Pertama

5 0 0
                                    


Bandung 05.00 WIB

"Rina.." panggil sang ibu dari dapur.

"Iya ma rina udah bangun" sahutan terdengar dari sebuah kamar yang tidak terlalu besar bahkan bisa dibilang kecil

Anak yang dipanggil Rina tersebut keluar dari kamar sambil memegang handuk bermaksud untuk mandi.

"mandinya cepet ya rin, abis itu bantu mama anter kue ke warung" ucap sang ibu begitu melihat anaknya memasuki kamar mandi.

Rina hanya mengangkat jempolnya. Inilah keseharian Rina dan ibunya yang bernama Lena, mereka hanya tinggal berdua dari tiga tahun yang lalu saat rina hendak memasuki kelas satu Sekolah Menengah Pertama. Beberapa masalah membuat mereka pergi dari rumah dan menghilang bak di telan bumi, atau lebih tepatnya sang ibu pergi dan membawa putrinya untuk menemaninya.

Rina yang saat itu tidak mengerti situasi hanya ikut saja kemana ibunya mengajaknya pergi. Ibunya bilang dia tidak boleh menghubungi keluarganya siapapun itu. Dan sebagai anak yang penurut Rina melakukannya, ia tidak berhubungan dengan keluarganya yang lain hingga saat ini, entah papanya mencarinya atau tidak, dia tidak tahu.

Setelah mandi rina memakai seragam SMP dan topi caping sebagai atributnya untuk MPLS, rina keluar kamar langsung menghampiri mamanya

"mana kuenya ma?" tanya rina

"itu dimeja" sambil menunjuk letak kue di meja makan

"aku berangkat ya ma" rina mengambil tangan ibunya berniat salim

"Tunggu dulu, ini ada kotak, kuncinya ada di kalung kamu, kotak ini kamu buka kalo ada apa-apa sama mama ya, sekarang kamu simpen dulu"

"Mama ngomong apa sih, mama ga bakal kenapa-napa" sahut rina kesal

"Rina, umur tidak ada yang tau, mama Cuma jaga-jaga aja, takutnya mama ga sempet kasih ini ke kamu, mama gak mau kamu susah kalo mama pergi sayang. Sekarang ini simpen trus berangkat sekolah ya" Lena member pengertian kepada anaknya.

"Huft..iya" memngembungkan pipinya adalah kebiasaannya.

Rina meletakan kotak itu di lemari bajunya lalu kembali ke depan dan berangkat ke sekolah barunya.

"Aku pergi Ma' pamit rina

"Hati-hati sayang" sahut sang mama

Rina berangkat menggunakan sepeda, sebelum ke sekolahnya, dia mampir ke warung untuk mengantar kue yang di buat mama agar dititipkan di sana, pulang sekolah nanti baru ia mengambil uang dan sisa kuenya kalo ada sisa. Mama lena bekerja di pabrik kain, tapi karna kebutuhan semakin meningkat jadi sepulang kerja mama Lena membuat adonan kue lalu paginya di masak untuk di titip ke warung sebagai tambahan pemasukan.

###

Rina pov

Mama apa-apaan sih ngomongnya, mama kan masih muda, tau ah pusing. Karna mikirin hal yang engga-engga, ga kerasa udah sampe sekolah aja.

Hari ini hari pertama ku di SMA, aku bersyukur bisa masuk sekolah negeri jadi mama ga perlu mikirin uang sekolah aku. Aku sedih karna hidupku sama mama kurang beruntung, tiga tahun lalu kami pergi dari rumah, ninggalin papa sama kedua abangku, aku gatau apa yang terjadi sampe mama ngajak aku pergi, mungkin karna oma, soalnya sebelum kami pergi, aku sering liat oma dateng ke rumah dan temuin mama. Tau ah pusing.

Dilapangan udah banyak yang dateng dan rata-rata bareng orang tua. Aku kadang iri liat mereka yang selalu di temenin orang tuanya kalo ada acara, tapi aku harus ngertiin mama, soalnya mama kerja untuk aku juga.

Kriinggg...kriiingg

"pengumuman bagi seluruh siswa harap berbaris di lapangan, untuk peserta didik baru tas nya bisa dipakai dan baris sesuai kelas yang sudah di tentukan, kakak osis akan membantu kalian, terima kasih"

Aku masuk kelas 10F, kelas terakhir berarti sebelahan sama kelas 11 huuuuhf. Aku masuk kelas terakhir bukan berarti aku bodoh ya, tapi karena memang system sekolahnya kaya gini.

"hai aku Ina Rosita, kamu teh namanya siapa?" kaget aku tiba-tiba disapa gini

"Karina Putri A, panggil aja rina" iya itu nama panjangku

"kita temenan ya, nanti satu bangku" kata dia

Aku yang ga kenal siapa-siapa ya ngikut aja lah, aku termasuk orang yang susah bergaul, kalo aku ketemu orang baru pasti disangka pendiem, tapi kalo aku nyaman aku pasti berisik.

***

Jakarta 08.00

"halo"

"halo pak saya supri"

"iya ada apa ya pak?

"saya sepertinya tadi liat non Karin pak, dia sekolah di deket rumah saya, waktu saya mau ke mini market saya liat non Karin masuk sekolah naik sepeda"

"bapak serius? Ngga salah liat kan?"

"serius pak, walau sudah tiga tahun, non Karin tidak berubah banyak"

"saya boleh minta tolong pak, nanti bapak tungguin dia di gerbang sekolahnya waktu jam pulang ya pak, bilang saya cari dia sama ibunya, saya rindu pak."

"oh pasti pak, saya tahu bagaimana perasaan bapak"

"terimakasih ya pak, sekalian nanti antar dia pulang dan beri saya alamat rumah mereka ya pak, biar saya bisa nyusul"

"baik pak, kalau begitu saya tutup ya pak, pagi"

"baik pak, pagi"

Pagi ini seorang pria parubaya mendapatkan kabar yang sangat membahagiakan, sebentar lagi ia akan bertemu dengan anak dan istrinya, beliau sungguh tidak sabar.

Di belakang pria itu, seseorang mendengarkan percakapannya, merasa dirinya terancam, dia langsung menelpon orang kepercayaannya dan memberi target orang itu lewat pesan

"kill her!" langsung mengatakan tujuannya menelpon

###

Bandung 09.35

Seluruh siswa sedang istirahat, sama halnya dengan rina, tapi baru saja ia ingin makan, sebuah panggilan dari speaker sekolah menyerukan namanya, terpaksa ia harus menunda mengisi perutnya.

Tok..tok...tok...

"permisi bu, panggil saya?" tanya rina langsung saat membuka pintu ruang BK

"iya ini ada telepon dari ibu kamu" sambil menyerahkan telepon sekolah

"makasih bu"

Rina pov

Mama tumben telepon ke sekolah

"halo"

"halo, ini karina?" loh bukan suara mama

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang