🍃 Kesimpulan kajian online yang bertema "Hati yang Mati"🍃
🔊📝Pemateri : Ayu Wandira🌹
- Pengurus yayasan cendikia.Domisili ==> Kota Padang🏡
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati. ”[HR. Bukhari-Muslim].
_Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah_ menyebutkan, ada tiga jenis hati manusia: Qalbun Salim (hati yang sehat), Qalbun Mayyit (hati yang mati), dan Qalbun Maridh (hati yang sakit).
1. Hati yang sakit (Qalbun Maridh) senantiasa dipenuhi penyakit hati seperti riya’ (ingin dipuji orang ketika melakukan kebaikan), hasad (iri hati/dengki), suka ghibah (membicarakan keburukan orang lain), sombong, dan serakah.
2. Hati yang mati (Qalbun Mayyit) dikuasai hawa nafsu dan setan sehingga ia tertutup dari nasihat dan mengenal Allah Swt. Orang yang hatinya sudah mati sama sekali ia tidak mau menerima nasihat, kebenaran, dan enggan beribadah.
3. Hati yang sehat (Qalbun Salim) adalah hati orang-orang beriman. Hati ini “hidup”, bersih, senantiasa terbuka untuk nasihat kebaikan, penuh ketaatan, sehingga menjadikan pemiliknya berjiwa tenang.
Ibn ‘Athaillah as-Sakandari menyampaikan kalam hikmah dalam kitabnya Al-Hikam bahwa di antara tanda-tanda hati mati adalah tidak ada kesedihan atas ketaatan yang terlewatkan dan tidak adanya penyesalan atas adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Kedua tanda tersebut menunjukkan bahwa tidka adanya nilai-nilai keimanan yang tertanam kokoh dalam hatinya.
Ketika ketaatan terlewati begitu saja, hati yang mati tidak menemukan penyesalan sama sekali. Begitu dikarenakan oleh hati yang sudah tidak sehat lagi. Seharusnya hati mampu merasakan setiap hal yang mendatangkan keridhaan Tuhan, sehingga membuatnya bahagia. Sementara hati yang mati merasakan ketaatan dan murka Tuhan sama saja. Ketaatan tidak membuatnya bahagia, maksiat tidak membuatnya gundah gulana. Keduanya tidak ada perbedaan yang signifikan.
Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baik atau buruk, dirasakannya sebagai hal yang biasa-biasa saja; tidak memiliki nilai sama sekali. Bahkan ia akan merasa bangga dengan masa lalunya yang selalu dipenuhi perbuatan buruk; mencuri, berzina, menipu dan sebagainya.
Kalaupun ia berbuat kebaikan sekecil apa pun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu pujian serta penuh ujub dan takabur.
Ciri utama pemilik Qolbun Mayyit adalah menolak kebenaran dari Allah Azza wa Jalla dan selalu gemar berlaku dzalim terhadap sesama.
Dalam QS. Al-Furqan [25]: 43 disebutkan,أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً
”Sudahkan engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?”
Hati seperti ini menurut Dr. Ahmad Faridh dalam bukunya Tazkiyah an Nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah Azza wa Jall. Ia sama sekali tidak peduli apakah Allah ridha kepadanyaatau tidak.
Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah telah menutup hati mereka.
Allah berfirman:
” Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu‘.”[QS. Al-An'am:25].Ayat ini menunjukkan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan.
Seperti firman Allah:
“(Mereka berkata:) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.”[QS. Fushilat:5].Betapa Maha luasnya rahmat Allah, Allah tanamkan keimanan kepada hamba2 yang diinginkan-Nya, Allah tutup hati hamba-hamba yang dimurkainya. Allah menyentuh hati seorang perkasa nya makkah, yang bahkan manusia memandangnya dengan gentar dengan cara saat ia berniat akan membunuh kekasih Allah baginda Muhammad SAW. di lain sisi Allah menutup pintu hati seorang abu jahl. Meskipun saat diam-diam air matanya menetes saat bersembunyi mendekati rumah Rasul, namun Allah tak menjamahnya untuk memeluk islam.
Lantunan kitab suci yang didengar abu Jahal tak lantas membuat nya mengakui kerasulan Rasulullah
Hanya antara Allah dan sang hamba lah penentu utamanya. Maka, tak jarang dalam sejarah kita temukan. Hari ini seorang yg ber-iman esok atau lusa apakah dia masih berada dalam keimanan atau tidak. Hari ini seorang yg memerangi agama Allah (islam) hari esok atau lusa apakah kondisi itu akn terbalik sebagai mana khalid bin walid masa jahilah nya. Dan pada saat syahadat di ucapkannya. Dialah garda terdepan dalam membela agama Allah ini.
💡Tapi hanya ada satu hal yang pasti, tugas kita adalah berdo'a dan berusaha. Berusaha untk menjaga agar hati2 kita tetap hidup dengan mengingat Allah, berdzikir, berkumpul bersama orang2 yg sholeh/ah, berada dalam kajian ilmu, menjaga amal2 kita dan banyak mengingat kematian
KAMU SEDANG MEMBACA
Dakwah Islami
Non-FictionBERISI MATERI KAJIAN USTADZ DAN USTADZAH Semoga bermanfaat