Author notes:
Jujur aku lupa ya serpihan anen-aza yang pernah aku ceritain di twitter itu gimana. Kalau ada yang beda dari first meet ini...hapus ingatan kalian soal yang di twitter ya 😭🙏*******
Bagi seorang Danendra Daniswara, perpindahan dari masa SMA ke masa perkuliahan hanyalah tentang tidak adanya lagi seragam yang harus digunakan setiap harinya, berganti menjadi baju bebas yang memberi kesempatan untuknya menunjukkan koleksi baju kesukaannya. Namun, ternyata di hari pertama ini, ia masih harus mengubur dalam keinginan besar itu karena harinya sebagai mahasiswa belum benar-benar dimulai.
Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus, atau yang lebih sering dikenal dengan masa ospek adalah bagian pertama yang harus dijalani oleh Danendra sebelum status mahasiswa resmi ia pegang. Di hari pertama ini, ternyata pakaiannya masih harus dibatasi oleh kemeja putih berlengan panjang dengan celana kain berwarna hitam yang diwajibkan untuk seluruh peserta mahasiswa baru.
Maka, di sini lah Danendra sekarang, berdiri di tengah lapangan luas kampus barunya, bergabung bersama para peserta lain yang masih terlihat asing. Asing sendiri bagi Danendra bukanlah perkara besar. Ia termasuk orang yang gampang berbaur dan beradaptasi di manapun ia ditempatkan. Sekarang pun, bisa dibilang ia sudah dapat mengenali sekian banyak teman yang ada di sekelilingnya, terdekat yang bisa ia raih.
"Lo tuh beneran dipanggil Anen? Sok lucu juga ya."
Katanya, mulut para lelaki itu memang biasa mengucapkan kalimat secara blak-blakan. Salah satu contohnya adalah tanggapan dari teman barunya begitu Danendra berkata bahwa ia boleh dipanggil dengan nama Anen.
"Biar banyak yang kangen gue sih, Nda. Daripada nama lo rancu gitu, gue manggil Anda berasa kayak lagi belajar bahasa Indonesia, kudu pake bahasa baku."
Anda, nama lengkapnya Andaru Dewandaru. Merupakan teman pertama dan yang paling lama bertahan bersamanya semenjak ia menginjakkan kaki pada lapangan luas ini. Sembari menunggu instruksi lebih lanjut dari pihak universitas dan para mahasiswa senior, Danendra memilih untuk terus bercengkrama dengan Andaru, agar bisa lebih kenal lagi pada teman yang ternyata akan menjadi teman jurusannya juga selama empat tahun ke depan.
"Ya, bener juga sih. Nama kita berdua yang gak beres ini mah."
Danendra tertawa lepas, mengangguk setuju atas pernyataan Andaru. Jika didengar secara lengkap, nama mereka mungkin bisa dibilang sebagai nama yang dirangkai bagus. Namun, jika sampai pada nama panggilan, rasanya malah sedikit aneh. Mungkin juga ini karena mereka masih baru, masih asing dengan panggilan satu sama lain.
"TEMAN-TEMAN, SEMUANYA BARIS DULU YANG RAPI."
Belum sempat pembicaraan kembali dilanjutkan, ternyata harus terpotong oleh suara— kemungkinan suara dari salah satu mahasiswa senior, yang menyuruh mereka para peserta ospek untuk merapikan barisan.
"Kalian akan dibagi jadi beberapa kelompok. Kelompok itu yang akan jadi teman kalian selama ospek berjalan. Di samping kanan udah ada kakak-kakak yang pegang papan bertuliskan nomor kelompok, yang namanya dipanggil langsung samperin kakaknya ya."
Danendra ikut melihat ke samping, menemukan deretan mahasiswa dengan alamamater yang terpasang gagah juga papan yang cukup besar dipegang dengan kedua tangan. Kelompok manapun, bukan masalah untuknya. Bukan masalah juga jika ternyata ia harus berpidah dengan Andaru, teman barunya ini. Toh, mereka masih satu jurusan. Mengenal lebih banyak orang justru terdengar lebih menyenangkan buat seorang Danendra.
"Danendra Daniswara, kelompok lima."
Satu per satu nama berlalu, bersamaan dengan jumlah orang di barisan tengah yang semakin sedikit. Danendra mendapatkan namanya dipanggil keras ketika kumpulan orang itu sudah berkurang setengah. Begitu namanya tersebut lantang, ia segera berlari menghampiri para rekan anggotanya yang akan menjadi teman-teman barunya juga. Senyuman lebar senantiasa terpatri pada wajahnya.
"Anjing! Woy!"
Oops..?
Sepertinya, karena terlalu bersemangat— seperti Danendra yang biasanya, ia bahkan tidak sadar ketika sampai pada teman-teman barunya, kakinya malah tidak sengaja menginjak kaki salah seorang peserta waktu berusaha menyusup pada barisan. Ia menoleh ke bawah, malah menemukan sepatunya yang sedang menindih... sepatu putih bersih milik orang lain.
Baru ingin mengangkat kepala untuk bisa melihat sang pemilik sepatu—
"ANJING SAKIIITTT!"
Sebelum Danendra dapat mengangkat kepalanya, ia sudah dipaksa untuk mendongak karena rambut belakang kepala yang ditarik kuat. Badannya mau tidak mau ikut terbawa ke belakang.
"Itu sepatu baru gue cuci anjir, main lo injek aja ya bangsat!"
Pandangan keduanya bertemu. Wajah kecil dengan rambut cokelat yang menutupi dahi, tubuh yang ternyata juga lebih kecil darinya, namun memiliki tenaga sekuat baja. Ah, mata cokelat. Mata yang menatapnya penuh amarah.
"AZA, ANJIR JANGAN BAR-BAR DI SINI."
"LEPAS ANJIR. GUE MINTA MAAF GAK SENGAJA— AAAAHHH!"
Siapa tadi namanya?
"Aza, please, malu diliatin banyak orang anjir."
Ah, Aza namanya.
"Gara-gara elo nih sepatu gue jadi kotor."
Selang beberapa saat, akhirnya Danendra dapat merasakan lega karena rambut belakangnya tidak lagi tertarik kuat oleh tenaga dari lelaki bertubuh kecil ini. Ya, kecil, kenyataannya lelaki ini bahkan dapat tertutup olehnya ketika ia berhadapan lurus dengan si kecil ini?
"Gila, lo kecil tapi tenaganya gede juga."
"GUE GAK KECIL."
"ASU—"
Bukan, kali ini bukan lagi kepala, melainkan tulang kering di kaki kanannya yang ditendang kuat. Sudah berapa siksaan yang ia dapat dalam lima menit terakhir?
"Duh, Za, sini deh, lo kudu dikandangin dulu biar gak bar-bar."
Danendra masih sibuk meratapi sakit pada kakinya, hanya bisa membiarkan ketika si kecil itu ditarik menjauh oleh seseorang. Mungkin temannya, entahlah, Danendra tidak lagi peduli. Kakinya jauh lebih penting sekarang.
"Gimana rasanya, Nen?"
Ketenangannya belum bisa didapat ternyata. Danendra mendongak, menoleh ke samping untuk menemukan bahwa ternyata Andaru juga berada dalam kelompok yang sama dengannya. Ia mendengus kasar.
"Mukanya cantik tapi bar-bar banget dah."
"Cantik? Dia cowok, woy."
Ah, iya juga ya. Yang tadi itu adalah lelaki, sama sepertinya. Danendra hanya membalas dengan senyuman kecut, fokusnya berubah pada kakinya lagi sakit di sana kembali meminta perhatian penuh.
Well... tapi dia beneran cantik sih, meskipun galak kayak maung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anen & Aza
Fanfic"Za, kalau gue sayang sama lo, gimana?" "Ya udah, ayo pacaran." "Cowok sama cowok, lo gak masalah?" "Penting emang?" SeungSeok Local AU ⚠️ cerita ini nantinya akan membahas mengenai penentangan masyarakat terhadap hubungan sesama jenis dan stigma te...