Siang, Dears! ^^
Hara update siang-siang biar tambah memanas.
Tolong yang lagi sakit, baper, sedih, dan rasa-rasa enggak enak lainnya, dilarang keras membuka apalagi membaca bab ini.
Yang boleh baca cuma yang lagi bahagia saja, ya!
Budayakan vote sebelum baca,
Biasakan komentar di akhir cerita.Tolong koreksi typo!
Happy reading!
***
Ardi tidak terkejut mendapat konfrontasi dari Evan. Dia cuma tidak menyana kalau Evan akan mengetahui tentang Ayu. Ya, Ardi tahu dia sedang berada di rumah sakit. Namun, berapa persen sih kemungkinan orang yang setia berjaga di bangsal anak bisa mengetahui keberadaannya di bangsal lain semalaman?
Senyum tipis tersungging di bibir Ardi. Dia belum yakin dengan dugaannya, tetapi dia merasa perlu mengujinya sendiri. Dengan melempar umpan balik, misalnya.
"Kalau kamu mau, kamu bisa memberitahu Aira sekarang." Ardi menjeda ucapannya sejenak dengan sebuah gumaman. Bibirnya menipis membentuk satu garis lurus. Kedua matanya memicing seolah-olah sedang mencurigai sesuatu.
"Aku pikir kamu sudah memberitahu dia. Kamu kan orang pertama yang ingin sekali melihat aku dan Aira perang besar. Benar begitu? Koreksi kalau ada ucapanku yang salah," lanjut Ardi menantang berani Evan.
Merasa tertangkap basah, Evan tak lagi bisa berkata-kata. Giginya bergemeletuk saking membuncahnya amarah. Kedua tangannya mengepal sembari menatap nyalang pria terlampau santai di depannya. Di dalam hati, dia bersumpah serapah agar Ardi segera menuai apa yang telah pria itu perbuat.
Alih-alih menanggapi tantangan Ardi, dia memilih bangkit dan meninggalkan pria itu sendirian. Lama-lama dia benar-benar bisa menjadi pasien Ardi jika terus berdekatan. Bisa jadi dia malah mati muda karena terkena darah tinggi akibat konfrontasi balasan. Dia tidak sudi mati sebelum mendapatkan Aira-nya kembali. Tidak akan pernah.
Sementara itu, Ardi terkekeh dan menggeleng kecil melihat kepergian Evan. Dia cukup puas karena berhasil membuat Evan jengah. Dia wajib memberikan apresiasi kepada dirinya sendiri karena tak tersulut emosi. Bagaimanapun, pria gila dan sok tahu seperti Evan tidak layak untuk ditanggapi serius. Dia lebih tertarik mengulik kejiwaan Evan dibanding beramah tamah seperti tadi.
Sudah lama Ardi kesal pada tingkah semena-mena Evan. Dia pikir, Evan hanya berani mengganggu Aira. Namun, ternyata dugaannya salah. Evan salah sasaran sebab berani mengusik dirinya. Apalagi saat itu di depan Ayu. Dia sudah cukup bersabar mengingat di mana dirinya berada. Sayang, Evan sepertinya tidak tahu tempat untuk memulai perang dengannya. Jadi, jangan salahkan Ardi bila terpaksa meladeninya.
Pandangan Ardi turun ke arah meja di mana ponselnya mati total. Sejak awal, Ardi singgah ke kantin untuk mengisi kembali daya ponselnya sekaligus menenangkan diri. Dia belum mengabari Aira soal apa pun. Semalam, Ayu sungguh kelewatan sehingga membuat dirinya tertahan tak bisa pulang. Akan tetapi, apa mau dikata. Keadaan tak memberi Ardi celah untuk pergi.
Menilik gelagat Evan, Ardi yakin kalau pria itu telah memberi tahu Aira soal keberadaannya. Entah apa saja yang Evan laporakan dalam misi mendapatkan mantan kembali. Satu yang pasti, Ardi harus segera memberi Aira penjelasan. Bukan sebagai ajang membela diri, tetapi agar Aira mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FIN
RomanceAira pernah terpuruk. Cintanya yang terlalu besar pada Evan pernah membuatnya gila ketika pria itu memilih meninggalkannya demi menikahi wanita lain. Dalam masa kelam itu, Aira tidak menemukan sebuh kewarasan selain mati untuk mengakhiri rasa sakit...