Riku

827 107 95
                                    

✔Bacalah disaat kalian memiliki waktu senggang.

"Terinspirasi dari alunan nada klasik Canon in D karya Pachelbel"

Selamat membaca.

Hope you like it.

.

.

.

Until Whenever

by

nshawol566

.

.

.

Hari itu,

Aku berlari kecil menuju studio tempat kami akan melakukan pengambilan gambar. Beberapa memberku berteriak, mengingatkanku untuk tidak mengambil langkah gegabah yang akan memancing penyakitku untuk kambuh.

Cih..

Aku menghentikkan langkahku, membalikkan badanku dan menjulurkan lidahku kearah mereka seraya berteriak, jika aku sudah dewasa dan tahu akan batasanku.

Bukan tanpa alasan aku begitu tak sabaran, di ruangan yang sama itu aku akan bertemu dengan kembaranku. Ini pertama kalinya dalam sebulan aku bertemu dengannya lagi setelah padat jadwal grup kami berdua.

Oh! Alasan lainnya adalah ini merupakan ulang tahun kami!

Hmm mungkin harusnya ulang bulan? Hehe. Sebutan apapun itu aku tidak peduli yang terpenting adalah tanggal 9 tidak akan pernah ada orang yang berani mengusik kami, atau aku akan membuat telinga mereka berdengung karena gerutuanku sepanjang hari.

Hehehehe. Senyumku bahkan tidak dapat ditahan dan membuat tulang pipiku sakit.

Tidak perlu hal mewah, karena kesempatan berdua dengannya merupakan hadiah yang tak ternilai.

Aku melompat-lompat kecil menuju studionya, tak memperdulikan tatapan orang yang berpapasan denganku. Meski usiaku tak lagi muda aku masih cukup percaya diri dengan daya tarikku sebagai center, mereka pasti tak keberatan dengan tingkah kekanakanku. Kedua member termuda di grupku bahkan terlihat lebih dewasa dariku.

Huh. Aku akan tetap seperti ini, menjadi diriku apa adanya. Tentu saja. Ada saatnya aku tahu kapan harus bertindak serius.

Aku lelaki dewasa berjiwa bebas yang haus akan kasih sayang kembarannya.

Hmm... Jadi ini yang dinamakan brocon.

Pantas mereka sering melontarkan julukan ini padanya.

Mungkin.. Sekarang aku juga sudah menyabat gelar itu?

Aku mendobrak pintu studio cukup keras, membuat memberku yang lain melakukan protes atas aksiku, terlebih lagi partnerku itu..

Uh...

Parasnya mulai berkerut..

Aku mengedarkan pandanganku pada ruangan, mencari seseorang yang selalu aku rindukan.

Tersenyum merespon sapaan leader grupnya yang baru saja berjalan menghampiri leader grupku. Mereka bercengkrama dan memuji satu sama lain.

Bagus. Bagus. Aku lebih suka atmosfir seperti ini.

Lalu aku melihatnya.

Lelaki dewasa yang langkahnya begitu elegan dan aura perfeksionisnya bahkan sudah terasa dari tempatku berdiri.

Until Whenever✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang