[Choi Seungcheol] - Healing; #1

95 6 1
                                    

Prolog

Seorang perempuan sedang terduduk di sofa apartementnya dengan pandangan kosong kearah jendela kacanya. Sesekali ia menyeka air yang lolos dari mata indahnya tanpa izin. Fikirannya masih mengawang jauh memikirkan kejadian yang baru-baru ini membuat hatinya serasa mencelos jatuh dan hancur. Iya hancur.
Karina, namanya Karina. Baru-baru ini ia menyaksikan tunangannya sendiri melakukan aksi perselingkuhan didepan matanya. Bayangkan wanita mana yang akan tetap baik-baik saja jika melihat pasangannya, ralat  tunangannya berselingkuh tepat didepan matanya?
"brengsek..." sesekali umpatan itu keluar dari bibir tipisnya. Sekarang ia sedang berusaha menahan tangisnya agar tidak keluar lagi, aku harus berhenti menangisi laki-laki brengsek itu. Batinnya.

*

Sebuah pusara tanah merah yang kelihatan masih basah  itu terlihat sudah sunyi. Bunga-bunga cantik masih menghiasi puncak gundukannya. Hanya ada satu laki-laki yang masih berlutut dihadapan batu putih diujung gundukannya. Melihat nisan bertuliskan nama 'Kanina' itu dengan gamang. Bibirnya sesekali menggumamkan sesuatu dan membuat air matanya semakin mendesak keluar. 

"Ram, balik yuk." ajak seseorang pada laki-laki yang masih betah terduduk didepan pusara itu.
Laki-laki yang dipanggil itu menoleh sebentar, kemudian kembali mengatakan sesuatu pada sebuah batu nisan yang sedari tadi ia ajak bicara seolah-olah dia bisa merasakan kehadiran seseorang yg sudah pergi itu.
"Aku pulang dulu ya, Nin." ucapnya sembari mengusap batu nisan bertuliskan nama Kanina itu sekali lagi sebagai tanda perpisahannya.

*

Karina

Untuk hati yang terluka
Tenanglah, kau tak sendiri
Untuk jiwa yang teriris
Tenang, ku kan temani

Hidup itu sandiwara
Yang nyata ternyata delusi
Terlarut posesi berujung kau gila sendiri

Jika kau tak dapatkan yang kau impikan
Bukan berarti kau telah usai
Jika kau tak dapatkan yang kau impikan
Bukan berarti kau telah usai 

(Isyana Saravati - Untuk Hati yang Terluka)


*

Gak pernah terfikirkan ternyata rasanya dikhianati oleh  seseorang yang paling mengerti kita, yang paling kita cinta dan selalu ada buat kita akan semenyakitkan ini. Membayangkan seseorang itu melakukan hal bodoh itu saja tidak pernah terlintas di kepalaku. Katakan aku adalah bucin akut, tapi kenyataannya memang begitu.. Si brengsek ini memang terlihat tanpa celah selama 3 tahun menjalin hubungan denganku.

Yang lebih menyakitkan, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun ini sudah sempat kita persiapkan untuk ke jenjang yang lebih serius, iya 3 bulan yang lalu kita memutuskan bertunangan, masing-masing keluarga juga sudah bertemu, tapi 2 minggu yang lalu aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri dia jalan dengan perempuan lain dan kelihatan sangat mesra. Tenang, pasti pertanyaan kalian saat ini adalah bagaimana reaksiku saat memergoki mereka kan? dengan sok tegarnya, aku tiba-tiba muncul di hadapan mereka sambil menuntut penjelasan, bodohnya si brengsek ini tidak mengelak sama sekali atas aksi perselingkuhannya yang ketahuan basah. Jangan tanya lagi bagaimana kelanjutannya karna aku langsung pergi meninggalkan mereka.

Satu hari, dua hari bahkan sampai 1 minggu rasanya masih terlalu menyesakkan. Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul tanpa jawaban di kepalaku. Apa hidupku akan tetap berjalan seperti semula? apa aku bisa menjalani kehidupan tanpa dia? bagaimana cara menjelaskan tentang semua yang terjadi ke Ayah dan Ibu? semua pertanyaan-pertanyaan seolah bersatu memenuhi isi kepalaku. Surat pengunduran diri sudah kukirim ke kantor beberapa hari setelah kejadian menyakitkan itu. Memang terlihat seperti seorang pecundang, tapi mana mungkin aku baik-baik saja jika harus tetap satu kantor dengan Arga.

Pelik // SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang