3K 488 193
                                    

"Tak kusangka akan memakan banyak waktu."

Pria tinggi itu kembali memukul pelan bahu sebelah kirinya yang terasa begitu pegal, tak lupa juga merenggakan otot-otot di tubuh. Seharian penuh duduk di dalam ruangan ber-AC dengan tumpukan berkas yang harus ia kerjakan di hari yang sama tentu membuatnya cukup kelelahan, terpaksa harus mengerjakan semua hingga pulang selarut ini.

Ah, melelahkan.

Dia bahkan tak lagi memikirkan untuk mandi ataupun sekedar berganti pakaian nanti ketika ia sampai, yang ia inginkan saat ini hanyalah melepaskan seluruh pakaiannya, naik ke atas tempat tidur lalu memeluk erat tubuh pria kesayangannya hingga terlelap.

Hanya itu.

Tak ada lagi yang ia inginkan selain beristirahat tanpa harus memusingkan segala urusan kantor dibarengi dengan omelan tanpa akhir dari bosnya yang maha benar. Cukup. Satu hari saja rasanya seperti bisa membuatnya gila kapan saja, membuat ia begitu ingin berteriak saking tak tahan dan kesalnya dengan ocehan.

Chanyeol Park, pria itu kembali menghela nafas lalu menepuk kedua pipinya secara bersamaan. Kepalanya menggeleng cepat dan senyum di bibir ia coba lukiskan. Tidak. Dia tak boleh terus menerus mengeluh dengan keadaan karna tentu di dalam sebuah kehidupan ada yang namanya usaha dan juga kerja keras bila ingin mendapat kehidupan yang layak. Dan dia sudah bertekad untuk itu.

Terlebih, ia harus membahagiakan teman hidupnya, memastikan dia hidup layak dan berkecukupan bersamanya seperti janji sucinya kala ia menikah dua tahun silam. Bukankah sebuah janji harus ditepati? Tentu saja. Sebagai seorang lelaki sejati ia tak ingin ingkar apalagi melalaikannya secara sengaja. Biarlah lelah ini ia nikmati karna senyuman manis pemilik hatinya akan selalu jadi obat yang tidak ada tandingannya.

"Hampir pukul 12 malam, pantas saja sepi. Ah, Pak Kim bahkan sudah tertidur di posnya."

Chanyeol menggelengkan kepala, bergumam seorang diri sambil menoleh sekali lagi tuk menatap pria paruh baya di depan sana, tengah tidur terduduk dengan televisi masih menyala di depannya. Ada seekor anjing berwarna cokelat yang juga tertidur melungkar di dekat kakinya. Anjing itu hanya terbangun sesekali.

Kaki panjangnya melangkah cepat ke dalam lift yang belum lama terbuka lalu bergegas menekan tombol menuju lantai ke 5 gedung apartemen. Suasana yang sepi dan gelap di beberapa lorong, nyatanya tak membuat Chanyeol merasa khawatir ataupun takut. Ini bukan kali pertama ia pulang larut dan bukan kali pertama mendapati lorong menuju apartemennya yang gelap.

Tapi yang tetap harus ia syukuri adalah masih ada lift yang berfungsi.

Benar.

Ada dua lift yang tadinya berfungsi dengan baik di gedung ini, namun salah satunya mengalami masalah dari tiga minggu yang lalu hingga beberapa hari terakhir ini sering membuatnya telat di pagi hari karna harus menunggu lama dengan yang lain. Memilih menaiki tangga mungkin bisa jadi alternatif, tapi rasanya akan membuang banyak sekali tenaganya.

Menyebalkan.

Sebentar lagi memasuki hari besar dan banyak sekali teknisi yang berlibur. Termasuk dua teknisi yang sempat datang untuk mengecek kala itu, mereka berdua memutuskan untuk membenarkan lift ini di kemudian hari, setelah liburan usai. Well, itu yang dia dengar dari Pak Kim selaku penjaga juga kerabat pemilik tempat ini.

Sekali lagi, setidaknya Chanyeol masih beryukur karna ia tak perlu susah payah menaiki tangga untuk mencapai lantai 5 yang lumayan memakan waktu. Ditambah, dengan penerangan yang seadanya.

Sraat.

Chanyeol mengalihkan tatapan matanya dari ponsel yang semula menyala, beralih menatap ke sisi lift yang memantulkan rupanya. Ia mengerutkan kening, sekilas lalu sempat mendengar suara yang aneh. Terdengar seperti suara garukan samar. Awalnya Chanyeol bersikap tak peduli, berusaha tuk mengabaikan. Tetapi suara itu entah kenapa mulai mengusiknya di menit berikutnya.

The Lift •chanbaek• [ONE SHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang