30. BADAI YANG MENERJANG TIBA-TIBA SEBELUM MENEPI (1)

5.4K 486 25
                                    

Siang, Dears! ^^

Menjelang ending, mana suaranya?

Buat kalian yang bingung di bab kemarin dan bingung sama cerita ini, nikmati dulu sampai ending.

Kalau sudah ending masih bingung, nanti Hara bantu jelasin di bab penjelasan sendiri.

So, sabar aja dulu, ya!

Budayakan vote sebelum baca,
Biasakan komentar di akhir cerita.

Koreksi typo, dong!

Happy reading!




***




Ardi mencabut kabel charger dan menggulungnya setelah baterainya ponselnya terisi penuh. Kabel charger itu dia pinjam dari salah satu pegawai kantin rumah sakit. Akibat kepanikan semalam, dia memang tak membawa apa pun selain dompet serta ponsel dengan daya kritis. Hanya kedua benda tersebut yang berhasil dia sambar saat terburu-buru menemui Ayu.

Bagaimana tidak, pesan singkat yang dia terima ketika hendak mengisi daya ponselnya, membuat Ardi kalang kabut. Jantungnya nyaris berhenti setelah sampai di apartemen Ayu. Dia bahkan tidak berpikir dua kali untuk langsung membawa Ayu ke rumah sakit. Semalaman penuh dia tak lepas menjaga wanita hamil itu.

"Terima kasih," ujar Ardi sembari mengulurkan kabel charger pada pemilik aslinya.

Setelah itu, dia berjalan keluar kantin. Sembari berjalan, Ardi mengecek setiap notifikasi yang masuk pada ponselnya. Ada beberapa misscall dari Mama, Aira, dan wedding planner mereka. Meninggalkan laporan panggilan tak terjawab, Ardi membuka whatsapp. Banyak sekali pesan masuk hingga chatroom whatsapp-nya tak henti bergerak naik-turun silih berganti.

Jempol Ardi terarah pada chatroom paling bawah, chatroom-nya dengan Aira. Pesan terakhir yang Aira kirim adalah pukul sebelas tadi. Hanya ada tiga pesan di sana, tetapi sukses membuat mata Ardi membeliak.

Ai
Jangan lupa siang ini fitting terakhir ya, Mas.
Kita langsung ketemuan di sana?

Pesan itu terkirim pukul tujuh pagi. Tentu saja Ardi baru membacanya karena sejak semalam ponselnya mati. Dia juga baru sempat keluar dari kamar inap Ayu dengan alasan ingin bersantap siang di kantin. Bicara soal fitting, Ardi benar-benar lupa akan hal itu. Namun, pesan terakhir Aira menyita penuh atensinya.

Ai
Kamu di rumah sakit Medika Utama?

Dilihat dari pesan Aira yang langsung menanyakan keberadaannya di rumah sakit, Ardi yakin seratus persen kalau Evan lah yang menjadi dalangnya. Tanpa ragu, Ardi pun men-dial nomor Aira. Dia harus menjelaskan banyak hal sebelum masalahnya semakin melebar.

Beberapa kali mencoba menelepon, sambungan Ardi hanya berakhir dengan suara operator. Gusar panggilannya tak tersambung, dia memilih menghubungi Delisa. Syukurlah, Delisa mengangkatnya dalam dua detik pertama.

"Ma, Mama masih bersama Aira di butik?" sambar Ardi tanpa tedeng aling-aling.

"Loh, bukannya Aira sama kamu? Tadi dia tiba-tiba cancel acara fitting-nya dan buru-buru pergi dari butik."

Langkah Ardi sontak berhenti. Dia meraup wajahnya dengan sebelah tangan. Kemudian dia mengacak rambutnya dengan tangan yang sama.

"Ardi, kalian baik-baik saja? Kamu lagi sama Aira, 'kan?" tanya Delisa berubah cemas kala tak mendapati sahutan dari putranya.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang