2

43 6 13
                                    

Setelah dari kamar mandi, aku langsung duduk di samping Raya. Wah, apa kubilang kemarin, semua orang di sini pada menjerit kekaguman melihat idolanya di depan sana sedang berbincang dengan menyapa fansnya, Army. Aku semakin merasa ingin pulang saja merasakan ini. Kuambil buku yang berada di tasku. Lebih baik aku membaca buku ketimbang aku mengurusi ini yang gak mungkin ada habisnya.

Sebelum mulai membaca buku, kusempatkan untuk melihat mereka, BTS. Karena, acaranya telah di mulai. Aku ingin melihat bagaimana caranya maju satu-persatu dan meminta tanda tangan. Ini pasti akan menjadi hal yang canggung karena aku tidak tahu sama sekali nama mereka satupun.

Hah!

Aku kaget sekali melihatnya, aku kembali mengucek mataku untuk memperjelas pandanganku. ORANG YANG KUTABRAK TADI ADALAH SEORANG IDOL! wah, tidak bisa dibayangkan betapa kagetnya aku. Bagaimana ini?! Jika aku maju meminta tanda tangan, nanti ketahuan kalau aku bukan fansnya, secara aku tadi saat bertabrakan dengannya seperti bukan sikap seorang fans dengan idolanya. Biasanya jika ada fans yang tak sengaja bertemu idolanya pasti akan menjerit dan heboh sedangkan aku tidak.

Huh, moodku turun drastis. Aku ingin pulang saja jika begini. Kulihat Raya sangat senang sekali. Dia bahkan mengabadikan momen ini dengan tak henti-hentinya mengambil foto mereka. Huh, memang begini ya jika sudah suka tak ada yang bisa menghalanginya sekalipun. Ah, masa bodo dengan ini lebih baik aku mengabaikan semua orang di sini dan memilih membaca buku. Bahkan, Raya pun membiarkanku karena telah asik dengan dunianya sendiri.

Aku memberi garis bawah pada poin-poin yang menurutku penting. Mau bagaimana pun aku harus cepat menyelesaikan kuliahku di negeri orang. Aku tidak ingin menghabiskan waktu terlalu lama tinggal di negeri orang yang sebenarnya sangat tak nyaman. Banyak orang yang ingin pergi ke Korea dan tinggal di sini. Saranku lebih baik hilangkan saja pemikiran seperti itu. Jika memang hanya berlibur tidak masalah tapi percayalah menetap di negeri orang, apalagi Korea menurutku tidak enak sama sekali. Orang di sini sangat rasis. Sehingga aku harus menyiapkan sikap masa bodo terhadap mereka.

Sebenarnya aku kuliah di sini bukan karena keinginanku. Ini murni kesalahan yang terjadi. Waktu itu aku memilih untuk mengambil beasiswa ke Singapura karena dekat dengan Indonesia, negara asliku. Tetapi entah kenapa temanku salah atau bagaimana memasukkan berkasku ke salah satu kuliah di Korea. Sehingga waktu pengumuman, tak kusangka namaku lolos untuk kuliah di Korea. Aku sangat kaget dan menanyakan ke guru kelasku dan dia berkata, bukannya ini adalah pilihanmu sendiri? Bagaimana mungkin kamu tidak senang ketika lolos?

Aku langsung pulang ke rumah dan menceritakan semua ke orang tuaku. Tetapi, mama dan papa malah berkata, ambil saja ini mungkin memang takdirmu. Tidak mungkin Tuhan salah memilihkan tempat bagi umat-Nya. Ini adalah takdir yang terbaik bagimu. Akhirnya, mau tak mau aku mengiyakan saja ucapan mereka dan di sinilah aku sekarang. Sudah empat semester yang kujalani tinggal di negeri gingseng ini.

"Jei, ayo habis ini kita maju. Kau berikan ini ya, satu persatu kepada mereka," ucap Raya. Aku mendengus sebal tapi tetap berjalan untuk mengantri. Huh, kenapa aku harus deg-degan? Ini semua karena aku tak sengaja menabraknya tadi. Apa yang harus kulakukan?

Aku langsung maju ke depan dan berhenti di salah satu member tersebut. Dia menyambutku dengan senyum yang memperlihatkan kedua lesung pipitnya. Kubalas senyumnya dengan senyum juga mau bagaimanapun aku tidak boleh terlihat cuek di depan mereka. Kuberikan album yang harus ditandatangani dan kuambil random kado yang telah disiapkan Raya di dalam goody bag yang dia berikan padaku tadi.

"Where do u come from?" tanyanya menggunakan bahasa inggris. Oh, mungkin karena wajahku sama sekali bukan wajah korea dia mengira aku tak bisa menjawab dengan bahasa Korea.

"H-hm, aku berasal dari Indonesia. Tapi, untuk sementara ini aku tinggal di Korea," jawabku menggunakan bahasa Korea agar dia memahami bahwa aku bisa menggunakan bahasa Korea.

"Oh, kau bisa menggunakan bahasa korea rupanya. Terima kasih atas kadonya, " ucap orang tersebut dengan sangat ramah. Aku hanya mengangguk dan bergeser karena telah diberi aba-aba oleh salah satu staff untuk pindah tempat.

Orang tersebut juga langsung tersenyum padaku dan memberikan senyumannya hingga kedua matanya menyipit. Aku membalasnya dengan senyum canggung. Kuberikan album dan salah satu kado kepadanya dan dia menerima dengan baik.

"Wah, kenapa kau memberikanku ini? Apakah ini couple denganmu? " tanyanya kepadaku saat aku memberikan dia gelang. Wah aku aja gak tau apa-apa bagaiaman bisa aku jawab pertanyaannya.

"Tidak, aku hanya bingung apa yang harus kuberikan kepadamu. Kupikir kau bisa membeli semua barang yang ingin kau beli, bukan? Jadi, ya aku hanya memilih secara random," jawabku asal tetapi aku tak menyangka reaksinya dia kaget dengan jawabanku. Eh, apakah ada yang salah? Kurasa yang kujawab benar bukan?

"Y-ya, tapi aku akan menghargai semua pemberian kalian tanpa melihat harganya. Kurasa semua army selalu memiliki alasan ketika memberikan kita barang," jawabnya dengan disertai senyuman. Wah, asal kau tau saja aku bukan salah satu dari army tersebut. Ah sudahlah. Aku bergeser karena waktunya telah habis sebelum itu aku mendengar dia mengucapkan terima kasih dengan tulus. Ya, mungkin hanya aku fans yang aneh selama ini. Wkwk.

"Hallo, siapa namamu?" tanyanya ketika kuberikan album.

"Namaku Jahzara, tapi karena terlalu panjang orang-orang memanggilku Jei," balasku.

"Jei? Wah, namaku juga sama denganmu jika seperti itu," balasnya. Memang siapa namanya? Ingin kutanyakan tapi aku sadar ini akan menjadi hal yang sangat aneh selama fansign ada. Mana mungkin ada orang yang mengikuti fansign tapi tidak mengetahui nama mereka? Hadeh.

"Wah iya benar," jawabku dengan senyum yang kubuat-buat. Aku memberikannya kado kemudian bergeser.

Ini yang menyebabkanku gugup dari tadi. Orang yang tak sengaja kutabrak. Aku ingin melupakan saja kejadian tadi tapi aku takut orang ini mengingatku. Kuberikan album dengan tangan bergetar. Orang itu segera menandatangani. Lalu kuambil kado secara acak dan kuberikan padanya.

"Bagaimana bisa kau mendapatkan tiket, kurasa kau bukanlah army," ujarnya sarkastik tapi disertai dengan senyum yang sangat manis seperti baby. Hal itu, membuatku kaget.

"Eh i-

"Jeykey namanya sama seperti kita, sama-sama Jei." tiba-tiba saja orang di sebelahnya lebih tepatnya sebelumnya mengatakan hal itu padanya.

"Oh ya?" tanyanya dengan disertai senyuman. Kemudian orang tadi beralih ke army yang telah pindah di depannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," ucapnya ketika selesai menandatangani album. Untung teman-temannya sibuk dengan fansnya sehingga tidak mendengar ucapannya.

"Huh? Mana mungkin aku bukan army, malah biasku di BTS itu kau," ucapku asal. Huh, aku ingin segera menyelesaikan ini.

"Wah, benarkah? Baru kali ini aku menemukan army yang tidak kaget ketika tak sengaja bertabrakan denganku," ucapnya tak luput disertai dengan senyumannya yang sangat manis. Huh, teenyata dia mengingatku dengan baik. Jika aku tak dipojokkan seperti ini mungkin aku akan menyukainya. Tapi sikapnya membuatku sebal.

"Jika seperti itu, mulai sekarang berhentilah untuk selalu berpikir bahwa semua fansmu akan selalu histeris jika bertemu denganmu," ucapku lalu kuakhiri dengan senyum manis sebelum aku geser kesebelahnya.

"Menarik," balasnya disertai dengan senyuman. Huh, aku benar-benar sudah tak tahan lagi dengan akting seperti ini. Setelah itu aku langsung meminta tanda tangan dan berbasa-basi singkat hingga akhirnya selesai juga aku melalui perjuangan yang menyebalkan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IDK - JKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang