13. Peringatan!

7.3K 687 64
                                    

Joni seketika terpaku saat tiba-tiba Nadia bertanya dimana alat bantu dengar yang ada di telinganya. Joni lupa. Joni benar-benar lengah. Ia tidak berekspektasi akan bertemu Nadia malam ini.

"Mas Joni!" Seru Nadia mengguncang bahu Joni. Mata wanita itu lekat menatap Joni penuh selidik. "Alat bantu dengar mas Joni mana? Kok nggak di pakek?" Tanya Nadia lagi.

Joni menggerjapkan matanya sekilas, lalu mengecap bibirnya. "Alatnya rusak," Jawab Joni membuat dahi Nadia mengkerut seketika.

"Rusak?" Nadia terheran. "Terus.. Emang mas Joni bisa dengar kalau nggak pakai alat itu?" Tanya Nadia lagi.

Dalam hati Nadia berkata-kata rusak katanya? Bohong! Aku nggak percaya!

Dengan tenang, Joni menganggukkan kepalanya. "Kan yang nggak bisa dengar cuma 1. Yang satunya lagikan masih bisa." Jawab Joni dengan yakin.

Nadia masih terdiam disitu dengan dahinya yang mengkerut. Ia menatap telinga Joni di keremangan malam itu. Hh! Mau bohongin aku ya? Jadi mas Joni nggak tuli?!

"Jadi.. Kalau aku ngomong gini, yang satu kupingnya dengar, yang satu enggak?" Tanya Nadia dengan alis terangkat. Dan Joni pun menganggukkan kepalanya.

"Coba tutup yang bisa dengar. Aku mau tes," Ucap Nadia membuat alis Joni terangkat menatap wanita itu. Dengan patuh, Joni pun menutup telinga kanannya. Dan nadia pun mendekatkan bibir di telinga kiri Joni.

"Mas Joni," Bisik Nadia. "Dengar nggak mas Joni?" Tanya Nadia antusias sembari menarik tangan Joni dari telinga kanannya. Joni pun menggeleng sebagai jawabannya.

Kali ini, Nadia yang menutup telinga kanan Joni. Lalu ia berbicara lagi di telinga kiri Joni dengan suara datar. "Aaaa.. Aaa.. Haloo.. Mas Joniii.." Ucap Nadia lagi mengetes pendengaran Joni.

"Dengar nggak mas Joni?" Tanyanya lagi menatap wajah Joni dan Joni kembali menggelengkan kepalanya.

Nadia kembali mencoba. "Aaa.. Mas Joni mas Joni mas Joni. Beli bakso mas Joniii.." Kali ini nada suaranya masih datar. Namun tiba-tiba, "AAAAAAAAAAAAAAA!!!! AAAAAAAAAA!!" Teriak Nadia begitu kuat dan melengking tepat di telinga Joni.

Telinga Joni berdengung seketika. Menerima suara melengking bak sambaran halilintar yang menyambar rumah siput di dalam telinga nya. Dan rasanya, gendang telinga Joni hampir pecah mendapat hantaman dari suara Nadia. Namun Joni tetap bertahan.

"Dengar nggak mas Joni?" Dengan wajah polos Nadia bertanya. Padahal di dalam hati ia mengumpat. Rasain! Dasar tukang bohong! Umpat Nadia.

Joni tetap menggelengkan kepalanya. Ia menarik napas kecil, lalu menghelakannya. "Udah nggak usah di tes lagi," Ucap Joni terlihat tenang. Padahal, telinganya masih berdengung disitu.

"Aku coba sekali lagi ya?" Pinta Nadia yang dalam hati benar-benar gemas.

Namun sayang, saat Joni ingin menjawab apa yang Nadia katakan, tiba-tiba ponsel Joni pun berdering. Joni pun mengambil ponselnya dari tas kecil miliknya. "Bentar ya," Ucapnya lalu sedikit menjauh untuk menjawab panggilan itu.

"Telponan sama siapa sih? Musti banget ngomongnya jauh banget," Gerutu Nadia. Nadia menyelipkan anak rambutnya dan mempertajam pendengarannya. Namun sayang, tak ada yang bisa ia dengar sedikitpun dari pembicaraan Joni. Bahkan suara Joni pun tidak bisa ia dengar.

Tak lama, Joni pun selesai menelpon. Ia kembali dan duduk di samping Nadia. Wajahnya tampak berbeda. Rahangnya pun tampak mengetat di situ. Membuat nadia jadi bertanya-tanya dalam hati kenapa wajah Joni jadi berubah drastis seperti itu. Namun nadia tak menyampaikan pertanyaannya itu. Ia simpan saja di dalam hatinya.

Be My Boyfriend Mas Joni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang