Elina membereskan rumahnya dengan malas-malasan sebelum berangkat ke rumah sakit sore nanti. Ia memang kelaparan, tetapi masih tidak ada mood untuk makan lantaran masalah pemecatan tadi pagi. Duh, dia bingung! Bagaimana cara mengumpulkan uang di atas 50 juta? Masalahnya, ia sudah membuat perencanaan matang saat mengirimkan ibunya ke rumah sakit untuk pengobatan kanker payudara. Bila ditotal keseluruhan prosesnya dari operasi hingga kemoterapi menghabiskan sekitar 70 juta. Belum biaya rawat inap, biaya bayar kontrakan rumah, biaya listrik, air, makan sehari-hari, rasanya ia mau mati saja menyusul bapaknya. Tetapi, kalau ia mati, siapa yang mengurus ibu...
Dia tidak punya siapa-siapa lagi di Jakarta. Ayahnya, Damar adalah seorang preman pasar insaf dan beralih profesi menjadi satpam perumahan. Damar merupakan lelaki batak yang keras. Sepertinya, karakter inilah yang menurun pada Elina. Bapaknya galak kata orang-orang, tetapi sebenarnya punya hati yang lembut. Gampang iba bila melihat orang lain tersakiti. Ayah dan ibunya bertemu tanpa sengaja di Jakarta saat sedang mengadu nasib. Rukmini yang ditemuinya di pasar adalah perempuan Solo kalem yang bekerja di kios kelontong. Lantaran sering bertemu, mereka jatuh cinta . Meski saat itu ayahnya menjadi preman pasar, ibunya tetap menerima karena ia memiliki hati yang baik. Hubungan yang semakin serius itu, membuat Damar ingin menikahinya. Karena Rukmini, Damar bertobat dan mencari pekerjaan lain agar bisa menghidupi istri dan anaknya dengan layak. Karena tidak punya keterampilan, Damar melamar kerja sebagai satpam perumahan yang saat itu tidak butuh kualifikasi pendidikan mumpuni. Mereka hanya mencari laki-laki dengan karakter baik, nurut, pemberani, dan punya skill beladiri. Damar langsung diterima meskipun usianya sudah di atas 30 tahun. Pengembang perumahan tidak peduli dengan latar belakangnya dulu. Walaupun gaji seorang satpam tidak banyak, Damar mampu menghidupi keluarga kecilnya dan menyekolahkan Elina sampai di bangku SMA. Ketika itu, ia ingat betul kalau ditawari oleh ayahnya melanjutkan kuliah. Tetapi, Elina sadar diri... otaknya tidak secemerlang teman-teman sekolahnya, nilai akademiknya buruk, dan emosinya labil. Triple combo yang membuatnya minder untuk melanjutkan kuliah. Apalagi,ia tahu kondisi ekonomi keluarga juga pas-pasan. Akhirnya, Elina memilih jalan ninjanya sendiri. Ekskul taekwondo yang ia ikuti sejak SMP memberinya kesempatan untuk menjadi instruktur tetap di sebuah dojo. Pekerjaannya mudah, melatih anak-anak TK dan SD beladiri. Kalau sudah mengajar anak-anak, entah bagaimana kontrol emosinya membaik. Yah.. mungkin naluri keibuannya bekerja. Dan pekerjaan di dojo itu sanggup menghidupi keluarganya.
Dua tahun kemudian, saat ia telah menjadi instruktur tetap, ayahnya menderita penyakit kanker paru-paru. Elina dan ibunya bekerja banting tulang. Tidak hanya menjadi instruktur taekwondo, Elina juga menjadi pegawai minimarket,warung, warnet, dan lain-lain. Tetapi, bisa ditebak.. semua pekerjaan itu hanya seumur jagung. Ia sering terlibat perkelahian dengan pelanggan galak, pelanggan kurang ajar, bos semena-mena, dan berbagai hal yang tidak cocok di kepalanya. Satu-satunya yang mau mempertahankan Elina hanya dojo itu. Sedangkan Rukmini, ia membuka laundry kecil-kecilan di rumah dan menerima pesanan kue. Semua mereka lakukan agar Damar bisa sembuh.
Perkara nasib manusia, memang selalu tak terduga. Saat Rukmini dan Elina berhasil mengumpulkan uang, Damar malah kritis dan akhirnya meninggal dunia. Tidak ada lagi yang mereka lakukan... semua bersedih,kecewa, tetapi tidak berani menghujat Tuhan. Mereka berkabung berhari-hari, dan ketika sudah mulai bangkit dari kesedihan, ibu Elina mengeluhkan dadanya nyeri dan terdapat benjolan. Ujian hidup pun datang lagi. Kanker payudara stadium III... begitu kata dokter saat Elina membawanya ke rumah sakit. Bak petir di siang bolong, gadis muda itu hanya bisa tercengang. Tidak tahu lagi harus bagaimana, entah apa maksud Tuhan menguji Elina sebegitu banyaknya... ia masih belum tahu apa rencana Nya... dan hingga kini, ia juga tidak tahu mengapa Tuhan membuatnya dipecat dari pekerjaaan satu-satunya!
Elina melemparkan sapu ijuk dengan kesal sampai membentur lantai. Ia jatuh terduduk sambil menumpu wajahnya. Tak boleh nangiss.. tak boleh nangis.... Dia sibuk menghibur dirinya sendiri. Meski akhirnya toh, bahunya bergetar dan air mata jatuh tak tertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grumpy Bodyguard
General FictionElina Damara : Perempuan muda yang keras kepala, temperamen, pemalas, dan hobi berkelahi. Memutuskan untuk menjadi instruktur taekwondo selepas SMA. Karena kesulitan mengontrol emosi, ia dipecat dari pekerjaannya. Padahal, Elina harus membiayai ib...