itu harus menyaksikan bagaimana aku membunuh ayahnya secara langsung." sekali diperintah prajurit berseragam militer berwarna biru dengan corak keemasan pada bagian bahu, langsung bergegas untuk mencari dimana keberadaan sang Putri.
Tak lama di antara ketukan sepatu terdengar rintihan kesakitan prajurit di indra pendengaran De Lorandz, ketukan sepatu seorang putri berparas rupawan, mengenakan gaun model sabrina berwarna denim, di padukan batu ember yang memiliki warna senada menghiasi mahkotanya. Putri menyeret sepuluh prajurit militer asing dengan sihir noutholes sekaligus. Siluet violete terpadu dengan kemarahan Putri Clareta mampu membuat prajurit militer menjerit, dan mengerang kesakitan. Tulang tulang remuk redam, wajah memucat, dan surai yang berubah menjadi putih secara berangsur-angsur. De Lorandz melangkah mundur saat putri berjalan mendekat dengan aura sangat mencekam.
"Berhenti atau aku akan membunuhmu, seperti Ratu Helena yang mati mengenaskan di tangan ku?" ancamnya dengan badan gemetar.
"Tuan, Anda benar bahwa ibu ku mati mengenaskan di tangan Anda. Bunuh saja aku jika Anda sanggup. Dan, bagaimana caranya Anda akan memperbudak hamba, Tuan?"
De Lorandz justru mengarahkan pelatuk pistol pada Raja Herlos, "Caranya? Akan aku perlihatkan padamu, Putri Clareta." De Lorandz menembakkan dua peluru tepat di jantung, dan kepala Raja Herlos. Cucuran darah terciprat menutupi paras Putri Clareta, kemarahan terlihat jelas pada sorot matanya. Dengan kemarahan yang memuncak Clareta kembali menggunakan sihir noutholes hendak membunuh De Lorandz.
"Jangan gunakan sihir mu untuk orang yang tidak tau diri seperti Tuan Lorandz, Clareta. Pergilah dari sini, di gerbang sudah ada pangeran Claros yang menunggu bersama Mavior. pergilah, biar aku yang menyelesaikan kotoran sialan disini." ucap seorang laki laki yang berbeda beberapa dekade dengan kelahirannya. Ia sangat senang melihat De Lorandz yang mulai kehabisan napas hanya karena sihir noutholes milik sang adik. Namun, ia tak menginginkan sang adik dikenal sebagai pemilik sihir yang menyalahgunakan ilmu magis untuk membunuh seseorang.
"Lalu bagaimana denganmu Pangeran Zeirgan? Aku tidak bisa meninggalkanmu seorang diri bersama Lorandz."
"Aku akan segera menyusul mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARETA : OUR PRINCESS
FantasyThe first book before 'The Prince's' For plagiarism, it is forbidden to approach this stall. plagiarism is a criminal act. ㅤㅤㅤㅤ"Seandainya gelar Maharani yang ku peroleh dapat memiliki wewenang untuk mengeklaim satu nyawa seseorang, maka Laith aka...