PUZZLE 9 : OFFICE GIRL

12 1 0
                                    

"Tidak semua harus diraih karena kekuasaan. Paling utama adalah kerja keras dan kemauan untuk memperjuangkannya."
- Drew Alejandro -

Rencananya hari ini Shayla akan mencoba mencari pekerjaan. Rumah Pak Rahmat memang sedikit rumit. Shayla harus berjalan kaki dulu untuk sampai ke jalan raya. Hal itu tidak ia keluhkan, karena dulu sudah sering membantu Nek Asih berjualan kue dari berjalan keliling kampung dengan membawa nampan hingga berjalan dari sekolah ke rumahnya karena ongkos untuk naik mikrolet sudah habis. Bukan hal besar untuk Shayla.

Sekitar 20 menit, ia sampai di pusat kota. Penampilannya tidak memalukan, Shayla tidak norak. Meski dirinya sejak lahir adalah orang biasa, dia mengerti fashion. Ia mengenakan celana kain berwarna hitam yang pas dengannya, atasan kemeja putih dan ia menambahkan blezer hitam yang sempat ia beli di Surabaya, tapi urung ia kenakan.

Selain itu, ia mengucir rapi rambutnya yang mulai panjang lagi. Tote bag berwarna hitam polos berada di pundaknya, di dalamnya terdapat curriculum vitae yang ia tulis tangan lengkap dengan pas foto ukuran 4 x 6 cm beberapa lembar di dalam map. Shayla memang menyiapkannya sematang mungkin.

Ia segera ingin mendapatkan pekerjaan karena uang tabungan yang seharusnya ia gunakan untuk menyambung hidup harus ia relakan untuk membeli ponsel baru.

Ini kali pertama Shayla datang ke pusat kota sendirian. Shayla sengaja memilih tempat ini karena ingin mencari informasi terbaru tentang keluarga Bramantyo sesuai instruksi Bu Ina kapan hari yang ia dapatkan.

Gedung menjulang tinggi berjajar, sama dengan kota asalnya. Kota metropolitan. Bingung akan memasuki gedung yang mana, Shayla kembali berjalan dengan bantuan google map. Tidak lama, aplikasi itu memberitahukan Shayla bahwa gedung dengan nama PT. Adinata Group tepat berada di depannya.

Shayla menutup aplikasi itu dan memasukkan ponselnya ke dalam tote bag sebelum ia memencet tombol pada Pelican Crossing seketika bunyi bip bip berbunyi keras mengiringi langkahnya menuju gedung yang kokoh menjulang.

Shayla mengusap keringat yang keluar di dahinya dengan tisu. Tanpa ragu ia mulai berjalan ke arah pos security. Sopan sekali ia berbicara untuk menanyakan adanya lowongan kerja. Dua lelaki berseragam keluar dan menunjukkan arah kanan.

Adinata Group adalah sederet perusahaan dengan banyak anak cabang. Ada Adinata Media Digital yang bergerak di bidang adversiting dan Adinata Good Foods yang menjalankan bisnis makanan siap saji kekinian dengan model franchise.

"Terima kasih, Pak," pamit Shayla lantas menuju ke gedung sebelah kanan.

Ada tulisan AMD yang besar terpampang pada dindingnya. Penjelasan dari security memberikan info untuk segera menemui resepsionis guna menyerahkan map berisi lamaran pekerjaan. Kebetulan yang sangat untung, AMD sedang membuka beberapa lowongan pekerjaan.

"Silakan tunggu dulu di situ, Mbak," ucap ramah dari petugas. Selang beberapa menit Shayla menunggu, datang beberapa orang yang berpakaian sama dengannya.

Ternyata bukan hanya dirinya yang sedang mengincar pekerjaan itu. Shayla terus berdoa supaya Tuhan memberikan kesempatan. Ia hanya ingin menyelesaikan misinya.

Proses interview yang Shayla nantikan ternyata juga belum dibuka, setelah bertanya kepada petugas, Shayla izin untuk membeli sesuatu di kantin kantor. Pasalnya, ia terburu-buru sehingga tidak menghabiskan sarapannya. Belum sempat ia berjalan jauh, seseorang dari depan menabraknya dan membuat Shayla yang tubuhnya lebih kurus terpental jatuh. Ia mengaduh kesakitan. Memang ia mengenakan flat shoes pinjaman dari Bu Yuni, hanya saja model stuctured ujung yang runcing membuat jari kakinya terasa perih.

"Anda baik-baik saja?" tanya seseorang yang sudah mengulurkan tangan. Setelah memasukkan beberapa foto dan kertas yang keluar dari tote bag-nya, Shayla bangkit tanpa menyambut uluran tangan sang penolong. Ingin rasanya Shayla memaki orang yang membuatnya jatuh.

THE LAST PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang