Part 1

11 2 0
                                    

Malam itu adalah malam yang paling menyayat hatiku. Seketika semua orang yang ada di rumahku berderaian air mata. Kerasnya suara petir sama sekali tidk memecahkan lamunanku.

"Tuan pasti tenang di alam sana. Nona yang sabar ya.. " kata salahsatu asisten rumah tangga di rumahku.

Sekarang, apa gunanya aku hidup?

Ibuku sudah tiada sejak aku lahir, sekarang ayahku menyusul kepergian kekasihnya itu. Lagipula, aku juga anak semata wayang dari pernikahan mereka. Lalu, apa tujuan hidupku sekarang?

Keesokan harinya, aku duduk di teras belakang rumah ditemani Bi' Dioh. Aku tahu seharusnya aku ada di depan rumah, menyambut orang-orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa. Tapi, aku hanya butuh waktu sendiri agar aku benar-benar bisa ikhlas melepas ayahku pergi.

"Non.. Kita kedepan yuk, nganter Tuan ke rumah barunya" bujuk Bi' Dioh.
"Bibi saja duluan, nanti aku nyusul ko. Bilangin ke yang lain, aku sedang tidak mau diganggu, aku ingin sendiri" jawabku halus.
"Beneran nih Non? Tapi nanti Non nyusul Bibi ya.. Jangan sampe enggak" ucap Bi'Dioh.
Aku menganggukkan kepala tanpa memandang Bi'Dioh yang akan beranjak pergi.

"Apa yang harus ku lakukan setelah ini?"

Pertanyaan itu selalu berputar-putar dalam pikiranku.

Aaarrrghh...

Aku mulai beranjak dari tempat dudukku lalu mulai melangkah ke arah gudang bawah. Saat menuruni tangga, aku sempat terhenti untuk putar balik. Tapi, aku tak menghiraukannya. Aku tetap menyusuri tangga di ruangan gelap itu.

Aku mulai naik ke kursi untuk menaruh tali tambang di dekat lampu. Saat aku akan menggantungkan kepalaku, air mataku seketika jatuh teringat wajah mendiang ayahku. "Oh ayah, apa lagi yang harus aku lakukan di dunia ini? Aku kehilangan tujuan hidup. Lebih baik aku akhiri saja hari ini" ucapku dalam hati.

Brukkk..
Tiba-tiba, aku terjatuh karena ditarik oranglain dari belakang.

"Kau tidak apa-apa nona?" tanya Tristan, asisten ayahku.
"Mengapa kamu bisa ada disini? Tak perlu kau selamatkan aku, biarkan saja aku mati" geramku.
"Tidak nona, jangan lakukan itu!" larang Tristan sambil memelukku agar tidak naik ke kursi itu lagi.

Dalam pelukannya aku menangis tersedu-sedu. Habis pikir aku memikirkan jalan hidupku selanjutnya. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang sarjana, tapi mengapa ayahku pergi diwaktu yang terlalu cepat?










Next part 2 ++++++++++++++++++++++>>

Eclipse🌒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang