5 Sang Penjaga

387 100 61
                                    

"Coba bilang Daddy.."

Jari-jari mungil itu meraih pipi Hendery. Giginya baru tumbuh empat biji. Meski begitu ia berusaha mengucapkan kalimat yang Hendery utarakan secara benar.

"Da..Daaa..dy."

Mata Hendery berkilau. Putranya itu mencoba mengucapkan satu kali lagi jika saja tidak ada sesuatu yang datang dan menyela.

"Babi."

"Babi!"

Ajun mengucapkannya dengan lancar. Yangyang tertawa dan itu membuat Hendery marah sampai apinya mencuat keluar.

"Lihatlah, dia lebih mudah memanggilmu babi dibanding Daddy." Yangyang tergelak tawa tiada henti.

Hendery berdecak. "Kau ini mengganggu! Kalau kau berulah, aku akan mengusirmu!"

"Oh hey, tenanglah. Tidak baik mengusir tamu dari rumah. Lagipula aku datang juga untuk membantumu kan?"

"Kedatanganmu itu tidak membantu sama sekali," gerutu Hendery kesal. Tidak mengerti mengapa ia harus membawa Yangyang masuk ke dalam kediamannya.

"Lebih dari itu, ada yang ingin ku beritahukan padamu."

Kali ini Hendery menoleh. Ajun keasyikan bermain dengan jakun Hendery. Membuat sang ayah tergelitik untuk beberapa saat.

"Katakan, apa yang kau tau?"

Ekspresi Yangyang serius. "Putramu ini memiliki sesuatu yang berbeda. Tentu kau sudah menyadarinya bukan? Tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah jika para Devil maupun Angel akan mengambil tindakan."

"Aku tidak tau apakah ini benar atau salah. Bagaimanapun kau juga butuh tubuh Ajun sebagai wadah untuk Dejun nantinya. Namun sesuatu yang berbeda darinya inilah yang akan menarik Angel maupun Devil keluar jadi kau harus hati-hati."

Kuku Hendery menancap dan mengambil mata Yangyang secara tiba-tiba. Yangyang terkejut meski sempat merasa sakit.

"Kau harus menggunakan matamu secara baik. Kalau kau ingin menebus kesalahanmu maka tebuslah dengan menjadi mata kananku."

Alis Yangyang berkerut. "Hah?"

"Kau harus mengawasi setiap hal diluar sana dan laporkan padaku jika kau melihat sesuatu berkeliaran, mengincar putraku."

"Kau pikir aku ini apa?" Yangyang memelototinya kesal. Ia meraih kembali mata kanannya dari Hendery lalu memasangnya kembali.

"Tidak bisakah kau berhenti melepas anggota tubuhku secara mendadak? Jujur aku tidak suka! Aku ini bukan mainan tau!" Akhirnya Yangyang mengeluarkan keluh kesahnya.

"Baiklah maaf."

Hendery melirik Ajun sebentar tapi dia kembali melihat warna merah di dalam mata putranya sesaat.




Sejak itu, Hendery membenarkan segala perkataan Yangyang bahwa putranya memang berbeda. Mau bagaimana lagi? Hendery tidak ingin tubuh Ajun tergores sebelum ia membangkitkan Dejun.



Hendery harus menjaga tubuh Ajun secara baik sampai waktu itu tiba.












Hendery menatap langit. Buliran salju kecil menerpa. Firasatnya buruk. Seseorang memanggilnya. Membuat Hendery menoleh. Sang pria menunjukkan identitas. "Kau harus ikut kami."

"Kenapa?"

Pria berseragam polisi itu memasang wajah tegas. "Apa yang sudah kau lakukan pada orang-orang disana?"

ANGELACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang