Kelas Pertama (2017)

128 19 1
                                        

Bagi seorang Fazaira, perpindahan dari masa sekolah ke bangku perkuliahan hanyalah tentang lepasnya seragam putih abu-abu dari badan. Dari awal ospek minggu lalu, bahkan sampai pada kelas perdananya di kampus ini dimulai, ia tidak merasa ada sesuatu yang spesial lagi.

"Za! Akhirnya kita jadi mahasiswa cuy! Gue bisa pake baju trendy kayak gini tiap hari."

...ya, sepertinya temannya tidak merasakan hal yang sama dengannya.

Dia, yang baru saja berbicara heboh sembari mengganggu Fazaira adalah temannya sejak masa SMA dulu. Bersama selama tiga tahun seakan masih tidak cukup, ternyata dua insan dengan status sahabat ini masih ingin saling berdekatan dengan mengambil tempat kuliah sama, jurusan yang sama pula.

"Heran banget gue kenapa orang-orang suka banget pamer dada."

Pakaian gang digunakan Giandraㅡ oh, sudahkah ia sempat menyebutkan nama temannya tadi? Pakaian Giandra hari ini menurutnya aneh. Sangat aneh. Untuk ukuran mahasiswa baru, bahkan mungkin bisa dibilang berani. Baju biru berbahan rajutan dengan hanya tiga kancing saja yang dimulai dari tengah dada, lalu celana yang terkesan rapi tetapi cukup casual berwarna, entahlah, cokelat yang terlalu terang? Intinya, itu aneh buat seorang Fazaira.

"Badan bagus itu harus dipamerin, biar banyak cewek yang suka!"

Fazaira hanya membalas dengan dengusan asal. Ia, meskipun juga adalah seorang lelaki, bisa dibilang termasuk dalam kalangan yang tidak pernah suka memamerkan apapun dari tubuhnya. Bahkan menggunakan kaos berlengan pendek pun terhitung sangat jarang, biasanya, ia akan menimpa lagi dengan jaket yang menutupi sampai pada pergelangan tangan. Sering kali ia melihat banyak lelaki di luar sana yang suka menggunakan kemeja dengan kancing atas yang dibuka, atau bahkan baju seperti yang digunakan Giandra sekarang. Ia tidak suka, tidak pernah suka.

"Jijik liatnya anjir."

"Yaudah sih, suka-suka gue."

Percakapan terhenti ketika keduanya sampai di depan pintu kelas. Kelas pertama di hari pertama masa perkuliahan. Kira-kira, cerita apa yang disimpan semesta untuk Fazaira di sini?

"Nda, liat deh penampilan gue. Udah kece kanㅡ anjing!"

Belum sampai tangannya menyentuh gagang pintu kelas yang tertutup, ia sudah tiba-tiba oleng karena ada sosok lain yang menubruknya hingga tubuhnya berdempetan dengan dinding.

"HEH!"

Fazaira segera berteriak marah sembali mengaduh, mendorong keras sosok yang menabraknya itu kuat-kuat agar menjauh darinya. Pandangannya tajam, meneliti baik-baik siapa sosok yang sudah merusak paginya ini.

"Eh, sorryㅡ"

"OHH ELO LAGI? KENAPA SIH LO SUKA BANGET GANGGU GUE?"

Ah, ternyata, pelaku utama dari timbulnya sakit di bagian atas lengan karena terhantam cukup kuat dengan dinding adalah Dia. Dia, orang yang sama dengan yang menjadi sasaran kemarahan Fazaira tepat satu minggu yang lalu.

Fazaira ingat orang itu dengan jelas. Namanya Danendra, teman-teman kelompoknya minggu lalu lebih sering memanggil dia dengan nama Anen. Lelaki dengan senyuman konyol yang dalam pertemuan pertama saja, sudah memberikan kesan tidak menyenangkan padanya. Lelaki yang ia beri tatapan tajam sepanjang satu minggu penuh karenaㅡ

"Eh ada si kecil, sorry banget nih, gue gak keliatan. Ya, lo kecil sih."

Karena, lelaki itu tidak pernah berhenti merecokinya. Okay, bilang saja memang, insiden 'injak kaki' di pertemuan pertama ini adalah ketidaksengajaan. Namun, masalahnya ternyata tidak berhenti di situ.

Danendra, si lelaki gila ini, dalam satu minggu kehidupan ospeknya selalu mengisi waktunya Fazaira dengan gangguan tidak jelas.

"Eh, kan kita sekelompok nih, boleh dong jadi temen? Biar lebih akrab gue panggil lo kecil aja apa? Badan lo kecil amat dah, kayak bocah."

Kemarahan kedua Fazaira hadir hanya berselang satu jam setelah luapan emosi pertamanya pada si lelaki gila ini. Tepat tujuh hari yang lalu, ketik mereka diberikan waktu sebentar untuk bersantai dan saling mengenal anggota kelompoknya, Fazaira malah dihadapkan dengan amarah memuncak karena satu orang yang memberinya panggilan 'kecil.' Hey, ia tidak kecil, kok! That's an insult!

"Kecil? Masuk gan, lo malah ngalangin."

Fazaira tersentak, baru sadar kalau ternyata pikirannya malah berlari pada memori satu minggu yang lalu. Ia kembali menaruh fokusnya pada lelaki tinggi di depannya ini, menatap tajam dengan dengusan kencang keluar darinya.

"Gue gak kecil."

"ANJING SAKIT!"

Setiap suku kata yang terucap darinya ditekan kuat dalam nadanya, sembari kaki yang menendang keras pada tulang kering Danendra sebagai pelampiasan marah. Setelahnya, lagi, satu dengusan tajam keluar, lalu segera berbalik untuk mengikuti tujuan awalnya tadi, masuk ke dalam kelas pertamanya.

"Za? Aza? Anjir, lo barbar banget dah. Masih pagi sumpah Za. Lo dari kemarin kayaknya berantem mulu sama si Anen."

Fazaira menghentikan langkahnya, menatap Giandra yang ada di sampingnya dengan pandangan tajam.

"Lo gak liat dia dari minggu lalu gangguin gue mulu? Dasar orang gila."

Dengan luapan emosi yang masih membuncah, Fazaira kembali menoleh ke belakang, menjulurkan lidahnya panjang dengan mata yang lurus menatap pada Danendraㅡ sang korban tendangan kakinya yang masih mengaduh sakit di depan pintu.

"Ya itu temen kelas anjir! Lo mau berantem empat tahun sama dia?"

Ah, ya, sudahkah ia menceritakan bagian yang lebih menyulut emosi? Fakta bahwa orang yang terus-menerus mengganggunya itu akan menjadi teman sekelasnya selama empat tahun dari sekarang?

"Tenang, gue santai kok sama si kecil, kita mah temen ya?"

Belum sempat membalas, Fazaira dibuat bungkam dengan lengan yang tiba-tiba melingkar di atas bahunya. Ia menoleh ke samping kanan, menemukan Danendra yang ternyata sudah berpindah tepat di sebelahnya ini.

Pandangan marahnya kembali naikㅡ

"ANJINGGG!"

Dengan gerakan cepat pula, Fazaira menarik lengan itu lalu membanting keras si pemilik tubuh ke atas lantai yang dingin. Ia tidak peduli jika lawannya berteriak sakit, tidak peduli juga jika ia bersikap terlalu *barbar* di sini.

"Mampus."

Baginya, Danendra ini adalah sebuah gangguan yang tidak pantas dikasihani.

Ya... sepertinya kehidupan perkuliahan dari Fazaira tidak akan berjalan begitu baik? Empat tahun dengan kehidupan seperti ini? Sepertinya ia akan lebih dulu masuk rumah sakit karena tekanan darah tinggi, sebelum ia sempat memegang gelar sarjana di belakang namanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anen & AzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang