1. Bagian Dee

51 5 3
                                    

“Peraturan pertama, jangan jatuh cinta sama saya.”


“ Kalau saya langgar hal itu ?”


“Perjanjian kita batal, kamu boleh pergi.”

Dilan membuka matanya dan yang pertama kali ia lihat adalah ruangan bernuansa putih pucat  dan hordeng hijau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilan membuka matanya dan yang pertama kali ia lihat adalah ruangan bernuansa putih pucat  dan hordeng hijau. Perutnya masih terasa sakit dan mual. Ia ingin muntah lagi rasanya. Ada selang infus yang terpasng di lengan kanannya. Sebentar, ada apa dengan dirinya. Tiba-tiba wajah marah Rangga terbesit dipikiran Dilan, ah iya mereka bertengkar hebat sebelumnya. Entah kenapa semua semakin rumit dan membuat Dilan gila.

Pintu kamar terbuka perlahan  dan sosok Disa adik perempuan bungsunya masuk dengan membawa jus jambu kemasan, loh bunda sama Ayah dimana?

“Disa ? Aku kenapa ya?”

“ Kamu gak inget mas?” DIlan menggeleng.

“ Kamu tuh bego atau apa sih mas, bawa Amer  sampe tiga botol pintu kamar kamu kunci. Kamu  tuh bego banget udah tau punya asam lambung, terus kamu hantem pake tiga botol alkohol ya makin parahlah, Ayah sama Bunda udah panik karena dengerin kamu muntah-muntah di dalam kamar.”  Ujar Disa. Dilan hanya memandang Disa masih bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia kembali mengingat-mengingat kejadian sebelumnya. Oh, jadi karena itu. Gara-gara cerita Disa, Dilan jadi ingat apa yang terjadi padanya. Tiba-tiba dadanya nyeri mengingat apa yang terjadi beberapa hari ini. Om Rangga menyakitinya untuk pertama kalinya. Hatinya benar-benar sakit, padahal ia tak berhak untuk sakit hati atas perlakuan Om Rangga padanya, ia pantas mendapat perlakuan seperti itu.

“Kamu mau bunuh diri ya?”  tuding Disa emosinya masih naik dari sebelumnya.

“Kalau bisa, kenapa tidak.”

“MAS KENAPA SIH??!”

“Disa bisa pelanin gak sih ngomongnya, aku gak tuli. Dan ini di rumah sakit”

“Mas berubah seminggu ini, mas gak ngomong sama sekali sama Disa atau pun Bunda. Muka mas pucet, mas sering pulang malam, kadang udah jalan sempoyongan. Disa tahu mas abis mabok. Kantung mata mas makin besar. Sebenarnya mas kenapa? Mas ada masalah? Mas kenapa gak cerita sama Disa.”

“Anak SMP mana paham kamu masalah ini.”

“Mas, Disa adek mas satu-satunya. Yang paling deket sama Disa cuma Mas. Mas jangan ngomong gitu, Disa sedih kalau Mas kayak gini.” suara Disa mulai bergetar, ia berusaha menahan tangisnya, ketika air matanya sudah mulai mengalir dari pelupuk matanya Disa buru-buru menghapusnya menggunakan dasi biru sekolahnya.

kupikir kamu rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang