Aku Kim Si Kyeong. Aku adalah orang tua tunggal dari seorang putri bernama Shin Aeri. Aku bercerai dengan ayah Aeri 14 tahun lalu ketika Aeri berusia 2 tahun. Wanita paruh baya yang hanya mempunyai satu tujuan yaitu membesarkan dan menyekolahkan Aeri dengan baik.
Bersama putri kecilku kala itu, setelah perceraian, kami berdua berusaha bertahan hidup dengan serba berkekurangan. Walaupun begitu, aku masih mensyukuri semuanya karena keberadaan Aeri.
Kehidupanku setidaknya tak lebih buruk dari seorang laki-laki yang kutemui pada malam Natal tahun 2010. Laki-laki itu mengatakan padaku bahwa hidupnya sudah berakhir. Tubuh tegapnya tak mampu menahan guncangan begitu berat. Kesepian, kegagalan, dan kesedihan menghinggapinya silih berganti, membawanya ke dalam lubang kehancuran.
“Karierku sudah tidak tertolong, pekerjaanku hilang, agensi dan semua orang memutuskan kontak denganku. Penggemarku pergi meninggalkanku.”, tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Belum sempat aku menghiburnya, ia tertawa miris dilanjutkan derai tangis.
“Benar, memang siapa yang akan peduli pada artis depresi dengan gangguan kecemasan, terkena skandal dan kecanduan obat-obatan sepertiku?"
"Tapi Si Kyeong, apakah aku sangat bersalah? Aku juga tidak ingin seperti ini, aku tidak gila, aku sadar. Aku hanya tidak bisa mengatasi banyaknya tuntutan orang-orang terhadap hidupku.”
Sungguh aku tidak tega melihatnya begitu pilu.
"Hiduplah dengan baik, jangan sampai kau mengambil jalan yang salah. Terima kasih atas waktu yang kau luangkan untukku selama ini."
Setelah selesai melepas sedikit bebannya, ia mengucapkan selamat tinggal. Tak lupa dirinya menitipkan salam sambil memberikan sejumlah uang serta setas penuh hadiah untuk Aeri. Ia berpamitan dan memberitahuku kalau ia tak akan menemuiku lagi.
Benar saja, hujan salju mengakhiri pertemuan kami. Berikut penderitaannya, pergi menemui sang pencipta di malam yang sama. Aku menangisi kepergiannya, sahabatku, cinta pertamaku.
Karyanya perlahan menghilang ditelan zaman, dilupakan. Namun, itu merupakan awal dari titik balik kisahnya. Seorang bintang tanpa nama yang tenggelam ke dalam lautan keputusasaan itu, ia akan kembali bersama suara angin.
Melalui hamparan nada alam aku ingin mengatakan kepadanya, "Bahkan jika seluruh dunia tak menginginkanmu, kau masih memiliki dirimu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sound of the Wind
FantasyApakah mimpi itu adalah hal yang wajib untuk dicapai? Haruskah harapan serta cinta dipegang teguh dan dijunjung tinggi? Atau apakah semangat itu sesuatu yang patut dipertahankan? Di dunia ini, ada milyaran manusia dengan berbagai kisahnya, berupa-ru...