First

13.2K 1K 78
                                    

Semuanya dimulai pada hari itu.

Seperti biasanya, sang kekasih akan mengetahui rencana hariannya lebih dulu. Entah dari siapa. Mungkin Jaehyun atau Jungwoo.

Haechan menariknya ke dalam kamar lima menit yang lalu. Belum ada satu kata pun yang terucap di antara mereka sejak saat itu.

Wajah Haechan memerah sempurna. Ia jelas marah. Namun setiap titik amarahnya tertahan di ujung lidah.

Siap diucap tapi ia tak tega.

Ralat, bukannya tak tega, ia terlalu menyayangi manusia di depannya ini. Manusia yang menjabat sebagai kekasihnya selama banyak tahun belakangan.

"Kau tadi ingin bicara apa?"

"Tidak jadi, Hyung," senyuman kembali ia umbar, "Pergilah. Yuta Hyung pasti menunggumu."

Lalu Mark berlalu.

Haechan mengucap salam sayang dan kalimat cinta. Berharap kekasihnya akan kembali dalam keadaan baik.




















Seharusnya Haechan tak perlu berharap begitu.

Karena Mark memang kembali dalam keadaan baik.

Esok paginya.

Lengkap dengan beberapa kissmark di tengkuk.





























Mark pikir semuanya baik-baik saja. Haechan tak mengungkit tentang itu sama sekali.

Masih sama.

Haechan masih bertingkah manja dan menggodanya pada setiap kesempatan yang ia punya.

Menempel padanya bagai mollusca dan menghabiskan waktu di kamarnya sepanjang hari.

Sama sekali tidak mempedulikan keberadaan sang pemilik kamar yang mayoritas waktunya dihabiskan di tempat lain.

Lalu di tengah kegiatan cuddle mereka yang belakangan ini menjadi objek rindu Haechan, si manis menatapnya dalam.

Bukan. Tidak menatapnya di mata.

Memeta ruam merah keunguan yang terlihat baru. Menghiasi leher dan dadanya tanpa malu.

Tanpa memikirkan bahwa ada hati yang remuk redam karenanya.

"Hyung."

"Hmm."

"Ayo kita putus."

"Tiba-tiba?"

"Kau...bahagiamu bukan aku. Karena itulah aku memutuskan untuk melepasmu."

"Baiklah."

Mark tidak peduli. Bahkan ketika Haechan mengambil langkah keluar ruangan dengan punggung bergetar, kembali ke lantainya sendiri, ia masih bergeming.

Mengikuti jejak Haechan dan berbelok di depan sebuah pintu bercat putih.

Tok tok tok

Pintu terbuka. Wajah sang pemilik kamar menyongsongnya.

"Hei. Ada apa?"

"Aku akan tidur di kamarmu malam ini, Hyung. Bolehkah?"

"Bukankah Haechan ada di kamarmu?"

"Dia kembali ke kamarnya barusan."

Yuta menghela nafas, menepi untuk memberikan ruang bagi yang lebih muda, "Masuklah."











REGRET [Markhyuck | Nahyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang