Jazz sedang mengamati Xiao yang tertidur dan tiba-tiba napasnya tersendat. Waktu melambat dan Jazz sudah tahu apa yang akan menghampirinya. Jazz dengan cepat memiringkan kepalanya sedikit ke kiri saat sebuah vas bunga melayang ke arahnya. Bunyi kaca pecah terdengar. Opera yang saat itu berada di ruangan tengah dengan cepat berpindah ke kamar dimana Jazz berada.
"Flutte Ramirez, bukankah kelakuan anda ini sangat tidak sopan?" Kata Opera menyindir.
"Diamlah Opera, kau di sini hanya pesuruh. Dan aku hanya ingin mengunjungi kakak tersayangku ini." Flutte menjawab sinis.
"Dia benar, Opera. Biar kan aku menyambut adikku ini dengan hangat." Opera menatap Jazz tak percaya. Jazz menyuruh Opera keluar melalui matanya. Opera membuang napas lelah lalu keluar kamar dari kamar itu.
"Jadi, apakah menyenangkan di bumi ini, Jazz?"
"Bukankah kau sangat senang dengan pengungsianku, Flutte?"
"Pengungsian?" Flutte tertawa kasar. "Kau akan menetap di sini, kau tahu? Aku akan membuatmu tidak bisa lagi kembali ke neraka."
"Well, itu tidak akan terjadi karena Magic Figueroa—penguasa bumi ini akan menghalangimu." Jazz tersenyum mengejek.
"Oh, kakak kita yang bodoh itu. Bukankah kau akan membunuhnya?"
"Aku tidak akan mengotori tanganku untuk hantu tidak jelas sepertinya."
Flutte tertawa lagi. Kali ini tawanya terdengar menusuk telinga Jazz. Sangat mengejek dan menghina.
"Aku baru ingat... Kau di sini untuk berbuat baik. Ah, aku senang sekali. Terima kasih untuk sambutanmu Jazz. Lain kali vas bunga itu akan mengenai jantungmu." Flutte melirik Xiao sebentar membuat Jazz lebih waspada. Flutte tersenyum misterius, melambaikan tangannya lalu menghilang.
Jazz mengeluarkan napasnya yang dari tadi ia tahan dengan terburu-buru. Adiknya itu selalu punya cara untuk menganggunya. Kenapa mereka tidak akur? Dulu mereka sangat akur. Sampai Flutte terobsesi dengan penobatannya. Ia ingin dirinya lah yang menjadi raja iblis. Jazz tentu dengan senang hati memberikan gelar itu pada Flutte. Tapi Ayah mereka malah membuat ini semakin kacau.
"Kau sudah sadar kan dari tadi? Bangunlah! Aku lelah menunggumu." Kata Jazz dingin.
Xiao langsung terduduk dan memijat kepalanya yang sedikit nyeri.
"Haiyaaaa. Itu olang siapa sih? Ampun deh, aku tuh gak bisa diginiin. Kaget tauk! Belum aja aku sleding kepalanya." Xiao merutuk kesal.
Bibir Jazz sedikit tersenyum melihat Xiao yang terus merutuk cerewet.
"Dan kamu," Xiao menunjuk Jazz yang dibalas lelaki itu dengan sebelah alis terangkat. "Aku pikir ini mimpi. Kenapa kamu masih ada di sini?"
"Bukankah aku sudah bilang untuk minta bantuan kamu?"
"Nggak tau!"
"Atau teman kamu aku bunuh?"
"Kok main ancam sih? Ini namanya pemaksaan."
"Ya emang!"
Jazz dapat melihat Xiao semakin kesal dan itu malah membuat Jazz senang. Ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan menghampiri hati lelaki itu.
"Emang aku harus bantu apa?
"Kamu harus,"
"Terus imbalan aku apa?"
"Kamu,"
"Nggak susah kan minta bantuannya? Kalo susah aku nggak mau bantu."
"Bisa dengar dulu nggak?"
Bibir Xiao mengerucut cemberut.
"Bawel banget sih." Xiao memicingkan matanya tajam. Tak terima dengan perkataan Jazz.
"Kamu harus bantu aku berbuat baik pada manusia."
****
Gaess, kalo cerita ini makin gajelas dan makin gajelas itu karena fantasi author yang gak jelas. Sekali lagi ya gaesss. Cerita ini hanya fiksi. Hanya fiksi. Hanya fiksi. Jangan dibawa serius 💙

KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Cherry Blossom
RandomDemi membuat temannya bisa bersatu lagi, Xiao rela membuat kontrak dengan Jazz-calon raja iblis yang terbuang. Jazz membutuhkan bantuan Xiao. Ia harus bisa kembali ke neraka. Tapi ia harus terlebih dahulu menebus dosa-dosanya di dunia manusia. Atau...