LIA & AL

1 0 0
                                    

Seorang gadis kecil sedang bermain dengan hewan peliharaanya namun tiba-tiba ada suara yang membuatnya terkejut.

Prangg

"Hendra kamu memang tidak punya hati, apakah kamu tidak bisa sehari saja jangan ajak saya bertengkar di depan lia" ucap Marta

"Saya tidak perduli, pernikahan ini tidak lagi bisa saya pertahankan. Saya sudah memilih untuk hidup dengan mona, dia lebih perhatian terhadap saya kebanding kamu yang selalu memanjakan anak pembawa sial itu, dan lupa kalau kamu itu istri saya" ucap Hendra

"Lia, sini kamu!" titah Hendra pada gadis kecil yang di panggil Lia

Lia hanya menatap datar tanpa mau melakukan perintah ayahnya.

"BERANI SEKALI KAMU MENATAP SAYA SEPERTI ITU, DASAR ANAK TIDAK TAHU DI UNTUNG"

"Lihat! itu anak pembawa sial yang kamu manjakan. Lihat!" Lantang Hendra

Marta menangis mendengar ucapan suaminya yang mengatakan buah hati mereka pembawa sial.

"Lia bukan anak pembawa sial," teriak Marta yang tidak terima

"Terserah kalian saja, saya masih banyak kerjaan. Besok pengacara saya akan mengantarkan surat perceraian kita" ucap Hendra dan langsung pergi begitu saja.

Marta menangis terduduk di lantai, ia tidak menyangka bahwa pernikahannya akan berakhir.

Lia mendekati Mamanya, jemarinya yang mungil menghapus air mata mamanya.

"Mama jangan menangis untuk orang jahat seperti papa" ucap Lia tidak main-main.

Setelah mengatakan itu gadis kecil itu langsung pergi bermain ke taman belakang, Marta menatap sendu punggung putrinya.

"Maafkan mama nak, ini semua salah mama"

°°°

Lia sedang berada di taman dekat rumahnya, ia sedang bermain sepeda namun tiba-tiba sepeda Lia menabrak batu sampai membuatnya jatuh.

"Aduh, sakit" Lia meringis merasakan perih dan sakit di siku serta lututnya yang memar.

Seorang anak laki-laki menjalankan sepedanya kearahnya dan duduk di depan Lia.

"Kamu kenapa?" tanya anak itu, namun tidak juga mendapatkan jawaban dari lawan bicaranya.

Anak laki-laki tersebut tersenyum dan berkata "kamu gak boleh cuek sama orang yang berniat baik ya," ucapnya dan mengambil sesuatu di dalam tasnya yang ia bawa,

Ia mengeluarkan kotak obat yang selalu bundanya taruh dalam tasnya.

"Sini, Al. Obatin luka kamu" ucapnya seraya tersenyum, Lia terus melihat anak laki-laki itu mengobatinya dengan teletan.

"Kamu cita-cita jadi dokter?" Lia mulai bersuara setelah Al selesai mengobatinya.

Al menggeleng cepat "Gak! Al, gak suka bau rumah sakit"

"Loh, bau rumah sakit kan bau obat. Terus tadi kamu megang-megang obat biasa aja tuh" kata Lia

"Itu demi kamu yang lagi luka" Al tersenyum

Lia hanya mengangguk "Makasih" ucapnya tulus

"Sama-sama" balas Al.

°°°

Satu minggu kemudian...

Lia sedang bermain bersama dengan teman barunya Al yang seminggu lalu menolongnya. Mereka berdua sedang menaiki sepeda masing-masing dan menggayung sepeda mereka menuju suatu tempat, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan mereka yang sedikit memasuki hutan namun keduanya tidak sama sekali takut sedikitpun.

HAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang