"Ayolah Jei, kali ini aja temani aku menuju fansign," mohon salah satu temanku ini, bahkan bisa dibilang dia adalah sahabatku karena kemanapun aku pergi aku sering bersamanya, tapi kali ini aku ingin sekali menolaknya. Bagaimana mungkin aku diajak ke tempat yang bukan duniaku sama sekali? Datang ke fansign dan bertemu artis idolanya? Huh, lebih baik aku pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi skripsi yang sedang aku jalani.
"sudah kukatakan berapa kali, Ra? Aku tidak mau. Pasti di sana sangat berisik secara orang sejenismu menjadi banyak tak hanya kamu. Aku yang mendengarkan sikap fangirlingmu tiap hari saja sudah membuatku pusing bagaimana nanti, " jawabku sambil berjalan menuju loker kampus untuk mengambil beberapa buku yang harus kuselesaikan untuk kubaca di rumah esok karena merupakan hari libur.
"kamu tidak tahu perjuanganku mencari dua tiket menuju fansign ini? Aku sampai tidak tidur di malam hari. Kau duduk menemaniku saja. Aku yang akan maju ke depan bertemu mereka. Ini impianku dari dulu, Jei. Kumohon kali ini saja. Jika tidak denganmu mamaku tidak mengizinkanku untuk pergi," bujuk Raya kepadaku. Huh, jika begini mana bisa aku menolaknya lagi. Lagipula orang tua Raya memang sangat ketat dalam urusan keluar pergi padahal Raya sudah besar. Dia sudah kuliah bahkan sedang skripsi sama sepertiku. Tapi terlahir dari keluarga islam dan terpaksa pindah ke Korea bukanlah hal yang mudah. Karena orang muslim di sini adalah penduduk yang sangat minoritas.
"Huh, baiklah. Kamu telah merusak kegiatanku besok, Ra. Tapi, aku hanya duduk menemani tidak lebih. Aku tidak akan maju bertemu idolamu itu," ucapku yang langsung disambut dengan sorakan gembiranya.
"HUAAA, MAKASIH BANGET, JEI! KAMU MEMANG SAHABAT TERBAIK!" Teriak Raya sambil memelukku erat. Sedangkan aku hanya bisa menghela napas.
"Besok akan kujemput ke kosanmu jam 7 pagi. Karena kita membutuhkan 1 jam perjalanan menuju tempatnya, sampai jumpa besok, assalamualaikum," ucap Raya begitu saja kemudian dia langsung meinggalkanku. Huh, dasar jika sudah kuturuti dia langsung pergi begitu saja. Untung teman.
"Waalaikumussalam," balasku dengan bermonolog sendiri.
-
Keesokan harinya, sebelum Raya datang aku menyiapkan beberapa barang. Kacamata, mukena, dompet, hp, powerbank, dan satu buku yang kubaca nanti ketika di sana. Pasti aku akan mati kebosanan dan hanya mendengarkan teriakan-teriakan seperti Raya jika melihat video-video idolanya.
Sampai sekarang aku bingung, memang jika kita mengidolakan artis apa yang akan kita dapat? Hanya kesenangan semata saja. Tapi, Raya selalu mengomporiku untuk menyukai mereka bahkan dia memperlihatkan banyak video tapi tetap saja yang namanya suka tidak bisa dipaksa. Tapi bukan berarti aku membenci mereka. Aku hanya tidak suka mereka. Bukan fans mereka. Ah sudahlah.
Tin.. Tin..
Bunyi klakson dari luar kos an sepertinya itu adalah Raya. Aku langsung keluar dan membawa barang yang aku siapkan tadi dan langsung duduk dikursi penumpang sebelah Raya. Kemudian, dia langsung menjalankan mobil begitu aku sudah masuk ke dalam.
""Jei," Panggil Raya padaku. Aku yang menikmati membaca buku pun menghentikan kegiatanku.
"Apa?" jawabku sambil menolehkan kepala menghadapnya.
"Kamu jangan marah ya, nanti kamu pura-pura jadi fans mereka ya. Kamu kasih barang yang udah aku siapin. Ternyata yang dateng ke sana harus maju seperti itu," ucap Raya dengan sedikit takut. Kubalas dengan dengusan sebal. Kemarin dia mengatakan aku hanya duduk saja. Sekarang, dia menyuruhku untuk maju?! Yang benar saja. Bahkan, mengenali nama idolanya satu-persatu pun dia tak tahu. Bagaimana bisa dia maju ke depan dengan tampang seperti orang bodoh yang ada.
"Sumpah?! Aku ingin marah padamu. Bahkan wajah dan nama mereka saja aku tidak tahu," balasku tak tahu harus bagaimana lagi menanggapi sikap Raya. Konyol sekali jika dia maju kemudian ditanya berhubungan dengan mereka sedangkan dia tidak mengerti sekali tentang idola Raya satupun.
"Maaf Jei, gak masalah. Kamu tinggal maju minta tanda tangan dibuku album yang aku bawa kemudian kamu ngasih barang yang udah aku siapin di belakang. Terus udah deh," balas Raya dengan mudahnya.
"Ah terserah kamu lah," balasku pasrah yang dibalas Raya dengan tertawa kecil. Enak sekali dia tertawa seperti itu, dikira ini hal yang lucu?!
Sesampai di sana, aku dan Raya langsung menuju gate untuk memasuki tempat diadakannya fansign. Wah, banyak sekali fans mereka bahkan yang tidak punya tiket pun datang untuk menunggu kedatangan mereka. Hm, sepertinya mereka memang yang sedang booming di Korea saat ini.
Raya menarikku dengan cepat. Huh, dia tidak sabar sekali. Kemudian kita duduk di bangku deret kedua dari depan yang tersisa dua. Raya langsung menunjukkan barang-barang yang harus kuberikan pada mereka. Huh, aku seperti robot saja yang menuruti semua permintaannya. Hari ini saja tak ada lagi hariku yang seperti ini nanti.
"Ray, aku ingin ke toilet dulu deh, mau pipis," izinku pada Raya.
"Ih, cepet. Acaranya udah mau mulai 10 menit lagi," balas Raya. Aku hanya mengangguk saja kemudian berjalan menuju kamar mandi yang berada di belakang kiri tempat ini. Lagian lama atau enggak itu tidak masalah bagiku. Aku tak menyukai mereka.
Aku tertawa dalam hati. Pasti hanya aku yang bisa beruntung datang di sini tapi tak menyukai mereka. Tak bisa dibayangkan jika aku ketahuan bukan fans mereka, bahkan tak mengerti nama satupun anggota mereka. Yang kutahu mereka adalah BTS dan mempunya fandom bernama ARMY. Pasti akan terkena hujat karena untuk mendapatkan tiket datang ini sangat sulit dan hanya orang yang beruntung saja. Mungkin Raya sudah salat malam dan meminta pada Allah sekian lama agar bisa mendapatkan dua tiket dan mendatangi acara ini. Untuk hal itu, dia kuacungi jempol.
"BRUK!" Aku kaget karena menabrak orang yang tak kukenal. Barang yang dibawa pun jatuh semua. Wah, gawat. Karena ngelamun aku menabrak orang.
"Ma-maaf," ucapku dengan menunduk mengambil barang-barangnya yang jatuh. Wahh, sungguh aku menjatuhkan handphonenya juga. Saat kuambil handphonenya ternyata tidak ada yang rusak. Huft, untunglah. Kemudian ku berikan padanya.
"Ma-maaf sekali lagi," ucapku karena sama sekali tidak dibalas olehnya.
"Tidak masalah, lain kali berhati-hatilah dan jangan melamun ketika berjalan," ucapnnya lalu meninggalkanku. Huh, untung saja dia tidak marah. Akhirnya aku berjalan dengan memperhatikan jalanku untuk menuju kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDK - JK
FanfictionIni sebuah kesialan atau sebuah anugrah? kuyakin banyak orang yang ingin di posisiku saat ini, tapi entah kenapa aku menganggap hal ini akan menjadi rumit setelah aku bertemu dengannya.