4.

21 0 0
                                    

Aku ingat hari-hari dimana aku hampir menyerah. Ketika aku yakin, aku gagal aku tidak bisa melakukan yang lebih baik.

Aku siap untuk menemui ajalku.

Setiap kali aku mengucapkan selamat tinggal kepada seseorang, aku berpikir mungkin ini adalah yang terakhir aku melihat mereka.

Aku mencoba mencari kemungkinan untuk kata-kata terakhirku, agar perasaan ini tidak terlalu terbebani.

Aku bertanya pada diriku sendiri, apakah itu menyakitkan? Tubuhku berkata tidak, tapi hatiku berkata ya.

Aku tidak bisa melihat kehidupan yang aku harapkan. Aku membayangkan kehidupan setelah aku pergi nanti. Orang yang aku cintai.

Aku membayangkan ibu menangis di samping pemakamanku. Aku bisa melihat kekecewaan ayah. Dengan kekalahan ini, aku bisa melihat kepercayaan saudara-saudaraku terkoyak.

Aku bisa merasakannya.

Aku akan meninggalkan banyak pertanyaan, aku akan membuat hidup mereka sengsara.

Rasa sakit dan kekecewaanku bukanlah apa-apa, dari apa yang mungkin tersisa.

Aku tidak bisa melakukannya, karena mereka layak mendapatkan yang terbaik. Aku tidak bisa membiarkan mereka lepas dari hal-hal yang pernah mereka ajarkan sejak aku lahir.

Aku tidak bisa membiarkan semua itu sia-sia.

Mereka menjadikanku seorang pejuang, aku tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Aku ingin mereka bangga pada diriku, dan tidak malu.

Ini terasa seperti kelahiran baru. Aku dilahirkan kembali dari kepingan yang retak dan utuh kembali.

Cinta untuk keluargaku menghidupkanku kembali dari dalam.

***

Praya, 29/10/2020

Diary DepresikuWhere stories live. Discover now