TP-1

53 2 0
                                    


Hari ini adalah hari dimana mulainya bulan baru dan hari senin saat semua sekolah menggelar upacara bendera. Aku turun dari sepeda ku mengiring masuk melewati pagar dan memakirkan itu di tempat yang penuh disamping motor-motor mahal yang berderet. kalau aku menggores mungkin itu seharga lebih gaji ibuku sebulan.

Masuk lewat koridor depan membuat ku jadi pusat perhatian. aku bukan perempuan cupu yang sering berpenampilan seperti itu. aku berpenampilan biasa saja dengan rambut ku kepang kuda dan rok di bawah lutut tidak seperti kakak kelasku yang sering menggunakan rok di atasnya.

“Polos!” aku mendengar suara itu tapi aku tidak menoleh karna itu bukan nama ku.

“Lo budek ya?!” aku berhenti saat satu tangan ku di tahan. aku berbalik ternyata kakak kelas ini lagi. orang yang selalu semena-mena dengan ku dan bodoh nya aku menurut saja.

“iya ada apa ya kak?”

Aku spontan menyambut dua buku tulis yang ia berikan.

“Ini apa kak?” tanya ku lagi. walaupun aku sudah tau, tapi aku berpura-pura saja tidak tau.

Semenjak aku sekolah disini, mereka yang mengetahui aku pintar dan selalu mengiyakan, selalu saja meminta ku untuk mengerjakan tugas mereka. Bodohnya lagi, aku tidak pernah menolak itu.

“Biasa. kerjain! jam istirahat pertama gue ambil.” kakak kelas yang bernama Bella tadi meninggal aku tanpa bantahan bahwa aku mau atau tidak mengerjakan pr nya. ah... percuma saja apabila aku menolaknya. ujung-ujungnya aku pasti mengerjakan juga.

Bella adalah kakak satu tingkat lebih dari ku. Bukan hanya kak Bella saja yang sering menyuruh ku tapi kedua temannya juga sering menyuruh ku mengerjakan pr mereka. kak risti dan kak Nisa. untung saja hanya pr kak bella bukan pr mereka juga.

Aku berjalan menuju kelas ku yang berada di lantai bawah. aku masuk di kelas  X IPS 2 dan duduk di mejaku yang sudah ada teman ku sejak pertama kali kami masuk sekolah.

“Lo ngerjain tugas kak bella?” tanya Jessi. aku mengangguk menjawabnya.

Jessi adalah satu-satunya orang yang berteman dengan ku. saat itu dimana kami baru masuk sekolah, Jessi berkenalan dengan ku duluan dan aku menyambut tangannya. pertama aku mengira bahwa jessi hanya ingin berkenalan saja karna kami satu kelas. ternyata anak itu sering mengintili aku dan aku tidak pernah repot karna jessi orangnya baik tidak sombong seperti orang-orang lain.

“Kenapa lo gak nolak aja sih, Ci?” aku menoleh ke arah Jessi melihatnya yang sedang memegang hp yang kameranya berbentuk kotak itu. aku sudah tahu bahwa hp itu hanya teruntuk orang kaya saja.

“Mau gimana lagi? nanti mereka gangguin aku,” jawab ku mulai membuka buku kak bella. baru saja aku ingin menulis, Jessi mengambil pulpen yang ada di tanganku.

“Kamu mau pinjam pulpen aku?” tanya ku.

“Nanti mereka keenakan, Ci! coba lo aduin sama Bk pasti mereka kena pasal,” papar Jessi masih memengang pulpen ku.

Aku menggeleng. “Enggak papa, jes. yang penting aku bisa ngerjainnya dari pada aku gak bisa ngerjainnya.”

“kamu gak jadi pinjam pulpen ku?” tanya ku saat jessi menyodorkan pulpen.

“Enggak. lain kali jangan mau di gituin, nanti mereka keenakan.” aku mengangguk membalas lalu sibuk mengerjakan pr kak bella.

•••••

Suara bel membuat semua orang keluar dari kelas mereka dengan guru-guru mengakhiri jam pelajaran. ada juga guru yang masih berbicara menerangkan pelajaran tanpa peduli bahwa bunyi bel sudah berbunyi sejak tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terlalu PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang