O6

18 18 0
                                    

Meja Barra dan Ashley menjadi hening setelah kedatangan pria yang mengaku mantan pacar Ashley.

"Lo pacar Ashley?" Tanya pria bernama Andika Gunawan itu. Barra mengangguk singkat. Mengundang tatapan curiga dari Andi.

"Mang napa?" Balas Barra galak. Memang benar 'kan, dia pacarnya Ashley. Mereka pacaran sekarang. Yah... Walau karena dare sih. Tapi entah kenapa, Barra menerima itu. Padahal beberapa jam lalu ia masih sibuk mengumpati Ashley yang menerima ajakan pacaran itu.

"Nggak percaya aja. Lo nggak di suruh Ashley pura-pura jadi pacar dia 'kan?" Sahut Andi sembari memicingkan matanya. Barra tertawa pendek, "Nggak kali. Buat apa? Gabut amat. Pemikiran lo pendek juga ya, Om."

Andi merasa tertohok mendengar itu. Sebenarnya mereka hanya berbeda 4 tahun, dengan ia yang fokus mengerjakan skripsi dan dua sejoli di hadapannya ini yang tengah fokus di kelas 12. Ia tak setua itu untuk di panggil Om. Tapi nggak semuda itu hingga di panggil Kak ataupun Mas.

"Gue masih dendam sama elo lho, Om. Ngapain lo muncul lagi?" Ashley membuka suara setelah beberapa saat terdiam, membiarkan dua lelaki di meja itu saling berbicara akrab. Namun sepertinya keduanya tak akan akrab, maka ia memutuskan angkat suara lagi.

Andi tersenyum tipis. "Mama bilang kangen mau ketemu kamu. Makanya aku nyamperin kamu di sini, mumpung ketemu. Ternyata kamu masih suka gelato di sini, ya." Ia berucap menjelaskan.

Ashley tertawa pendek. "Setelah ngecampakkan gue dulu, Ibu dari Andi Gunawan itu berani mengatakan rindu? Rindu mencampakkan gue lagi apa gimana?" Tukas Ashley sarkas. Andi tertohok untuk kedua kalinya.

Memang benar, saat keduanya berpacaran setahun yang lalu, Mama Andi tak merestui hubungan mereka. Wanita itu terus mencelakai Ashley ketika ia tidak sedang bersama sang pacar. Mulai dari tangan kanannya yang sengaja menabrak motor Ashley hingga menyuruh salah satu teman Ashley untuk mengganggu gadis itu selama di sekolah.

Di saat Ashley menahan kesakitan atas siksaan itu, Andi hanya diam memperhatikan, tanpa mau bertindak menolong sang pacar atau melayangkan protes pada sang ibu.

"Dan lagi, gue masih suka atau enggak gelato di sini, nggak ada hubungannya sama elo. Meskipun gue tau di sini tempat yang lo saranin, tapi sorry sorry aja, kalo lo mikir gue bakal gamon, lo salah, Om. Gue bukan cewek murahan di luar sana yang gamon cuman karena masalah sepele gini doang."

Wow. Jujur, Barra kagum atas penuturan gadis di sampingnya ini. Setelah tadi mengusir Aya dengan perkataan pedasnya, sekarang ia masih bisa melakukannya lagi?

Barra mana bisa kayak gitu. Yang ada dia udah pelototin orang yang berani ganggu dia.

Lamunan Barra membuyar ketika merasakan sesuatu meremas kuat tangan kirinya. Ia melirik ke bawah, dimana ada tangan kanan Ashley menggenggam erat tangan kirinya yang tadinya menganggur di udara.

Sebuah senyum tipis terbit. Entah dorongan darimana, Barra membalas genggaman Ashley dan meletakkan genggaman mereka di atas paha kirinya. Sesekali jempolnya tergerak mengelus punggung tangan Ashley, mencoba memberi ketenangan. Ekspresi Ashley memang datar, tetapi dari samping, ia terlihat begitu tegang dan sedikit ketakutan dalam menghadapi pria di hadapan mereka saat ini.

"Please, Ashley. Kasih aku kesempatan." Mohon Andi. "Nggak apa hubungan kita nggak kayak dulu, tapi setidaknya ijinkan aku buat tetap berteman sama kamu."

Ashley menggeleng. "Gue pernah bilang 'kan, gue nggak akan pernah mau berteman dengan orang yang gue benci."







────────────
siapa itu andi? males ah kasih visualisasi:>
jadi bayangin aja sendiri bentukannya aya dan andi ya-!

[✓] 𝐁𝐄 𝐇𝐎𝐍𝐄𝐒𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang