A-5

14 5 1
                                    

Hidup penuh dengan tantangan~

Ahk, hari kemarin lebih buruk. Ditambah lagi dengan hari ini. Masih pagi. Suasana layaknya seperti neraka. Pecahan piring kaca berserakan dimana-mana. Dimana bi Ani?
Biasanya dia yang selalu membereskan rumah neraka ini.
Axel mencari keberadaan pembantunya itu. Tapi, dia tidak menemukannya.

"Pak, bi Ani kemana?" tanya Axel pada sopir mamanya.

Sopir yang dikenal dengan pak Danar itu bungkam, dia hanya menunduk.

"Pak jawab!" tanya Axel. Suaranya naik beberapa oktaf.

"Bi Ani saya pecat, kenapa?" seseorang menyahut. Axel tahu itu siapa. Itu Salsa...mamanya.

Axel mengernyitkan dahinya. Bi Ani di pecat dengan alasan apakah? Axel seperti berpikir. Dia teringat pada kejadian semalam.

Saya sudah bilang! Jangan bawa anak kamu kesini! Barang saya pecah gara-gara anak kamu! Apa kamu sanggup membelinya tidak kan?

Axel terdiam. Menatap tajam makhluk yang ia sebut mama. Tega sekali dia memecat orang yang berharga bagi-nya.

Ini sudah keterlaluan. Tapi Axel tak bisa melakukan apa-apa. Dia tidak mau menambah masalah. Dia meninggalkan Salsa.

***

"Axel mana woy? Lo berdua liat dia gak?" tanya Farhan setelah mengetahui teman sebangkunya itu bekum juga tiba.

"Gak liat gue." jawab Aldo.

"Gue juga gak liat. Dia kemana yah?"

"Yah mana saya tahu saya 'kan tempe." lanjut Aldo asal.

Plak

"Gue serius bego." geram Farhan seraya menoyor kepala Aldo.

"Ssh, lo kalo mukul pake hati dong,"

"Orang tuh kalo mukul setau gue pake tangan deh, gimana sih lo do?" sahut Richo.

"Serah!" sarkas Aldo.

"Ye malah berantem. Axel dimana nih?"

"Telepon siapa tau diangkat."

"No telfonnya gak ada. Astaga, gue lupa minta."

"Tiga kata lucu." lanjut Richo.

"Apa-an?" tanya Aldo.

"Ketua geng pikun,"

"Hiya-hiya-hiya."

"Ngeselin lo berdua." Farhan menatap mereka dengan tatapan kesal.

"Mungkin dia ada kegiatan penting makanya gak dateng."

"Tapi 'kan dia gak ada tuh nitip surat atau apa?"

Richo menghembuskan nafasnya pelan.

"Jadi kita harus apa Farhan?" nada suara Richo seperti lelah menghadapi sikap keras kepala Farhan yang satu ini.

Ting-ting-ting!

AXELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang