4. Penasaran

7.4K 720 41
                                    

Awalnya, Nadia memang memilih untuk tidak peduli. Ia tidak peduli dengan siapa mas Joni dan sikapnya yang mencurigakan itu.

Awalnya, Nadia memang ingin mencari aman saja. Tetapi, ia tidak bisa memungkiri perasaannya yang terus di hiasi berjuta pertanyaan. Bahkan kepalanya ingin pecah memikirkan ini semua.

Siapa mas Joni? Kenapa ia begini? Kenapa ia begitu? Apa? Kenapa? Mengapa? Terus-terusan Nadia memikirkan hal itu berulang kali. Membuat sebuah niat yang numpang lewat terlintas di dalam pikiran, berubah menjadi sebuah tekad yang harus di gerakkan.

Nadia, siap mengintai mas Joni.

Nadia sudah siap sedia berdiri di balik tiang besar teras apartemen. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, yang artinya sebentar lagi Joni akan pulang.

Lihatlah, mas Joni itu tidak seperti tukang bakso pada umumnya. Yang akan berjualan bakso di lapaknya hingga larut malam. Mas Joni buka jam 10 pagi dan akan tutup jam 8 malam. Benar-benar jam tanggung menurut Nadia.

Nadia sudah memakai jaket hitamnya dan masker. Ia akan mengikuti Joni malam ini. Ia akan mencari tahu di mana pria itu tinggal. Mencari tahu segala sesuatu yang di sembunyikan oleh pria itu. Mumpung pria itu hari ini tidak mengendarai motor, jadi Nadia bisa mengintainya.

Joni benar-benar mencurigakan. Nadia yakin, ia akan menemukan sesuatu hari ini. Ia akan tahu siapa Joni sebenarnya sebentar lagi. Walau gentar, Nadia tetap akan menjalankan misinya. Yaitu mengintai mas Joni.

"Hah?" Nadia buru-buru menyembunyikan diri saat ia lihat targetnya sudah keluar. Hari ini pria itu tidak menggunakan motor, jadi Nadia bisa membuntutinya tanpa motor juga.

Nadia berjalan mengendap dan berulang kali menyembunyikan dirinya. Ia mengikuti langkah Joni dengan begitu hati-hati. Jika bisa, suara langkahnya pun tidak terdengar.

Nadia menarik napasnya dalam. Jantungnya bergemuruh cepat. Berdoa agar ia aman-aman saja. Karena bisa saja, Joni itu adalah orang berbahaya yang mungkin saja akan mengancam keselamatan Nadia.

"Hk!" Mata Nadia melebar seketika saat melihat Joni tiba-tiba berhenti. Buru-buru Nadia menyembunyikan diri ke balik pohon yang ada di dekatnya.

Ya Tuhan.. hampir aja, batin Nadia mengusap dadanya. Nadia menelan gumpalan besar di tenggorokannya. Dengan hati-hati, ia pun kembali mengintip keberadaan Joni. Tetapi.. dahi Nadia mengkerut seketika. Joni tidak ada? Pria itu menghilang?

"Loh? Kemana dia?" Gerutu Nadia seorang diri.

Nadia keluar dari persembunyiannya perlahan. Dengan hati-hati, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Joni di jalan yang gelap itu. Hanya ada lampu jalan yang tampak remang disana.

Nadia sedikit berlari kecil. Ia terheran kenapa Joni bisa menghilang secepat itu. Kemana perginya pria itu. "Kok nggak ada sih? Dia punya kekuatan apa makanya bisa ngilang?" Gerutu Nadia.

Namun saat Nadia berbalik, "AAAAAA!!" Pekik Nadia yang terperanjat karena terkejut melihat Joni yang tiba-tiba berdiri tepat di hadapannya.

"Hah! Gilak! Ngagetin aja!" Seru Nadia ketus dengan mata yang melebar. Jantung Nadia berdegup begitu cepat dan lagi-lagi ia harus menelan gumpalan besar di tenggorokannya.

"Kenapa mbak ngikutin aku?" Tanya Joni tanpa basa-basi. Ia menatap Nadia dengan lekat. Membuat Nadia merinding seketika. Wanita itu langsung gelagapan karena ia tertangkap basah telah membuntuti Joni.

"E..enggak," elak Nadia terbata. Nadia masih mencari alasan dalam otak kecilnya.

"Lebih baik mbak pulang!" Perintah Joni. Joni pun mulai beranjak. Ia berjalan melewati Nadia. Dan tanpa sadar, tangan Nadia yang seakan bergerak sendiri meraih tangan pria itu dan menggenggamnya.

"Mm..mas Joni," ucap Nadia dan Joni pun menoleh menatapnya. Jantung Nadia berdegup cepat. Matanya bertemu langsung dengan mata Joni, tanpa ada penghalang sedikit pun.

"A..aku suka sama mas Joni," ucap Nadia menatap Joni dengan matanya yang bergetar.

Joni pun membalik tubuhnya dan menatap Nadia. Ia menghelakan napas kasar. "Mohon maaf mb-"

"Kenapa?!" Belum selesai Joni mengucapkan kata penolakannya, Nadia langsung menyela keras. Bola mata wanita itu sudah bergetar. Dari pelupuk matanya, turun cairan bening yang mengulas pipinya. Bukan karena takutnya, namun karena perasaan sedih karena cinta yang tak terbalas.

"Karena mbak Lusi?!" Tebak Nadia dengan perasaan pilu. Namun joni bungkam tak menjawab pertanyaan Nadia. Ia hanya menatap Nadia dalam diamnya itu.

"Aku kurang apa mas Joni?" Ya.. sakit sekali perasaan Nadia saat mengucapkan pertanyaan itu. Tangan dinginnya yang sedang memegang tangan Joni pun ikut bergetar.

"Kenapa mas Joni pilih mbak Lusi? Kenapa mas Joni cuma baik sama dia? Kenapa sama aku enggak?! Bahkan untuk senyum pun enggak. Salah aku apa, mas Joni?! Kenapa mas Joni sejahat ini sama aku?! Hiks.. hikss..," Nadia terisak. Mungkin, inilah puncak dari perasaan lelahnya menahan rasa patah hati. Emosinya meledak dan ia tumpahkan kepada Joni.

Wajah Joni tampak tetap datar menatap Nadia. "Lebih baik mbak pulang. Ini sudah malam." Ucap Joni memberi saran. Ia menarik tangannya dari genggaman Nadia, tetapi buru-buru di tangkap kembali oleh Nadia.

"Jawab pertanyaanku dulu mas Joni! Jangan ngalihin pembicaraan!" Pekik Nadia dengan kencang. Air mata Nadia pun terjatuh mengulas pipinya.

Joni menarik kencang tangannya hingga terlepas dari genggaman Nadia. "Maaf," ucapnya kemudian berlalu. Meninggalkan Nadia yang semakin hancur perasaannya.

Jawaban Joni sudah jelas. Ia menolak Nadia. Ia tidak menyukai Nadia. Ia bahkan tidak menaruh sedikit harapan pun bagi Nadia. Sekarang Nadia sudah tahu jelas itu.

Nadia mengusap wajahnya kasar. Sambil menangis dengan perasaan sesak di dadanya, Nadia kembali ke apartemennya.

......
Mas Joni kejaaamm 😞
Aku kurang apa mas joni?! Wkwk

Jangan lupa vote dan komen yaa..
Follow ig : @babydollkrn yaa
Makasih ❤

Oh iya, sekalian promosi guys.
Ebook Honeymoon Travels udah tersedia di Playbook ya. Bisa search judul atau klik link di bio. Maaciw

Be My Boyfriend Mas Joni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang