Keputusan Shani

767 83 14
                                    

Sedari tadi, Shani menunggu balasan dari Febi. Namun sampai malam pun dia belum kunjung memberi kabar tentang Viny. Rasa gelisah terus muncul dari dalam diri Shani. Bagaimana tidak? Dia sama sekali tidak tahu alasan Viny diam seperti ini.

Shani terus memeriksa ponselnya, namun hanya pesan dari grup kampusnya yang dia dapat.

"Apa Kak Viny sakitnya kambuh?" Monolognya sembari berdiri di balkon kamarnya. Pikirannya semakin tidak tenang, hal negatif pun sesekali muncul.

Shani menghela nafasnya kasar, "Oke, aku harus ke sana sekarang."

Akhirnya, tepat pukul 7 malam Shani berniat mengunjungi rumah Viny. Dia harus memastikan bahwa Viny baik-baik saja. Dia tidak ingin terjadi sesuatu terhadap orang yang selama ini membuat hari-harinya bahagia.

•••

"Kak, lo sebenernya ada apa sih sama Ci Shani?" Tanya Febi yang masih penasaran dibuatnya.

"Udah lo diem aja."

"Ya masa gue ngechat dia aja gaboleh. Kasian tau dia khawatir banget mukanya tadi siang, ampe berkaca-kaca gitu." Viny menoleh mendengar perkataan Febi.

"B–berkaca-kaca gimana?"

"Ya gitulah, lo main batalin janji. Mana cuek banget. Sakit hati sih kalo gue jadi Ci Shani."

Viny mulai merasa tidak enak hati pada Shani. Dia merasa bersalah karena sudah membuat Shani seperti itu. Padahal dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Shani dan Beby.

"Gak seharusnya gue marah. Gue bukan siapa-siapa Shani. Gue gak ada hak buat gini. Tapi, gue beneran sakit hati liat pemandangan tadi siang." Ujar Viny dalam hati.

Ting tong!

"Bukain tuh!" Perintah Viny pada Febi.

Febi yang sedang menonton TV pun hanya terdiam.

"Heh Ebi udang, denger gasih lo??"

"Ck! Lo aja ah! Galiat apa gue lagi nonton."

Viny pun hanya menunjukkan ekspresi emosinya kemudian menarik rambut Febi sambil berjalan hingga terjatuh dari sofa.

"Aw sakitt! Laknat banget sih lo jadi kakak!!! Sialan lo!"

Terdengar tawa lepas Viny dari ruang tamu, tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Ceklek!

Tanpa Viny duga, tamu yang berkunjung adalah Shani. Orang yang saat ini sedang dia hindari.

Bukan. Viny bukan maksud menghindari Shani. Hanya saja dia sedang tidak berniat bertemu Shani sejenak.

Shani tersenyum kecil, "Hai.."

Masih dengan ekspresi cengonya, Viny berusaha menjawab sapaan Shani dengan gugup, "E, h–hai. Yuk masuk."

"Duduk depan aja deh."

"Ohh oke. Mau dibuatin apa?"

"Gausah Kak. Aku udah kenyang."

Viny mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian menurup pintu dari luar, "Silahkan duduk."

Shani pun duduk di kursi setelah dipersilahkan. Jarak mwrrka tida terlalu dekat krena terhalang meja. Entah kenapa, suasana berubah drastis menjadi canggung seperti ini. Viny yang masih tidak siap bertemu Shani, dan Shani juga tidak enak karena mengganggu Viny.

Sebenarnya Shani masih takut jika dia ada salah dengan Viny hingga Viny seperti ini. Namun dia tidak merasa melakukan kesalahan apapun sebelumnya.

"Kak Vinyy, sakit ya?" Tanya Shani membuka obrolan.

Stay or Leave? (VinShan)Where stories live. Discover now