[Choi Seungcheol] - Healing; #2

41 4 0
                                    

"Seperti rumah, yang menjadi semakin rumah ketika ditinggalkan, begitulah cinta, menjadi semakin cinta sesudah hilang." - Putu Wijaya

Rama

Kehilangan seseorang yang sangat berarti di hidup kita untuk selama-lamanya bukan hal mudah buat gue. Apalagi seseorang itu sudah terlalu lama menetap di hidup gue. Kanina, perempuan yang lima tahun terakhir ini gak pernah pergi dari hati dan kepala gue, satu bulan yang lalu harus ninggalin gue buat selama-lamanya. Lebih menyakitkan lagi selama lima tahun pacaran sama Kanina, gue gak tau kalo dia menyimpan rahasia besar tentang penyakit mematikan yang dia idap dua tahun belakangan ini. Kanina meninggal karena penyakit Kankernya, dan gue baru tau tentang penyakitnya beberapa bulan ini setelah kondisi Kanina sudah semakin drop. Terlambat tau Kanina punya penyakit yang mengancam hidupnya aja sudah cukup membuat hati gue serasa di hantam batu besar, sekarang gue harus terima kenyataan lagi bahwa Kanina sudah gak ada untuk selama-lamanya.

Beberapa hari setelah Kanina pergi, hidup gue rasanya gelap. Gue seperti seseorang yang gak punya tujuan lagi, cafe gak keurus, gak inget makan kalo Ibu gak masuk ke kamar sambil bawa makanan, pokoknya gue udah kaya mayat hidup deh. Sebesar itu pengaruh Kanina di hidup gue. Tapi, akhirnya gue sadar. Kanina juga gak akan senang kalo liat gue jadi mayat hidup gitu. 
Air mata gue juga gak akan merubah keadaan dan kenyataan kalo Kanina emang udah gak ada.

Kalo kata Ibu, Tuhan menempatkan seseorang dihidup kita karena sebuah alasan. Dan kalo kita kehilangan seseorang itu, maka itu karena sebuah alasan yang lebih baik. Gue fikir ada benarnya juga kata-kata ibu. Mungkin dengan ini Kanina akan merasa jauh lebih baik. Dia gak harus ngerasain sakit lagi, dia sembuh. Tapi, bukan berarti juga gue sudah melupakan Kanina, gak sama sekali. Kanina dan segala kenangannya masih dan akan selalu tetap ada dihidup gue.
Gue hanya harus melanjutkan hidup dengan hal-hal yang bikin gue jadi manusia yang lebih baik, lebih sabar, dan lebih lapang. Karna dari kehilangan Kanina mengajarkan gue untuk selalu belajar ikhlas tanpa batas. 

Bukti bahwa Kanina masih selalu ada diingatan gue adalah kejadian di cafe gue beberapa hari lalu. Sore itu gue udah mulai ngurus cafe lagi setelah sebulan cafe ini sempet dihandle oleh Dino, barista cafe gue yang udah gue anggep kaya adik sendiri. Tapi hari itu Dino bilang dateng telat karna kejebak macet. Jadilah gue di cafe bertiga ditemani dua karyawan gue yang lain. 

Saat itu cafe belum terlalu rame. Biasanya sekitar jam 8-10 malem baru mulai banyak anak-anak muda yang nongkrong, tapi ada satu perempuan yang masuk saat itu. Dia duduk didekat kaca besar yang bisa menampilkan jalanan Braga sore itu.

"Permisi, mau pesan sekarang?." gue menghampiri perempuan ini sambil menawarkan menu cafe.

"Oh iya, boleh lihat menunya?." tanya perempuan itu dengan pandangannya yang masih tertuju ke ponselnya. Anehnya Entah kenapa gue merasa mengenali sosok perempuan ini.

"Saya mau pesan satu hot chocolatte,  sama satu bolu keju jadul" jawabnya sambil mengarahkan pandangan ke gue.

"Kanina...." gue tertegun saat mata gue bertemu matanya. Perempuan ini punya mata yang mirip banget sama Kanina, gue sampe reflek nyebut nama Kanina ke perempuan itu. Tapi sesaat kemudian gue kembali disadarkan karna perempuan ini manggil gue. Rama bodoh banget bikin pelanggan jadi risih.

"Oh iya sorry, tadi pesan Hot Chocolate, sama?."

"Bolu keju jadul."

"Oke, baik. Di tunggu yaa. " setelahnya gue pamit undur diri dengan pertanyaan dikepala gue. Kenapa perempuan ini mirip banget sama Kanina? Atau gue lagi halu aja karna kangen Kanina?
Entahlah.

Pelik // SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang