O7

23 18 1
                                    

"Sorry, lo jadi ikut masuk ke masalah gue." Ashley menunduk, menatap cup gelatonya yang sudah kosong, menyisakan marshmellow yang menjadi topping gelatonya. Sengaja ia sisahkan, niatnya mau langsung di habiskan, tapi kedatangan Andi tadi merusak moodnya.

"Nggak apa kali, 'kan lo pacar gue." Sahut Barra santai. Ia menyeruput secangkir kopi terakhirnya untuk hari ini. Kemudian berkata, "Buruan abisin tuh marshmellow nya."

Ashley mengambil satu buah marshmellow dan memasukkan ke mulutnya tanpa semangat. Kemudian mengunyahnya dengan pelan.

Barra menghela nafas berat. Tangannya tergerak membantu menyuapkan potongan marshmellow itu untuk Ashley.

"Emang sebesar apa masalah kalian dulu, kok lo bisa sampe gini?" Tanya Barra setelah marshmellow di cup gelato Ashley susah habis. Ashley menggumam di tengah-tengah meneguk segelas iced matcha milk. "Sebenarnya dulu gue terlibat toxic relationship sama dia. Gue nggak bisa keluar sama sekali hingga nekat selfharm. Tapi untungnya ada Olin yang bantu gue keluar setahun yang lalu. Selain itu, Mamanya Andi ini benci banget sama gue, jadi ya gitu, selain gue sering di pukul sama Andi, Mama Andi juga ikut mukul gue. Tapi lebih sering nyelakain gue sih."

"Berapa tahun kalian berhubungan?" Barra bertanya sembari meringis. Ia ngeri sendiri membayangkan sesuatu yang terjadi pada Ashley dulu.

"Syukurnya cuman setahun. Dari awal ketemu dia, emang ada yang nggak beres sama dia. Tapi gue nggak tau, sampai akhirnya dia ngajak pacaran, gue tau semuanya." Tutur Ashley sembari memainkan sedotan di gelasnya.

"Itu tuh, yang bikin gue males pacaran. Ntar ketemu sama orang nggak jelas yang sering ngekang pacarnya. Padahal cuman pacar, bukan istri. Idih." Barra mulai mengeluarkan sisi julitnya yang selama ini hanya di ketahui oleh lima sahabatnya. Hesa, Joshua, Johan, Darren dan Mario.

"Berarti lo sama aja nganggep gue gitu dong?" Balas Ashley agak sewot. Entah kenapa merasa Barra baru saja mengejek dirinya. Barra mengangguk kemudian menggeleng. "Nggak tau. Liat aja ke depannya. Bisa aja pandangan gue berubah."

"Kenapa gitu?"

"Karena elo. Mungkin."

[✓] 𝐁𝐄 𝐇𝐎𝐍𝐄𝐒𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang